BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi yang fundamental bagi setiap penduduk. Seperti tercantum dalam konstitusi organisasi kesehatan
sedunia WHO dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1, bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan
sangat penting bagi kehidupan kita sehingga kesehatan harus dijaga dan dilindungi dari berbagai ancaman penyakit serta masalah kesehatan lainnya
Depkes RI,2007. Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, untuk itu perlu diperjuangkan oleh berbagai pihak. Depkes RI, 2007. Hal ini sesuai
dengan tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang kesehatan No 23 tahun 1992 adalah tercapainya kesadaran,
kemampuan, dan kemauan hidup sehat setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Depkes RI,1999 dalam
Mariance, 2004. Kesehatan pada umumnya dan kebersihan pribadi pada khususnya
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama pada masa perkembangan. Pribadi yang utuh adalah pribadi yang didasari kesehatan yang
baik. Menanamkan kebiasaaan sehat dimasa muda memberikan dampak yang positif di hari tua, dimana kesehatan di hari tua adalah merupakan hasil dari
pemeliharaan kesehatan dimasa muda. Kesehatan individu adalah kesehatan yang bersifat individual dengan tujuan untuk membina perilaku baru atau
seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku inovasi Dinkes DKI jakarta, 2002 dalam Lipriyana, 2003
Kesehatan merupakan kenikmatan dan karunia Allah SWT yang sangat berharga tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan materi
apapun. Meskipun kesehatan bukanlah segalanya tetapi segala sesuatu akan kurang berarti tanpa kesehatan. Misalnya, dalam kondisi sehat para santri
dapat belajar dengan baik dan para guru pun dapat mengajar dengan baik. Kesehatan tidak diperoleh dengan sendirinya namun, perlu diupayakan, baik
dalam bentuk upaya memelihara kesehatan maupun melalui pengobatan bagi yang sedang sakit Hario,2005.
Upaya pemerintah untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tercantum dalam slogan “kebersihan pangkal kesehatan”. Hal ini
tidak dapat lagi dipungkiri kebenarannya, Herryanto, 2004 juga menyatakan bahwa budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat
dalam menjaga sekaligus memelihara kebersihan pribadi maupun lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS baik sebesar 38,7. DI Yogyakarta
menduduki urutan pertama dari lima propinsi dengan pencapaian di atas
angka nasional yaitu 58,2. Sedangkan Papua menduduki urutan pertama dari lima propinsi dengan pencapaian angka nasional Perilaku Hidup Bersih
dan SehatPHBS rendah yaitu 24,4 Riskesdas, 2007.
Sedangkan prevalensi PHBS tingkat nasional dari 10 kabupatenkota yang terendah adalah Raja Ampat 0, dan Supiori 0.
Dan dari 10 kabupatenkota dengan prevalensi perilaku hidup bersih dan sehat tertinggi adalah Klungkung 100, dan Bandung 100. Depkes RI, 2007
Data perilaku higiene dengan prevalensi nasional pada tingkat provinsi untuk penduduk yang berperilaku benar dalam buang air besar adalah
71,1 tetapi yang berperilaku benar dalam mencuci tangan hanya 23,2. Persentase data tersebut tidak jauh berbeda dengan cakupan data rata-rata
rekapitulasi indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS Kabupaten Karawang tatanan rumah tangga tahun 2008 yang masih sangat rendah yaitu
sebesar 0,30, sedangkan persentase untuk wilayah Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang tergolong buruk yairu sebesar 0,07 dan dari 30
kecamatan di kabupaten Karawang, kecamatan Tempuran menduduki urutan ke-26 berdasarkan persentasi rumah tangga sehat. Dinkes, Kab. Karawang,
2008. Pondok pesantren yang ada di Indonesia berjumlah 14.798, dengan
jumlah santri sebanyak 3.464.334 orang Educational Management Information System
EMIS, Depag, 20042005 dalam Depkes RI, 2007.
Sedangkan pemerintah baru membangun 200 poskestren tahun 2006 yang seluruhnya terletak di provinsi jawa timur. Pada tahun 2007 pembangunan
poskesten diperluas ke 23 provinsi dengan jumlah 400 poskestren Depkes RI,2008. Jumlah ini tentu belum sesuai dengan kebutuhan akses pelayanan
kesehatan pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam dengan sistem
boarding school pendidikan bersama, sehingga membentuk komunitas
tersendiri yang anggotanya terdiri dari para santri, para guruustadz dan keluarga pengasuh pesantren. Mengingat banyaknya santri, tentu tidak
mustahil sebagian mereka ada yang kurang menyadari pentingnya kesehatan. Karena itu tidak mengherankan bila suatu penyakit akan cepat menular kepada
para anggota masyarakat pesantren.oleh karena itu setiap anggota komunitas pesantren perlu mengetehui dan memahami masalah kesehatan, baik untuk
memelihara kesehatan dirinya secara individual maupun kesehatan bersama Hario, 2005.
Personal higiene
adalah perawatan
diri dimana
induvidu mempertahankan kesehatannya, dan dipengaruhi nilai serta keterampilan
Mosby,1994 dalam Sari, 2006. Dalam dunia keperawatan, personal higiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi.
Personal higiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang
spesifik. Personal higiene menjadi penting karena personal higiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk portal of entry mikroorganisme yang ada
dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higiene
yang tidak baik akan mempermudah tubuh terkena penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran
cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit Sudarto, 1996 dalam Sari, 2006.
Prevalensi penyakit kulit di pondok pesantren pada umumnya masih tinggi terutama pada anak-anak usia sekolah, salah satu penyakit yang paling
banyak diderita pedikulosis kapitis. Usaha pencegahan, pemberantasan dan pengoobatan masih jarang dilakukan oleh berbagai pihak sehingga
mengakibatkan angka kejadian pedikulosis kapitis masih tinggi. Kejadian ini sebagian besar karena tertular dan reinfeksi, karena banyak masyarakat
terutama anak-anak usia sekolah yang masih berperilaku kurang sehat.Wijayanti, 2008
Menurut Sungkar, 1995 dalam jurnal Badri, 2007 bahwa di suatu pesantren yang padat penghuninya dan hygienenya buruk prevalensi penderita
scabies dapat mencapai 78,7. Tetapi pada kelompok higiennya baik prevalensinya hanya 3,8. Sanitasi lingkungan yang buruk di pondok
pesantren merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan prevalensi penyakit scabies para santri.
Hasil penelitian Handajani 2007 memperlihatkan bahwa presentasi responden yang terkena scabies ada 62,9, mempunyai kebiasaan mandi 2
kali sehari atau lebih 78,6, mempunyai kebiasaan memakai sabun mandi untuk dipergunakan sendiri 60, mempunyai kebiasaan memakai handuk
untuk dipakai sendiri 54,3, mempunyai kebiasaan berganti pakaian dengan pakaian sendiri 55,7, mempunyai kebiasaan mencuci pakaian bersama
pakaian temannya 61,4, mempunyai kebiasaan tidur bersama temannya
yang menderita scabies 60,0, mempunyai kebiasaan memakai selimut bersama-sama temannya yang menderita scabies 54,3. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Potter Perry,2005 bahwa tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara yang sama, dan setiap individu dapat
melakukan higiene perseorangan yang unik sesuai dengan kondisi, keadaan dan kebutuhannya.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan pada Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang yaitu mewajibkan santrinya tinggal
di asrama yang telah disediakan di areal Pondok Pesantren tersebut. Dengan jumlah 60 santri yang melaksanakan seluruh aktivitas kehidupannya di
lingkungan pondok pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang, maka kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk proses belajar
mengajar, hidup bersih dan sehat cukup banyak. Disisi lain, pondok pesantren merupakan swadaya masyarakat yang sangat tergantung dari kemampuan dan
dukungan finansial yang ada, khususnya dalam penyediaan fasilitas sanitasi dan kesehatan.
Berdasarkan observasi studi pendahuluan yang dilakukan di pondok
pesantren modern Jihadul Ukhro Turi Karawang, kebanyakan santri bila mandi tidak memakai handuk namun, menggunakan kain untuk mengeringkan
badannya, sebagian Santri mandi bersama-sama 2-3 orang dalam satu kamar mandi sambil bersenda gurau dan ada juga yang menceburkan diri ke dalam
bak mandi namun airnya masih tetap digunakan untuk mandi bersama-sama, saling meminjam dan memakai pakaian temannya, bila tidur para santri
bersama-sama dalam satu ruangan ukuran 4x11 meter untuk 15-25 orang , kebanyakan santri menderita pedikulosis kapitis kutuan, diare, tifus, dan
batuk pilek. Hasil wawancara studi pendahuluan yang di dapatkan dari beberapa
santri yang sedang duduk santai menikmati waktu istirahat mereka menyebutkan bahwa, mereka tidak dapat melakukan tindakan personal
higiene secara optimal hanya sepengetahuannya, semampunya saja, dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pribadi santri. Santri lain juga mengatakan peraturan untuk melaksanakan personal higiene sebenarnya
sudah ada dan sudah di informasikan dan disosialisasikan oleh pengurus dan guruustadz dan ustadzah. Namun ada beberapa kendala yang mempengaruhi
perilaku personal higiene santri sehingga dia tidak dapat melakukan personal higiene
, diantara kendala tersebut adalah kurangnya pengetahuan santri, status sosio ekonomi santri, kurangnya kesadaran dari warga pondok sendiri, dan
sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang santri dalam melakukan personal higiene. Jarangnya perilaku personal higiene santri dilakukan,
walaupun telah mendapatkan informasi tentang perilaku personal higiene dapat di sebabkan oleh faktor yang berasal dari luar maupun faktor yang
berasal dari dalam diri santri pribadi. Di rumah anak beradaptasi teknik dan pendekatan higiene dengan
keluarganya. Ketika datang ke pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran dan menjadi santri, ia dituntut untuk mandiri dan dapat beradaptasi dengan teknik
dan pendekatan higiene perorangan yang dilakukan bersama dengan santri lainnya di lingkungan pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran. Berbagai
macam watak, karakteristik, kondisi, keadaan, dan kebutuhan dapat melatar belakangi sekaligus memberi warna tersendiri bagi pondok pesantren untuk
dapat mewujudkan perilaku personal hygiene di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran. Karena praktik higiene sama dengan peningkatan
kesehatan Potter Perry 2005. Berdasarkan observasi di lapangan dan uraian di atas menunjukan
bahwa para santri belum memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan, dan belum memiliki kemampuan untuk
menalarkan perilaku personal higiene yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga santri tidak menyadari terjadinya penularan penyakit diantara santri,
maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai gambaran perilaku personal higiene santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi
Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang
B.
Perumusan Masalah
Banyaknya santri yang tinggal di asrama pondok pesantren, tentu tidak mustahil sebagian mereka ada yang kurang menyadari pentingnya
kesehatan. Karena itu tidak mengherankan bila suatu penyakit akan cepat menular kepada para anggota masyarakat pesantren. oleh karena itu setiap
anggota komunitas pesantren perlu memelihara kesehatan baik secara individual maupun bersama.
Hasil observasi studi pendahuluan yang dilakukan di pondok pesantren modern Jihadul Ukhro Turi Karawang, para santri diwajibkan
tinggal di asrama yang telah disediakan di areal pondok pesantren, kebanyakan santri berprilaku mandi tidak memakai handuk, mandi bersama
dalam satu kamar mandi, saling meminjam dan memakai pakaian temannya, tidur dalam hunian yang padat, kebanyakan santri mempunyai kutu rambut,
diare, tifus, dan batuk pilek. Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa masih
banyak santri yang tidak peduli dengan kebersihan badan dan kebersihan
pakaian mereka masing-masing. Hal ini disebabkan santri kurang menyadari pentingnya melakukan higiene perseorangan. Untuk itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana gambaran perilaku personal higiene santri di pondok pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang sehingga dapat
mengurangi penyakit yang timbul akibat tidak melakukan higiene perorangan
dengan baik.
C.
Pertanyaan Penelitian
Berangkat dari permasalahan utama tersebut, maka penulis dapat merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran bahan dan alat yang digunakan untuk personal
higiene santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang?
2. Bagaimana gambaran langkah-langkah personal higiene santri di Pondok
Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang? 3.
Bagaimana gambaran kebiasaan santri dalam melakukan personal higiene di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang?
4. Bagaimana gambaran pemikiran dan perasaan tentang personal higien
santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang? 5.
Bagaimana gambaran alternatif lain dari bahan dan alat yang digunakan untuk personal higien Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran
Karawang? 6.
Bagaimana gambaran frekuensi personal higien santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang?
7. Bagaimana gambaran tentang teladan dalam perilaku personal higien
santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang? 8.
Bagaimana gambaran biaya hidup santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang?
D.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perilaku personal higiene santri di pondok pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku personal higiene santri mengenai:
a Bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan personal higiene
santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang b
Langkah-langkah melakukan personal higiene santri di Pondok
Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang c
Kebiasaan santri dalam melakukan personal higiene santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang
d Alternatif lain dari bahan dan alat yang digunakan untuk personal
higien di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang e
Pemikiran dan perasaan tentang personal higien santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang?
f Frekuensi personal higien santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro
Turi Tempuran Karawang? g
Teladan dalam perilaku personal higien santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi Tempuran Karawang?
h Gambaran biaya hidup santri di Pondok Pesantren Jihadul Ukhro Turi
Tempuran Karawang?
E.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. penerapan ilmu dan teori yang pernah diperoleh dari perkuliahan
b. memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari penelitian yang di
lakukan 2.
Bagi institusi terkait
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran dalam usaha untuk meningkatkan perilaku personal higiene santri di pondok
pesantren 3.
Bagi profesi keperawatan Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan komunitas dan keperawatan dasar di pondok pesantren mengenai perilaku personal higiene santri
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang gambaran perilaku personal higiene santri di pondok pesantren Jihadul Ukhro Turi Kecamatan Tempuran Kabupaten
Karawang Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Februari 2010, dan merupakan penelitian kualitatif. Metode
pengambilan data primer berupa wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara mendalam, Focus Group Discusion menggunakan
pedoman pertanyaan FGD, dan observasi. Subjek dalam penelitian ini adalah informan santri laki-laki dan santri
perempuan yang tinggal di pondok pesantren Jihadul Ukhro Turi, pengurus organisasi santri, ustadzustadzah pengasuhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA