1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
mudharabah
2. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
murabahah
3. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
ijarah
4. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
ijarah wa iqtina
.
2.3 Sumber Dana Bank
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Menurut Ismail 2010:40, dana bank yang
digunakan sebagai alat untuk melakukan aktivitas usaha dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Dana Sendiri a. Modal Disetor
Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh pemilik pada saat awal bank didirikan.
b. Cadangan Yaitu sebagian dari laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan
modal dan lainnya yang akan digunakan untuk menutup timbulnya risiko di kemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
c. Sisa Laba Merupakan akumulasi dari keuntungan yang diperoleh oleh bank
setiap tahun. 2. Dana Pinjaman
a. Pinjaman dari Bank Lain di Dalam Negeri b. Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan di Luar Negeri
c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank 3. Dana Pihak Ketiga
a. Simpanan Giro Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari masyarakat
atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau sarana perintah
bayar lainnya atau pemindahbukuan. b. Tabungan
Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. c. Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan
antara bank dengan nasabah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sumber dana bank tersebut dapat dijelaskan bahwa dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan
dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman titipan dari masyarakat atau lembaga lainnya. Disamping itu untuk membiayai operasinya
dana dapat diperoleh dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham.
2.4 Bank Konvensional
2.4.1 Pengertian Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Dimana penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga
atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu.
Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.
2.4.2 Kegiatan Dalam Bank Konvensional
Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan denan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5.
Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana
lainnya. 7.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak. 10.
Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Bank Syariah
2.5.1 Sejarah Singkat
Sejarah awal mula kegiatan Bank Syariah yang pertama sekali dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an.
Kemudian Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala
kecil. Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih
relatif baru, yaitu baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa
untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Namun,
diskusi tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980.
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia
BMI yang akte pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah
memiliki puluhan cabang tersebar di beberapa kota besar. Dalam perkembangnnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia
khususnya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri BSM.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional yang sudah ada, seperti, Bank BNI, Bank IFI, BPD Jabar.
2.5.2 Prinsip Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan
Al-Wadiah Al-Wadiah
dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. 2. Prinsip Bagi Hasil
Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah
bunga, tetapi bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. 3. Prinsip Jual Beli
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
4. Prinsip Sewa
Al-Ijarah Al-Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
2.6 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan
oleh nasabah kepada bank, dan atau yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil.
Tabel 2.1 Perbedaaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No. Bank Syariah
Bank Konvensional
1 Melakukan investasi-investasi yang halal
saja. Investasi yang halal dan
haram. 2
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.
Memakai perangkat bunga.
3 Berorientasi pada keuntungan profit
oriented dan
kemakmuran serta
kebahagian dunia akhirat. Profit oriented
4 Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk
hubungan kreditur-debitur.
5 Penghimpunan dan penyaluran
Tidak terdapat dewan sejenis. Sumber : Antonio, 2001:34.
Bank Syariah dari Teori ke Praktik
Universitas Sumatera Utara
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat
adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur
ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu` yang ditetapkan
berdasarkan besarnya modal.
2.7 Kinerja Keuangan