perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku”.
2.9.2 Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Dahlan Siamat, 2005:209, Bank Indonesia dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan faktor-faktor
yang disebut dengan CAMELS, sebagai berikut: a.
Permodalan
capital
b. Kualitas aset
assets quality
c. Manajemen
management
d. Rentabilitas
earning
e. Likuiditas
liquidity
f. Sensitivitas terhadap risiko pasar
sensitivity to market risk.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-
masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR. Adapun cara
menilai kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Bobot CAMEL
No. Faktor
Bank Umum BPR
1 Permodalan
Capital
25 30
2 Kualitas Aktiva Produktif
Asset Quality
30 30
3 Kualitas Manajemen
management
25 20
4 Rentabilitas
earning
10 10
5 Likuiditas
liquidity
10 10
Sumber : http:mdhaqiqi.wordpress.com
Penilaian tingkatan kesehatan ditetapkan dalam empat golongan predikat tingkat kesehatan bank, antara lain:
Tabel 2.3 Predikat Tingkat Kesehatan Bank Sesuai dengan Nilai Kredit
Keterangan Nilai
81 sd 100 Sehat
66 sd kurang dari 81 Cukup Sehat
51 sd kurang dari 66 Kurang Sehat
0 sd kurang dari 51 Tidak Sehat
Sumber : kesehatanbank.blogspot.com
Universitas Sumatera Utara
Penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS, dimulai dengan penghitungan rasio-rasio dari masing-masing faktor. Penjelasan dari setiap faktor
adalah sebagai berikut: 1.
Aspek Permodalan
Capital
Rasio permodalan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Kecukupan modal
bank diukur berdasarkan perhitungan
Capital Adequacy
. Semakin tinggi resiko tersebut, maka semakin banyak modal yang harus disediakan.
Rasio permodalan yang digunakan dalam mengukur kinerja bank berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal
16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi
Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia, antara lain adalah
Capital Adequacy Ratio
CAR. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimum yang dikenal
dengan CAR
Capital Adequacy Ratio
. Menurut Harmono,2009:116, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank for International Settlement
BIS.
Universitas Sumatera Utara
2. Aspek Kualitas Aset
Assets Quality
Penilaian kualitas aset bertujuan untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Bank Indonesia menyatakan bahwa
setiap bank wajib melakukan penilaian dan penetapan kualitas aset sesuai dengan peraturan Bank Indonesia.
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas
Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Menurut Ismail 2010:122, Bank melakukan penggolongan kredit
menjadi dua golongan, yaitu kredit tidak bermasalah dan kredit yang bermasalah. a.
Kredit yang tidak bermasalah dapat dibedakan menjadi dua kategori,yaitu : 1.
Kredit dengan kualitas lancar Kredit lancar merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah dan
tidak terjadi tunggakan, baik tunggakan pokok dan bunga. Debitur membayar angsuran tepat waktu sesuai dengan perjanjian kredit.
2. Kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus
Kredit dalam perhatian khusus merupakan kredit yang masih digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kredit yang bermasalah dapat dibedakan menjadi tiga kategori,yaitu :
1. Kredit kurang lancar
Kredit kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan.
2. Kredit diragukan
Kredit diragukan merupakan kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok danatau bunga.
3. Kredit macet
Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari atau lebih. Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut.
3. Aspek Kualitas Manajemen
Management
Dalam hal ini peneliti menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan
bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio ini maka
menunjukkan kinerja manajemen bank baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutupi beban operasional terhadap pendapatan operasionalnya. Hasil
pengukuran yang diperoleh dapat dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menentukan kinerja manajemen, apakah mereka berhasil mencapai target yang
telah ditentukan atau tidak berdasarkan periode yang telah ditetapkan
Universitas Sumatera Utara
4. Aspek
Earning Earning
merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan.
Earning
sering juga disebut dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan Kasmir, 2008:196. Dalam hal untuk penilaian ini, peneliti menggunakan skala pengukuran
Return On Asset
ROA untuk mengukur tingkat profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik profitabilitas
yang dimiliki oleh bank.
5. Aspek Likuiditas
liquidity
Menurut Kasmir 2008 : 129, “ rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
utang jangka pendek ”. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini dan juga termasuk rasio likuiditas yang digunakan perbankan untuk mengukur kinerja
keuangan bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal
Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 1330DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank
Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia adalah
Loan to Deposit Ratio
LDR.
Universitas Sumatera Utara
Loan to Deposit Ratio
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan bank kepada nasabah kredit, sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Dendawijaya, 2009:116.
2.10 Tinjauan Peneliti Terdahulu