mengurus pengelolaan sumberdaya lokal seperti kebun, sungai, tanah, hutan, dan sebagainya yang diperuntukkan untuk kesejahteraan masyarakat komunal. Atas dasar inilah kemudian
konstitusi dan regulasi negara memberikan pengakuan atas keberadaan masyarakat adat atau desa.
2.2.2 Pengertian Pemerintahan Gampong
Pemerintahan desa di Aceh disebut gampong. Gampong merupaka struktur masyarakat di Aceh yang terkecil yang berada di bawah Mukim. Penyelenggaraan pemerintah gampong
merupakan hal yang sangat mendasar sebagai cerminan dari adat yang berlaku di Aceh. Sesuai dengan yang disebutkan dalam Qanun Prov. NAD Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan
Gampong dalam Prov. NAD, dalam Penjelasannya mengupayakan agar gampong mampu melaksanakan 4 keistimewaan Aceh ditingkat gampong yaitu; penyelenggaraan kehidupan
beragama, kehidupan adat, pendidikan dan peran ulama dalam penerapan kebijakan daerah. Struktur masyarakat di Aceh dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah sebagai
berikut : 1.
Gampong desa 2.
Mukim kumpulan desa-desa 3.
Daerah Ulee balang distrik 4.
Daerah Sagoe kumpulan beberapa mukim 5.
Kesultanan Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Pemerintahan
Desa di Aceh disebut gampong. Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempumyai organisasi pemerintahan terendah langsung berada di bawah mukim atau nama lain yang
Universitas Sumatera Utara
menempati wilayah tertentu, yang pimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak melaksanakan rumah tangganya sendiri. Terdapat tiga unsur pimpinan gampong yaitu Keuchik,
Teungku Meunasah dan Tuha Peut, akan tetapi dalam menjalankan kekuasaan lebur menjadi satu dan dijalankan oleh Keuchik.
Terdapat gabungan gampong-gampong yang disebut Mukim di kepalai oleh Imam Mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Prov. NAD yang terdiri atas
gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Imam mukim. Jabatan
ini dipegang secara turun temurun. Karena di Aceh masyarakat pedesaannya kuat dipengaruhi agama Islam maka peranan Teungku Meunasah di gampong sangat berpengaruh. Biasanya
pemerintahan desa tersebut dilaksanakan oleh Imeum, Keuchik dan Teungku Meunasah bersama-sama dengan majelis urueng tuha.
Gampong dalam arti phisik merupakan sebuah kesatuan wilayah yang meliputi tempat hunian, blang, padang dan hutan. Dalam arti hukum, gampong merupakan Persekutuan
Masyarakat Hukum Adat yang bersifat territorial. Sedangkan kampong merupakan tempat hunian berbagai belah yang meliputi wilayah tempat hunian, padang, persawahan dan hutan.
Belah di Aceh Tengah merupakan persekutuan masyarakat hukum adat. Persekutuan hukumnya bersifat geanologis hubungan darah.
Pemerintahan di tingkat gampong terdiri dari beberapa pejabat, yaitu : a
Keuchik gampong kepala desa. Keuchik gampong berkewajiban : 1.
Menjaga ketertiban, keamanan dan adat dalam desanya 2.
Menjalankan perintah atasan 3.
Berusaha memakmurkan desanya
Universitas Sumatera Utara
4. Menjalankan tugas sosial kemasyarakatan yang dikemas dalam istilah keureuja udep
dan keureja mate 5.
Ikut serta dala setiap peristiwa hukum seperti ; transaksi tanah, perkawinan
dan lain-lain 6.
Memberi keadilan di dalam perselisihan-perselisihan
b Teungku Imam Meunasah. Merupakan pimpinan di bidang keagamaan, mulai dari
mengaji Al Qur’an dan menanamkan dasar-dasar ketauhidan, memimpin berbagai upacara keagamaan dan memberi nasehat-nasehat spritual bagi Keuchik gampong
apabila diperlukan. c
Tuha Peut. Adalah dewan orang tua yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang adat dan agama. Tuha peut ini terdiri dari Keuchik gampong, Imam meunasah dan kepala
jurong kepala lorong d
Tuha lapan. Adalah dewan tertinggi di tingkat gampong yang terdiri dari; tuha peut, guree semebeut guru-guru ngaji, para cerdik pandai dan tokoh-tokoh pemuda.
Dalam Qanun Pemerintah Aceh Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahn Gampong, Tuha Peut Gampong disebutkan Tuha Peut Gampong yang terdiri atas unsur-unsur pemuka
agama di gampong, tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari pemuda dan perempuan, pemuka- pemuka adat dan para cerdik pandaicendikiawan yang ada dalam gampong. Tuha Peut
Gampong merupakan Badan Perwakilan Gampong yang merupakan wahana untuk mewujudkan demokratisasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah gampong.
Tuha Peut Gampong berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja dalam system penyelenggaraan pemerintahan gampong.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Penelitian
Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya 2007: 68 bahwa format desain deskriptif kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif
kuantitatif, yakni dalam bentuknya yang masih dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya.
Penelitian sosial dengan menggunakan format desain deskrptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena
realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang
kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian yang memusatkan
diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Budaya Organisasi Pada Pemerintahan gampong Bireuen Meunasah Capa ini dilaksanakan di Gampong Bireuen Meunasah Capa Kecamatan Kota Juang Kabupaten
Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam.
Universitas Sumatera Utara