Latar Belakang Masalah MAKNA BENCANA ALAM BAGI MASYARAKAT (Studi di Dusun Kedungrejo, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bencana alam bisa terjadi karena faktor alam itu sendiri maupun karena ulah manusia. Bencana alam karena faktor alam terjadi murni karena berbagai proses yang terjadi di alam tanpa sedikitpun manusia terlibat di dalamnya. Kejadiannya merupakan peristiwa yang mengikuti hukum alam tertentu. Bencana alam karena gejala alam biasanya sulit untuk diperkirakan dan sulit pula untuk dihindari. Manusia sering tidak berdaya untuk menghentikannya karena kekuatannya di luar jangkauan kemampuan manusia, berdasarkan statistik mulai Tahun 2002 sampai Tahun 2010 wilayah Indonesia 83 adalah wilayah rawan bencana. Sebagai contoh, bencana letusan gunung api tidak bisa dihentikan karena manusia kekuatannya sangat dahsyat dan kemampuan manusia yang terbatas. Manusia hanya berupaya mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan dengan memantau perkembangannya dan segera melakukan evakuasi ketika bencana terjadi. Bencana alam merupakan fenomena alam yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun. Bencana banjir dan longsor yang hampir pasti terjadi pada setiapdatangnya musim penghujan.Seperti yang terjadi di Kecamatan Pujon,Kabupaten Malang, banjir terjadi akibat limpasan air SungaiKonto yangmenggenangi rumah masyarakat dan sektor pertanian sehingga mengakibatkan kerugian hingga ratusan jutarupiah.Banyakupaya yang dilakukan oleh pihakpemerintah untuk mengantisipasi bencana banjir, yang melibatkan berbagai 2 sektorterkait, tetapi kejadian banjir tersebut masih terjadi dalam setiap tahun.Kejadian banjir seperti tersebut di atas lebih diartikan sebagai banjirlimpasan discharge overland flow atau di kalangan umumdikenal dengan istilahbanjir kiriman, karena tipe banjir ini berasal dari aliran perbukitan yang berada di Dusun Kedungrejo. Banjir yang terjadi di Kabupaten Malang bukan hanya di Kecamatan Pujon saja, tetapi di Kecamatan lainnya juga mengalami bencana banjir tersebut. Seperti di Kecamatan Kepanjen Tahun 2013 rumah rusak terbanyak, yakni 36 rumah, ada di Desa Panggungrejo, ditambah 16 rumah di Desa Mangun rejo, dan 7 rumah di desa sangguruh. Mayoritas rumah rusak ringan dan sedang.Sedangkan rumah rusak berat berjumlah 11 unit, masing-masing delapan unit di panggungrejo dan tiga unit di mangunrejo. Selain di kepanjen, pada Tahun 2013 hujan dan angin juga merusak rumah-rumah di Wager dan Dampit, hujan deras disertai angin kencang merusak dua atap rumah milik dua warga desa sitirejo, wagir. Sedangkan di Dampit, selasa Tahun 2014 kemarin, puting beliung menumbangkan beberapa pohon besar dan menimpa tiga rumah warga[http:www.w3c.orgTR1999REC-html401- 19991224loose.dtd]Mitigasi Bencana Edisi Kedua, Program Pelatihan Manajemen Bencana UNDP. Datangnya bencana alam tidak dapat diprediksi secara mutlak, bencana alam merupakan konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan aktivitas manusia yang mereduksi lingkungan serta keberadaan di daerah titik rawan bencana alam. 3 Bencana alam bukan hanya mendatangkan kerugian harta benda, korban jiwa dan psikologis namun diperparah dengan kemiskinan. Padatnya jumlah penduduk, penyempitan daya dukung lahan seperti di daerah aliran sungai khususnya Daerah Aliran Sungai Kunto yang berada di Desa Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang sebagai titik rawan bencana alam memberikan kontribusi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Sedikitnya 50 lebih Kawasan Pengairan sekitar Daerah Aliran Sungai DAS Kunto Desa Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang mengalami kerusakan Antara 8 februari 2014. Pengetahuan masyarakat tentang bencana seharusnya dapat terwujud dalam kesadaran tentang kerawanan wilayah yang menjadi tempat tinggal, pemahaman tentang sebab-sebab dan akibat adanya bencana.Kesadaran dapat terbentuk dari pengalaman, dan kejadian bencana. Seperti yang terjadi di Jawa Timurmenurut BPBD Badan Penanggulngan Bencana Daerah tahun 2013, Jawa Timur merupakan titik rawan adalah Kabupaten Malang, Jember, Lumajang, Bojonegoro, Kediri, Trengalek, Tuban, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso, Pacitan, Probolinggo, dan Banyuwangi.Bencana alam bukan hanya mendatangkan kerugian harta benda, korban jiwa dan gangguan psikologis bagi korban bencana tersebut. Namun dapat juga mengakibatkan kemiskinan yang akan semakin merajalela.Bencana alam tidak bisa dipandang sebelah mata akan tetapi sebagai hukum Tuhan namun malepetaka yang merusak sendi-sendi kehidupan manusia dengan berbagai korban materi, psikologis dan jiwa manusia. Dengan akar dasar sikap, nilai, persepsi, dan tindakan merupakan makna masyarakat menyikapi bencana alam. Respon masyarakat 4 terhadap lingkungan alam merupakan interaksi masyarakat untuk melakukan tindakan dalam penanggulangan bencana alam utamanya dalam mencegah terjadinya bencana alam sehingga angka korban bencana alam dapat diminimalisir. Kondisi wilayah Kabupaten Malang sangat rawan dan rentan bencana, oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kopentensi, pranata kearifan lokal, standar operasional dan prosedur penanggulangan bencana. Kabupaten Malang adalah salah satu bagian di Provinsi Jawa Timur yang daerahnya terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Kecamatan Pujon khususnya yang mempunyai wilayah pegunungan dan berada di lereng Gunung Kawi, dengan banyak sungai-sungai kecil yang bermuara di aliran Sungai Konto serta mengalir di sepanjang wilayah Kecamatan Pujon. Padatnya jumlah penduduk, penyempitan daya dukung lahan seperti di daerah aliran sungai khususnya di Dusun Kedungrejo, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah titik rawan bencana alam yang memiliki sejarah traumatis bagi warga di sekitarnya yang telah mengalami beberapa kali kejadian bencana banjir dan tanah longsor baik secara rutinitas musiman tahunan, lima tahunan dan bahkan sepuluh tahunan atau lebih. Menurut kejadiannya baik skala besar, sedang dan ringan, banyak warga menilai bencana banjir terbesar dalam sejarah aliran sungai konto khususnya di Dusun kedungrejo, Desa Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang terjadi pada tahun 2014 yang pada banjir sebelumnya skala air sungai memanglah besar akan tetapi aliran arusnya tidak sampai berdampak buruk, dan pada tahu 2014 turunnya hujan deras yang lebih parah dari sebelumnya sehingga di Dusun 5 Kedungrejo Daerah aliran sungan Konto, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon Kab, Malang yang mengakibatkan satu jembatan roboh, tiga kandang sapi hanyut, satu rumah rusak, dan satu toko hanyut ditelan banjir. Untung saja tidak ada satupun korban jiwa pada kejadian yang menimpa desa tersebutBadan Penanggulngan Bencana Daerah tahun 2014. Fenomena diatas menarik untuk dikaji secara ilmiah, masyarakat bantaran daerah aliran sungai konto lebih bertahan menempati rumah di daerah titik rawan bencana alam dari pada memikirkan bahaya atau resiko yang dapat terjadi sewaktu- waktu tanpa bisa diduga apalagi diperkirakan dengan pasti, baik banjir ataupun tanah longsornya. Pemahaman masyarakat tentang makna bencana alam lebih bersifat fatalistik dan kedaruratan. Masyarakat daerah aliran sungai konto tentunya harus lebih mengetahui tentang bencana alam baik makna dan tindakan yang harus dilakukan, persepsi atau pola pandang untuk meminimalisir resiko bencana alam sehingga penanggulangan bencana alam bersifat responsive partisipatory yakni terciptanya interaksi masyarakat dengan lingkungan alam. Untuk itu fenomena tersebut peneliti mengambil judul “Makna Bencana Alam Bagi Masyarakat Studi Pada Masyarakat di Dusun Kedungrejo, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ” 6

B. Rumusan Masalah.