digunakan untuk menganalisis dan memperbaiki sistem. Jika digambarkan maka sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Analisis Rancangan
Implementasi
Umpan Balik Gambar 2.1. Tahapan dalam sistem akuntansi
2. Rerangka Sistem Akuntansi.
Berbagai sistem dapat menghasilkan berbagai dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan akuntansi dilukiskan hubungannya
dengan sistem akuntansi pokok pada gambar 2.2
Universitas Sumatera Utara
Umpan Balik
Gambar 2.2 Rerangka Sistem Akuntansi
3. Unsur-unsur dari Sistem Akuntansi Utama
Sistem Akuntansi yang disusun untuk suatu perusahaan dapat diproses dengan cara manual tanpa mesin pembantu atau diproses dengan menggunakan
mesin mulai dari mesin pembukuan yang sederhana sampai dengan komputer. Menurut Zaky 1991: 6: “Sistem Akuntansi utama terdiri dari empat unsur, yaitu
Klasifikasi Rekening, Buku Besar dan Buku Pembantu, Jurnal, dan Bukti Transaksi.”
Sistem Penyusunan Anggaran
Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Sistem Akuntansi Piutang
Sistem Akuntansi Pembelian
Sistem Akuntansi Utang
Sistem Akuntansi Penggajian
Pengupahan Sistem Akuntansi
Biaya Sistem Akuntansi
Penerimaan Kas Sistem Akuntansi
Pengeluaran Kas Sistem Akuntansi
Persediaan Sistem Akuntansi
Aktiva Tetap Laporan
Keuangan Jurnal
Buku Besar Buku
Pembantu Dokumen
Pendukung Dokumen
Sumber
Universitas Sumatera Utara
a. Klasifikasi Rekening. Buku rekening adalah penggolongan rekening-rekening yang digunakan
dalam sistem akuntansi. Rekening ini terdiri dari rekening neraca riel dan rekening rugi-laba nominal. Daftar dari rekening yang digunakan
beserta dengan nomor kodenya disebut kerangka rekening. b. Buku Besar dan Buku Pembantu.
Buku besar berisi rekening neraca dan rugi-laba yang digunakan dalam sistem akuntansi. Buku besar ini merupakan dasar untuk menyusun
laporan keuangan, seperti neraca, laporan rugi-laba dan laporan-laporan lainnya. Buku besar ini juga disebut juga sebagai buku pencatatan
terakhir. Buku pembantu berisi rekening yang merupakan rincian dari suatu rekening buku besar. Misalnya rekening piutang dagang dalam
buku besar dibuatkan dengan membuat satu rekening piutang untuk setiap langganan. Rincian ini dilakukan dengan membuat satu rekening
piutang untuk setiap langganan. Kumpulan rekening-rekening piutang ini disebut buku pembantu piutang.
c. Jurnal. Yang dimaksud dengan jurnal adalah catatan akuntansi transaksi pertama
kali. Catatan ini dibuat urut tanggal terjadinya transaksi. Biasanya dibuatkan jurnal-jurnal khusus untuk mencatat transaksi-transaksi yang
frekuensinya tinggi.
Universitas Sumatera Utara
d. Bukti Transaksi. Merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat transaksi pada saat
terjadinya sehingga menjadi bukti tertulis dari transaksi yang terjadi seperti faktur penjualan, bukti kas masuk, dan lain-lain. Bukti transaksi
ini dalam sistem akuntansi yang dikerjakan dengan tangan manual digunakan sebagai dasar pencatatan dalam jurnal umum maupun
rekening-rekening.
B. Pengertian Piutang dan Klasifikasi Piutang.
Piutang merupakan suatu pos yang penting, yang dapat menunjukkan satu bagian yang besar dari harta likuid perusahaan. menurut Skousen skk 2001: 361,
“Dalam pengertiannya yang paling luas putang receivable meliput i semua klaim terhadap pihak lain untuk uang, barang, atau jasa. Tetapi untuk tujuan akuntansi,
istilah ini umumnya digunakan didalam pengertian yang sempit untuk merancang klaim agar ditempatkan dengan kuitansi utang”. Piutang merupakan uang yang
terutang oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah kita berikan kepadanya. Piutang menunjukkan kredit pelanggan dan informasi mengena pembayaran yang
telah dilakukan, yang bermanfaat bagi administrasi kebijakan kredit perusahaan secara keseluruhan. Pada umumnya piutang bersumber dari aktivitas operasi
normal perusahaan yaitu penjualan kredit atas barang atau jasa kepada pelanggan. tetapi selain itu masih banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang.
Menurut Smith dan Skousen 2001, mereka membuat klasifikasi piutang sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. piutang dagang trade receivables. Piutang dagang ini terdiri dari: a. wesel tagih notes receivable. Wesel tagih oleh suatu janji formal
tertulis untuk membayar. b. piutang usaha account receivables. Merupakan piutang dagang yang
tidak dijamin oleh “Rekening terbuka”. Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayarannya
biasanya jatuh tempo dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan
pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan berupa faktur dan kontrak-kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak
mencakup bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode
tertentu. Piutang dagang merupakan tipe piutang paling besar.
2. piutang bukan dagang non trade receivable. Piutang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya. Piutang bukan dagang datang dari berbagai
transaksi seperti: a. penjualan surat berharga atau pemilikan selain barang dan jasa.
b. uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan dan perusahaan-perusahaan afiliasi.
c. setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan instansi-instansi lainnya.
d. pembayaran dimuka atas pembelian-pembelian. e. setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran
biaya, f. tuntutan atas kerugian dan kerusakan,
g. saham yang masih harus disetor, h. piutang dividen dan bunga.
Menurut Haryono 2001:52, “Piutang dapat digolongkan menjadi tiga jenis piutang, Piutang Dagang, Piutang Wesel, dan Piutang Lain-lain”. Piutang dagang
berkaitan erat dengan operasi utama perusahaan, dan umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, piutang wesel lebih formal bila dibandingkan dengan
piutang dagang, debitur dalam piutang wesel membuat janji tertulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut
pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Piutang Lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang maupun
Universitas Sumatera Utara
piutang wesel, dalam kategori ini termasuk didalamnya piutang kepada karyawan perusahaan, direksi perusahaan, dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002:PSAK No. 9 Pargraf 7, “Piutang digolongkan dalam 2 kategori yaitu piutang usaha dan piutang lan-lain.” Piutang
Usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari
transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang Usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat ditagih
dalam satu tahun atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kadang-kadang seluruh piutang usaha diklasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa
memandang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Secara umum piutang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu piutang dagang dan piutang non dagang.
a. Piutang Dagang adalah jumlah hutang yang dimiliki oleh konsumen untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis
normal. Piutang dagang dklasifikasikan anas dua bagian, yaitu: i.
Putang Usaha, merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa secara kredt dalam usaha normal. waktu
pembayaran piutang usaha umumnya 30-60 hari. ii.
Wesel Tagih, adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal
dari penjualan secara kredit, pembiayaan ataupun transaksi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Piutang Non Dagang adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan operasi perusahaan. Adapun yang termasuk dalam tipe piutang non
dagang adalah : i. Piutang timbul dari transaksi pinjaman antara lain pinjaman karyawan
perusahaan. ii. Piutang pendapatan : contohnya piutang sewa, piutang bunga, dan lain
sebagainya.
C. Sistem Akuntansi Piutang Dagang 1.
Prosedur Penjualan Kredit
Piutang usaha muncul dari penjualan kredit disebabkan penjualan kredit mengandung resiko yang tidak terdapat pada penjualan tunai berupa kemungkinan
tidak tertagihnya piutang, maka diperlukan prosedur yang kompleks dalam penjualan kredit. Yang dimaksud dengan prosedur disini yaitu suatu urutan
kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penenganan secara seragam terhadap transaksi
perusahaan yang terjadi. Dalam penjualan kredit terdapat beberapa unsur yang dilakukan sebagai
berikut : a. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembelian dan menambahkan informasi penting pada saat surat order dari pembelian.
Fungi penjualan kemudian membuat faktur penjualan kartu kredit dan
Universitas Sumatera Utara
mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari
pembelian. b.Prosedur Pengiriman barang
Dalam prosedur ini fungsi gudang ini menyiapkan barang yang diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada
pembelian sesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi gudang. Pada saat penyerahan
barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan penerimaan barang dari pemegang kartu kredit diatas faktur penjualan kartu kredit.
c. Prosedur Pencatatan Piutang Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan
kartu kredit ke dalam kartu piutang. d.Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan kartu kredit mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodic fungsi penagihan
membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pemegang kartu kredit perusahaan, dilampirkan dengan faktur penjualan kartu kredit.
e. Prosedur Pencatatan Penjualan Dalam prosedur ini fungsi akuntasi mencatat transaksi penjualan kartu
kredit dalam penjualan.
Universitas Sumatera Utara
Dari prosedur pejualan kerdit diatas melibatkan beberapa fungsi atau kegiatan dari suatu perusahaan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit
meliputi: a. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang
belum ada pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan
dikirim, dan mengisi surat order pengiriman. b. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
c. Fungsi Gudang Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyimapan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan.
d. Fungsi Pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar
surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan. e. Fungsi Penagihan
Universitas Sumatera Utara
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan serta menyediakan copy faktur bagi
kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi. f. Fungsi Akuntansi
Dalam Transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan penjualan.
2. Pengakuan dan Penilaian Piutang Dagang. Pengakuan Piutang Dagang