4. Pengawasan Internal Piutang Dagang
Prinsip-prinsip pengendalian internal dapat digunakan untuk membentuk pengendalian dalam rangka melindungi piutang. Sebagai contoh fungsi
persetujuan kredit, fungsi penjualan, fungsi akuntansi, dan fungsi penagihan harus dipisahkan. Individu-individu yang bertanggung jawab menangani penjualan
harus dipisahkan dari indvidu-individu yang menangani akuntansi untuk piutang dan persetujuan kredit. Dengan begitu, fungsi akuntansi dan persetujuan kredit
bertindak sebagai pemeriksaan independent atas fungsi penjualan. Karyawan yang menangani akuntansi untuk piutang tidak boleh terlibat dalam penagihan piutang.
Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan dana.
Contoh: penagihan piutang memiliki akses terhadap penerimaan kas dari pelanggan, maka bagian tersebut dapat mencuri pembayaran kas oleh pelanggan
dan kemudian mengubah laporan bulanan pelanggan untuk mengindikasikan bahwa pembayaran telah diterma. Pelanggan kecil kemungkinannya untuk
mengajukan keluhan dan pencurian ini tidak terdeteksi. Ada lima sifat characteristics sistem pengendalliable menurut Hartadi
1999:12: a. Kualitas karyawan.
b. Rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggungjawab fungsi secara layak.
c. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan
biaya. d. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir
yang penting. e. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan yang senyatanya
yang penting. f. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan yang senyatanya
ada dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan.
Universitas Sumatera Utara
Struktur pengendalian intern satuan usaha terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk keyakinan assurance memadai bahwa tujuan
tertentu satuan usaha akan dicapai. Menurut James A. Hall 2001:152, terdapat tiga model control internal
yaitu terdiri dari: a. control preventif. Prevensi pencegahan adalah garis pertama
pertahanan dalam struktur kontrol. Kontrol preventif adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi munculnya peristiwa-
peristiwa yang tidak diinginkan. Kontrol preventif memaksa kesesuaian dengan tindakan-tindakan yang ditetapkan sebelumnya atau
yang diinginkan dank arena itu menyaring peristiwa-peristiwa yang menyimpang. Pencegahan kesalahan dan kecurangan jauh lebih efektif
dari segi biaya daripada pendeteksian dan pengkoreksian masalah setelah muncul.
b. Kontrol deteksi. Kontrol deteksi membentuk garis pertahanan kedua . termasuk kontrol ini adalah peralatan, teknik, dan prosedur yang
didesain untuk mengidentifikasikan dan mengekspos peristwa- peristiwa yang tidak diinginkan yang terlepas dari kontrol preventif.
Kontrol deteksi mengungkapkan jenis kesalahan spesifik dengan membandingkan data actual dan standar yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Ketika kontrol detekdi mengidentifikasi suatu penyimpangan dari standar, ia akan membunyikan alarm untuk
menarik perhatian pada masalah tersebut.
c. Kontrol korektif, kontrol korektif adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk membalikkan efek yang dideteksi di langkah-langkah.
d. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan
dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen
harus memperkirakan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.
Penghapusan Piutang Dagang
Resiko utama dari piutang dagang adalah resiko tidak tertaginya piutang usaha. Oleh karena itu setiap perusahaan biasanya menetapkan jumlah piutang
yang tidak dapat ditagihnya dari konsumen. Menurut Kieso dan Weygandt 2001 : 390 ada 2 metode untuk mencatat piutang tidak tertagih yaitu Metode
Universitas Sumatera Utara
Penghapusan Langsung Direct Write Off Method dan Metode penyisihan
Allowance methode. Metode Penghapusan Langsung Direct Write Off Method
Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak
digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang. Apabila suatu piutang diyakini tidak akan dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat pitang tersebut langsung
didebetkan ke dalam rekening Kerugian Piutang dan rekening Piutang Dagang dikreditkan.
Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan kecil dimana transaksi – transaksi setiap harinya khususnya penjualan kredit jarang terjadi. Adapun
kelemahan metode ini adalah piutang disajikan di neraca akan mencerminkan keadaan tidak wajar karena disajikan dalam jumlah bruto sehingga menyalahi
prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan kelebihannya adalah metode ini sederhana, biaya sedikit dan waktu tersita.
Metode penyisihan Allowance methode
Metode cadangan digunakan apabila kerugian putang yang biasa terjadi, cukup besar jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penerapan metode ini adalah sebagai berikut : i. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan
ditandingkan matched dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan.
Universitas Sumatera Utara
ii. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebetkan rekening Kerugian Piutang dan Mengkreditkan rekening
Cadangan Kerugian Piutang. iii. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicacat dengan
mendebetkan rekening Cadangan Kerugian Piutang dan mengkreditkan rekening piutang dagang pada saat suatu piutang dihapus dari
pembukuan. Pada umumnya perusahaan yang berskala besar baik itu perusahaan industri,
dagang, maupun jasa membuat penyisihan atas piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih, dimana besar kerugian yang sesungguhnya dialami belum dapat
diketahui dengan pasti. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kecermatan catatan akuntansi yang tercermin dalam laporan keuangan.
5. Metode Pencatatan Piutang Dagang dengan Komputer