Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN

DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh :

HENDRIK

080100097

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN

DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

HENDRIK

NIM : 080100097

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul:

Hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yang dipersiapkan oleh:

Hendrik

080100097

Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui

Medan,

Disetujui,

Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Hendrik NIM : 080100097

Pembimbing Penguji I

(dr. Nuraiza Meutia, M.Biomed) (dr. Selvi Nafianti, Sp.A) NIP: 19730911 200102 2 001 NIP: 400048403

Penguji II

(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP: 19731015 200112 2 002

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, yang merupakan salah satu tugas akhir

dalam menyelesaikan program pendidikan S1 fakultas kedokteran USU.

Dengan Selesainya laporan hasil penelitian ini, penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing

penulisan karya tulisilmiah, dr Nuraiza Meutia, M.Biomed, yang dengan sepenuh

hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari

perencanaan penulisan sampai selesainya laporan hasil penelitian ini. Ucapan

terimakasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada keluarga dan teman-teman

yang selalu mendukung dan memberikan semangat demi kelancaran pembuatan

hasil penelitian ini. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang mampu memberikan

balasan terbaik kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna,

baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan

laporan hasil penelitian ini.

Medan, 11 Desember 2011

Hendrik

080100097


(6)

Abstrak

Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di

dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal

tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu

kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan

muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang

terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan

dengan kelebihan berat badan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat

sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau

indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas

pada orang dewasa.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara

indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Desain penelitian ini adalah cross

sectional study dengan teknik consecutive sampling. Populasi pada penelitian ini

adalah mahasiswa/i stambuk 2011,2010,2009, dan 2008 Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang berumur 17-23 tahun yang tidak merokok,

meminum alhohol, ataupun sedang memakai obat-obatan kardiovaskular, dan

tidak mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular. Sampel untuk penelitian ini

sebanyak 70 orang. Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya

responden yang memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil.

Kemudian sampel yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan

darahnya.

Berdasarkan penelitian dan hasil olah dari SPSS didapatkan adanya

hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah (p<0.05) dan kekuatan

hubungan tersebut adalah rendah (0.200<r<0.399). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka akan disertai juga

dengan peningkatan darah sistolik dan tekanan diastolik.

Pada orang obesitas terjadi kompleksitas yang memicu meningkatnya

tekanan darah. Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT

berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan

penyakit renal di usia lanjutnya nanti. Mungkin penelitian ini dapat diteruskan

oleh peneliti selanjutnya dengan mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh

dengan tekanan darah, dengan mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk

diikutsertakan sebagai variabel.


(7)

Abstract

Nowadays, being overweight has been a common problem in the world,

both in developed and developing countries. It deserves attention because excess

weight can spur cardiovascular disorders, especially stroke and heart disease,

diabetes, musculoskeletal disorders, and some cancers. One of the most

important cardiovascular disorder is hypertension. Approximately 75% of

hypertension is directly associated with overweight. Directly measuring the body

fat is very difficult and instead, we used body mass index (BMI) to identify

overweight and obesity in adults.

The purpose of this study was conducted to determine the relationship

between body mass index and blood pressure. This study design wass a cross

sectional study with consecutive sampling technique. The population in this study

were students of Faculty of Medicine Universitas Sumatra Utara, aged 17-23

years who do not smoke, drink alcohol, putting on cardiovascular drugs, and have

no history of cardiovascular disease. The samples for this study were as many as

70 people.

First, respondents will be interviewed. Only respondents who meet

the inclusion and exclusion criteria to be taken. Then the samples that meet these

criteria assessed BMI and blood pressure.

Based on the studies, we established an association between body mass

index and blood pressure (p <0.05) and the strength of this relationship is low

(0.200 <r <0.399). The results of this study indicate that the higher a person's

BMI, the higher the systolic and diastolic pressures.

Complexity which triggers increased blood pressure occurs on overweght

people. The tendency on increased blood pressure on excess IMT group will be a

factor causing hypertension, cardiovascular disease, and renal disease in the

future. Perhaps this research can be continued by subsequent researchers by

examining the relationship between body mass index with blood pressure by

considering other nutritional indicators as another variable

Key words: body mass index, blood pressure, students of Faculty of Medicine

USU


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel, Gambar dan Singkatan ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 2

1.3. Tujuan umum dan khusus ... 2

1.4. Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Indeks Massa Tubuh ... 4

2.2 Obesitas ... 5

2.2.1. Definisi obesitas ... 5

2.2.2. Etiologi obesitas ... 5

2.2.3.

Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas

... 7

2.2.4.

Klasifikasi

... 8

2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas ... 8

2.2.6. Dampak obesitas ... 10

2.3.

Tekanan Darah

... 11

2.3.1. Definisi

Tekanan Darah

... 11

2.3.2.

Fisiologi Tekanan darah ...

12

2.3.3.

Pengukuran Tekanan Darah

... 13

2.3.4. Klasifikasi Tekanan Darah ... 14

2.3.5. Mekanisme Hipertensi ... 15

2.4.

Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah. ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN ... 18

3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 18

3.3. Hipotesa ... 19


(9)

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan tempat penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel ... 20

4.4. Teknik pengambilan data ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 24

5.1.3. Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah .... . 26

5.2. Hasil Analisa Statistik ... 28

5.3. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

Tabel 2.1.

Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar

Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik

... 4

Tabel 2.2.

Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral

... 9

Tabel 2.3.

Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio ...

10

Tabel 2.4.

Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7

... 14

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 25

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT ... 26

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sistole ... 26

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Diastole ... 26

Tabel 5.6. Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan IMT ... 27

Tabel 5.7. Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan IMT ... 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas

... 11

Gambar 2.2.

Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri

... 13

Gambar 2.3.

Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan darah ...

17

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian... 18

DAFTAR ISTILAH

5-HT

: 5-Hydroxy Tryptamine

ACE

: Angiotensin Converting Enzym Kinase

AgRP

: Agouti related protein


(11)

BMI

: Body Mass Indeks

CART

: Cocaine- and amphetamine related transcript

CT

: Computed Tomography

FFA

: Free Fatty Acid

GLP1

: Glukagon related protein 1

IMT

: Indeks Massa Tubuh

MCH

: Melanin concentrating hormone

MCR-4

: Melanocortin receptor 4

MRI

: Magnetic resonance imaging

NPY

: Neuropeptida Y

RAS

: Renin-Angiotensin-System


(12)

Abstrak

Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di

dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal

tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu

kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan

muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang

terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan

dengan kelebihan berat badan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat

sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau

indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas

pada orang dewasa.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara

indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Desain penelitian ini adalah cross

sectional study dengan teknik consecutive sampling. Populasi pada penelitian ini

adalah mahasiswa/i stambuk 2011,2010,2009, dan 2008 Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang berumur 17-23 tahun yang tidak merokok,

meminum alhohol, ataupun sedang memakai obat-obatan kardiovaskular, dan

tidak mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular. Sampel untuk penelitian ini

sebanyak 70 orang. Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya

responden yang memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil.

Kemudian sampel yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan

darahnya.

Berdasarkan penelitian dan hasil olah dari SPSS didapatkan adanya

hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah (p<0.05) dan kekuatan

hubungan tersebut adalah rendah (0.200<r<0.399). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka akan disertai juga

dengan peningkatan darah sistolik dan tekanan diastolik.

Pada orang obesitas terjadi kompleksitas yang memicu meningkatnya

tekanan darah. Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT

berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan

penyakit renal di usia lanjutnya nanti. Mungkin penelitian ini dapat diteruskan

oleh peneliti selanjutnya dengan mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh

dengan tekanan darah, dengan mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk

diikutsertakan sebagai variabel.


(13)

Abstract

Nowadays, being overweight has been a common problem in the world,

both in developed and developing countries. It deserves attention because excess

weight can spur cardiovascular disorders, especially stroke and heart disease,

diabetes, musculoskeletal disorders, and some cancers. One of the most

important cardiovascular disorder is hypertension. Approximately 75% of

hypertension is directly associated with overweight. Directly measuring the body

fat is very difficult and instead, we used body mass index (BMI) to identify

overweight and obesity in adults.

The purpose of this study was conducted to determine the relationship

between body mass index and blood pressure. This study design wass a cross

sectional study with consecutive sampling technique. The population in this study

were students of Faculty of Medicine Universitas Sumatra Utara, aged 17-23

years who do not smoke, drink alcohol, putting on cardiovascular drugs, and have

no history of cardiovascular disease. The samples for this study were as many as

70 people.

First, respondents will be interviewed. Only respondents who meet

the inclusion and exclusion criteria to be taken. Then the samples that meet these

criteria assessed BMI and blood pressure.

Based on the studies, we established an association between body mass

index and blood pressure (p <0.05) and the strength of this relationship is low

(0.200 <r <0.399). The results of this study indicate that the higher a person's

BMI, the higher the systolic and diastolic pressures.

Complexity which triggers increased blood pressure occurs on overweght

people. The tendency on increased blood pressure on excess IMT group will be a

factor causing hypertension, cardiovascular disease, and renal disease in the

future. Perhaps this research can be continued by subsequent researchers by

examining the relationship between body mass index with blood pressure by

considering other nutritional indicators as another variable

Key words: body mass index, blood pressure, students of Faculty of Medicine

USU


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan beberapa kanker (WHO, 2011). Salah satu kelainan kardiovaskuler yang terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan kelebihan berat badan (Ting Fei Ho, 2009).

Dalam pengukuran antropometeri terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan kelebihan berat badan seseorang. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Metode lain adalah pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul.

Indeks Massa Tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih pada populasi orang dewasa, dimana IMT dikategorikan menjadi underweight, normal, overweight, beresiko, obesitas I, dan obesitas II (Sugondo, 2006).

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah

overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese.

WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.


(15)

Obesitas berhubungan dengan berberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes, hiperkolesteronemia, dan penyakit liver (Wilbron et al, 2005), Dan obesitas telah di indentifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi terjadinya hipertensi pada orang dewasa (Lynds et al, 1980 ). Sindrom metabolik, yang merupakan konsekuensi utama dari obesitas, akan menyebabkan inflamasi kronik, yang bersama dengan resistensi insulin, akan menghasilkan kekacauan kompleks pada metabolisme, yang mana akan berkontribusi untuk terjadinya hipertensi, abnormalitas lipoprotein, atherosklerosis, penyakit koroner, dan disfungsi organ lain (Wahba, 2007). Anak-anak dan orang dewasa yang obese, cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara signifikan (Qing He et al , 2000) . Dari prevalensi dan efek jangka panjang yang telah diuraikan di atas, bisa diprediksi bahwa pada nantinya efek jangka panjang dari obesitas adalah masalah kesehatan dan ekonomi yang tidak bisa dipandang ringan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melalui makalah ini ingin meneliti apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah dan seberapa besar hubungan tersebut.

1.2.Rumusan masalah

Dari hasil penguraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah seseorang?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk melihat hubungan antara tekanan darah dengan indeks massa tubuh.

13.2. Tujuan Khusus :

1. Menimbang berat badan mahasiswa/wi 2. Mengukur tinggi badan mahasiswa/wi

3. Menghitung indeks massa tubuh mahasiswa/wi 4. Mengukur tekanan darah mahasiswa/wi


(16)

1.4. Manfaat Penelitian :

1. Penelitian ini memberikan informasi di bidang kesehatan tentang hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah.

2. Sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca KTI ini dan peneliti


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi obesitas

Klasifikasi

IMT

Berat badan kurang

Kisaran normal

Berat badan lebih

Beresiko

Obese I

Obese II

<18,5

18,5-22,9

>23,0

23,0-24,9

25,0-29,9

>30,0

Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria ini berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama,

menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2

dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. (Sugondo, 2006)


(18)

Indeks massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA). IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang dapat mengakibatkan problema kesehatan (CDC, 2011).

2.2. Obesitas. 2.2.1 Definisi

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita (Ganong,2002).

2.2.2. Etiologi

Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan


(19)

sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).

Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik

seperti leptin dan α-MSH pada hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung penting, membawa informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al, 2005).

Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin (Guyton, 2007).

Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida usus seperti ghrelin, peptida YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui nervus vagus (Flier et al, 2005).

Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa, dapat mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan menyebabkan rasa lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan (Flier et al, 2005).

Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas bekerja melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti NPY, AgRP,


(20)

alpha-MSH, an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik, kotekolaminergik, endokannabinoid, dan jalur singnal opioid (Flier et al, 2005).

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma, gangguan lain pada hipotalamus (Flier et al, 2005).

Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005). 2.2.3. Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita, Jawa Barat 17.0% dengan 14.4% pria dan 29.2% wanita, Jawa tengah 17.0% dengan 11.6% pria dan 22.0% wanita, DI Yogyakarta 18.7% dengan 14.6% pria dan 22.5% wanita, Jawa timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5% wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia (Sugondo, 2006). tingginya prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan; prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan.( Flier et al, 2005)


(21)

2.2.4. Klasifikasi

Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007). Antara lain :

a. Mild obesity

dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal. b. Moderate obesity

Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal. c. Morbid

Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian mendadak meningkat dengan tajam.

2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI, Electrical inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan Waist Circumference (Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut mudah dan murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan Waist Circumference yang lebih lazim dilakukan.

1.IMT

IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung. IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang bisa mengakibatkan problema kesehatan.

2. Waist Circumference

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Pengukuran lingkar


(22)

pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan obesitas sentral. Lingkar pinggang menggambarkan lemak tubuh di antaranya tidak termasuk berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan memperngaruhi hasil pengukuran (Sugondo,2006). Berikut kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti et al, 2009)

Tabel 2.2 Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral

3. Waist-to-hip ratio (Flier et al, 2005)

Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan.

Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio

Jenis Kelamin

Ukuran Waist-to-hip

wanita

<0.9


(23)

2.2.6. Dampak obesitas

Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab kardiovaskular (Harrison, 2007). Berikut beberapa efek patologis dari diabetes:

1. Insulin resisten dan diabetaes tipe 2

2. Gangguan pada sistem reproduksi

3. Penyakit kardiovaskular

4. Penyakit pulmoner

5. Gallstones (batu empedu)

6. Kanker


(24)

Gambar 2.2. Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas (Harrison’s Principles of

Internal Medicine, 2005)

2.3. Tekanan Darah 2.3.1. Definisi

Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Peningkatan curah jantung dan atau resistensi vaskuler perifer menyebabkan peningkatan tekanan darah. Jika jantung meningkat sementara resistensi vaskuler perifer menurun dan sebaliknya, maka tekanan darah tidak akan meninggi (Ganong, 2002).

Intake energy > pengeluaran energi


(25)

2.3.2. Fisiologi Tekanan darah

Curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan pada kecepatan denyut jantung atau isi sekuncup. Kecepatan jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis menurunkannya. Isi sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang simpatis menyebabkan serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setiap panjang sedangkan rangsang parasimpatis menimbulkan efek sebaliknya. Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung pada preload dan afterload-nya. Preload adalah derajat peregangan miokardium sebelum miokardium berkontraksi dan afterload adalah resistensi yang dihadapi darah sewaktu dikeluarkan (Ganong, 2002).

Tekanan di dalam aorta dan dalam arteri brankialis dan arteri besar lain pada orang dewasa muda meningkatkan mencapai nilai puncak (tekanan sistolik) kira-kira 120mmHg selama tiap siklus jantung dan turun ke nilai minimal (tekanan diastolik) sekitar 70 mmHg. Tekanan ini didapat pada posisi duduk istirahat atau berbaring. Cukup kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada perempuan lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Secara umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik (Ganong, 2002).


(26)

Gambar 2.3. Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri

2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Ganong (2002), metode pengukuran tekanan darah ada 3 :

5. Mengukur secara langsung

Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara lansung pada potongan kertas yang bergerak.

--

kontraktilitas

preload afterload

Pemendekan serat

miokardium Ukuran ventrikel

kiri

Isi sekuncup Kec. Denyut jantung

Curah jantung Resistensi

perifer


(27)

6. Metode auskultasi

Manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa (sfigmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop diletakkan di atas arteri brankialis pada siku. Manset secara cepat dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brankialis. Arteri dioklusi oleh manset, dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan, suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jeas dan menutupi; akhirnya pad kebanyakan individu, menghilang. Ini adalah bunyi korotkoff. Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang dewasa berkorelasi paling baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang. Akan tetapi, pada orang dewasa setelah berolahraga dan pada anak, tekanan diastolik berkorelasi paling baik dengan bunyi menjadi hilang.

7. Metode palpasi

tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut pertama kali teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur dengan metode auskultasi.

2.3.4. Klasifikasi tekanan darah

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention,

Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7) , tekanan darah


(28)

Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7

SBP/DBP

Kategori

<120/80

Normal

120-139/80-89

Prehipertensi

>=140/90

Hipertensi

140-159/90-99

>=160/100

Hipertensi stage 1

Hipertensi stage 2

Hasil ini merupakan hasil perbaharuan dari The Sixth Report Of The Joint

National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC), Tahun 1997. Pada JNC 6, prehipertensi dibagi menjadi 2 kelas

lagi dan hipertensi dibagi menjadi 3 stage. 2.3.5. Mekanisme Hipertensi

Curah jantung dan tahanan perifer adalah dua faktor penentu tekanan arterial. Dimana curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup dan denyut nadi; isi sekuncup berhubungan dengan kontraktilitas miokardium dan ukuran dari kompartemen vaskular. Tahahan perifer ditentukan oleh fungsional dan anatomi perubahan pada arteri kecil dan arteriol. Berikut beberapa hal yang dapat mengakibatkan perubahan faktor di atas, yang nantinya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah (Fisher, 2005; Williams, 2005) :

1. Volume intravaskular

Volume vaskular adalah penentu primer tekanan arteri untuk waktu yang lama. Sodium secara predominan adalah ion ekstrasellular dan merupakan penentu primer volume cairan ekstrasellular. Ketika masukan dari NaCl melebihi kapasitas dari ginjal untuk membuang sodium, volume vaskular menjadi bertambah dan curah jantung meningkat. Dengan meningkatnya curah jantung akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah; tetapi, seiring dengan waktu, tahanan perifer akan meningkat dan curah jantung akan kembali menjadi normal. Pengurangan kapasitas ekskresi sodium dari ginjal akan menimbulkan hipertensi.

2. Sistem nervus autonom

Sistem nervus autonom menjaga hemostasis kardiovaskular melalui tekanan, volume, dan sinyal kemoreseptor. Refleks adrenergik memodulasi tekanan darah jangka pendek,


(29)

dan fungsi adrenergik, berhubungan dengan hormonal dan faktor volume yang berkaitan, berkontribusi dalam regulasi jangka panjang tekanan arteri. Aktivasi reseptor β1 akan menstimulasi kecepatan dan kekuatan kontraktilitas jantung, yang akhirnya akan meningkatkan curah jantung. Aktivasi reseptor ini juga akan menstimulasi pelepasan renin dari ginjal, sehingga air akan diretensi dan tekanan darah akan meningkat. Selain

reseptor β1, reseptor α1 juga berperan meningkatkan tekanan darah dengan

menyebabkan vasokonstriksi. 3. Renin-Angiotensin-Aldosteron

Tubuh juga memiliki sistem renin angiotensin dalam memodulasi tekanan darah. Peran renin, dihasilkan oleh sel jukstaglomerular di ginjal, dalam modulasi tekanan darah dengan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin 1. Angiotensin 1 ini akan diubah menjadi angiotensin 2, merupakan vasokonstriktor kuat, oleh angiotensin converting

enzym kinase II (ACE kinase II). Angiotensin 2 ini nantinya akan merangsang pelepasan

dari aldosteron, mineralkortikoid yang kuat, dari zona glomerulosa korteks adrenal. Renin-Angiotensin-Aldosteron sistem berkontribusi dalam regulasi tekanan arteri melalui properti angiotensin II dan retensi sodium melalui properti aldosteron.

4. Mekanisme vaskular

Diameter vaskular dan resistensi komplians arteri juga penting dalam menentukan tekanan arteri. Pasien yang hipertensi mempunyai arteri yang kaku dan pasien arterisklerosis secara khusus mempunyai sistol yang tinggi dan tekanan nadi yang lebar sebagai akibat penurunan komplians vaskular yang disebabkan perubahan struktur dinding vaskular.

2.4. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.

Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus vascular dan garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada obesitas. Mekanisme yang mendasarinya termasuk hiperleptinemia, meningkatnya asam lemak bebas (FFA), hiperinsulinemia, dan insulin resisten, kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari saraf simpatis, meningkatnya tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium ginjal. Sebagai tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS), sebagai efek dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa, mengakibatkan meningkatnya retensi garam dan air ginjal (M. Wahba, 2007).


(30)

Endothelial disfungsi Tonus vaskular

Obesitas

leptin FFA

Insulin

Adipose Sintesis RAS

Stimulasi simpatik

RAS

Hipertensi

Retensi garam dan air


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penilitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penilitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Penelitian

Variabel independen : obesitas

Variabel dependen : tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (mmHg) Variabel luar : Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Variabel luar yang dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah umur

pasien, status kesehatan, obatan yang dikonsumsi

b.

Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah

kondisi psikologis individu

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Indeks massa tubuh

Definisi: Indeks massa tubuh merupakan

alat atau cara yang sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan

. Obesitas merupakan

Obesitas Tekanan darah


(32)

peningkatan berat badan dengan IMT

≥25 kg/m

2

akibat akumulasi lemak

yang berlebihan. Indeks massa tubuh diukur dengan menghitung berat

badan dan tinggi badan, dikatakan obesitas bila hasil pengukuran

≥25

kg/m

2

Alat ukur Indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa

dan meteran dinding.

Cara kerja dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah, terlebih dahulu

sampel diukur berat badannya dalam kilogram (kg) kemudian diukur

tinggi badannya dalam meter (m). Setelah itu, kedua nilai itu dimasukkan

ke rumus di bawah ini :

Berat Badan (kg)

IMT =

Tinggi Badan

2

(m)

Skala dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah skala rasio

2. Tekanan Darah

Definisi: Tekanan darah merupakan hasil perkalian curah jantung dan

tahanan vaskuler perifer. Tekanan darah mengarah kepada tekanan pada

pembuluh darah pada saat darah dipompakan ke seluruh anggota tubuh

manusia. Tekanan puncak sewaktu darah dipompakan dinamakan tekanan

sistolik, sedangkan tekanan diastolik menunjuk kepada tekanan minimal

pada saat jantung beristirahat di antara pemompaan.

Alat Ukur

Alat ukur untuk tekanan darah adalah tensi meter raksa merek Nova

Cara Kerja

Sampel diambel tekanan darahnya dengan menggunakan tensi meter raksa merek

Nova, kemudian hasilnya dicatat.

Skala pengukuran : rasio

3.3. Hipotesis


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Dalam survey analitik,dari analisis bivariat dapat diketahui seberapa jauh perbedaan kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Desain yang digunakan adalah cross-sectional yang mana variable-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . Waktu penelitian adalah bulan Juli hingga Oktober 2011. Pemilihan lokasi untuk penelitian ini karena faktor jumlah mahasiswa yang banyak dan terakumulasi dalam satu tempat sehingga membuat proses penelitian lebih mudah dengan faktor biaya yang rendah, serta diharapkan progesi yang cepat dalam pelaksanaan penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan sampel penelitian Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak mempunyai kriteria eksklusi seperti berikut :

Kriteria inklusi : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Kriteria eksklusi

1.

Sedang baru melakukan pekerjaan fisik yang berat.

2.

Mempunyai penyakit kronik seperti penyakit metabolik (diabetes,

kolestrol, dislipidemia,dll) dan penyakit jantung serta pembuluh darah.

3.

Mengkonsumsi obat-obatan 3 hari sebelumnya seperti kardiovaskular dan


(34)

Penghitungan besar sampel minimum yang dibutuhkan bagi ketepatan dan validitas hasil penelitian ini dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi, dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik bermakna, dengan menggunakan rumus dibawah ini:

n= (zα+zβ) 2 +3 0,5ln[(1+r)/(1-r)] Keterangan :

n = besar sampel minimum

zα= nilai distribusi normal baku (tableZ) pada α tertentu Zβ= nilai distribusi normal baku (tableZ) pada β tertentu R = perkiraan koefisien korelasi, (dari pustaka)

Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi adalah 0,362. Bila a (1 arah) = 0,05 (zα = 1.96) dan power = 0,80 (Zβ = 0.82), maka besar sampel minimum yang diperlukan adalah:

n= (1.96+0,82) 2 +3 0,5ln[(1+0,362)/(1-0,362)] n=56.75

n≈57

Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 57 subyek.

4.4. Teknik Pengumpulan data

Responden pada penelitian analitik ini adalah mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, 2010. Subyek penelitian akan dipilih dengan cara Non-probability sampling jenis Consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.


(35)

Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya responden yang memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil. Kemudian sampel yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan darahnya.

Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.

Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT:

1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke depan, membelakangi alat.

2. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukan jarum timbangan (dipakai hitungan dalam kilogram).

3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkannya ujungnya tepat di puncak kepala sampel (vertex).

4. Melihat tinggi badan sampel.

5. Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini: Berat Badan (kilogram)

IMT=

Tinggi Badan2 (meter2)

Untuk mendapatkan nilai tekanan darah, berikut langkah kerjanya:

1.

dililitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri

brakialis, bagian bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti,

sejajar dengan letak jantung.

2.

Posisikan lengan penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.

3.

Buka kunci sphygmanometer dan pompa cuff sehingga pulsasi arteri

radialis menghilang serta dibaca tekanan yang tertera pada manometer.

4.

Dipompakan cuff untuk menaikkan tekanan 30mmHg lebih tinggi.

Dikempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30

detik. Dipompakan cuff sampai level yang tetetapkan tadi.


(36)

5.

Setelah itu kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2- mmHg per

detik dan didengarkan dengan stetoskop suara pertama kali terdengar /

sistole. Diturunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang

sempurna dan ini merupakan tekanan diastol serta diturunkan tekanan

sampai angka 0. Dicatat tekanan sistol dan diastol yang didapat.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini analisis statistik. Pengolahan dan analisis data kuntitatif ini dapat dilakukan manual ataupun dengan bantuan alat komputer. Untuk pengolahan data dengan alat komputer, data perlu diterjemahkan kedalam bahasa komputer yaitu dengan memberikan kode-kode tertentu sesuai dengan bahasa program yang digunakan untuk penelitian ini. Kemudian dilanjutkan analisis bivariat yaitu dengan uji korelasi dan regresi linier. Untuk penelitian ini, software SPSS akan digunakan untuk pengolahan data yang telah dikumpulkan.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU). Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia dan merupakan universitas tertua serta terbaik yang terletak di luar Pulau Jawa, yaitu di Pulau Sumatera. USU juga adalah universitas yang pertama di Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl. Dr. Mansur No.5 Medan

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik sekitar 100Ha berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Fakultas ini mempunyai 1832 mahasiswa S1 dengan perincian 415 orang pada angkatan 2008, 466 orang pada angkatan 2009, 426 orang pada angkatan 2010, dan 525 orang pada angkatan 2011 yang masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang diperoleh selama periode September – Oktober 2011 sebanyak 70 orang. Data yang diperoleh telah diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya. Semua data yang diperoleh adalah data primer.

Responden penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa tahun masuk 2008-2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 33 orang (47.1%) laki-laki dan 37 orang (52.9%) perempuan.


(38)

Tabel 5.1 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentasi (%)

Laki-laki 33 47.1

Perempuan 37 52.9

Responden pada penelitaan berusia antara 17-23 tahun, dimana kelompok umur terbanyak adalah umur 19 dan 21 tahun yang berjumlah 17 orang (24.3%) dan kelompok umur yang paling sedikit adalah umur 23 tahun yang berjumlah 3 orang (4.3%). Berikut merupakan sebaran responden berdasarkan umur:

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentasi (%)

17 5 7.1

18 12 17.1

19 17 24.3

20 14 20.0

21 17 24.3

22 2 2.9

23 3 4.3

Penelitian ini akan menilai hubungan antara IMT dengan tekanan darah. hasil penelitan menunjukkan bahwa 43 orang (61%) memiliki IMT yang normal (18,5-22,9). Walaupun jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak dari total responden, responden yang memiliki berat badan lebih (>23,0) jumlahnya juga tidak sedikit, yakni berjumlah 22 orang (31.4%). Gambaran IMT pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.3:

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai IMT

IMT Jumlah (Orang) Persentasi (%)

<18,5

5 7.1

18,5-22,9

43 61.4

23,0-24,9

8 11.4

25,0-29,9

11 15.7


(39)

Tekanan darah dibagi menjadi dua komponen, yaitu tekanan sistole dan tekanan diastole. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sistole pada responden dapat dibagi dua kelompok, yaitu <120 mmHg sebanyak 38 orang (54.3%) dan 120-139 mmHg sebanyak 32 orang (45.7%). Gambaran tekanan darah sistole pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.4 :

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sistole

Sistole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)

<120 38 54.3

120-139 32 45.7

Sedangkan untuk tekanan darah diastole, peneliti membagi responden pada tiga kelompok yaitu <80 mmHg sebanyak 35 (50%) orang, 80-89 mmHg sebanyak 27 orang (38.6%), dan 90-99 mmHg sebanyak 8 orang (11.4%).

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Diastole

Diastole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)

<80 35 50

80-89 27 38.6

90-99 8 11.4

5.1.3 Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan darah.

Tabel 5.6 dan 5.7 menunjukkan tabulasi silang antara tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole terhadap indek massa tubuh. Tabulasi silang ini menunjukkan sebaran dari indeks massa tubuh berdasarkan tekanan darah masing-masing.


(40)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang IMT <18,5 dan 18,5-22,9 cenderung memiliki tekanan darah sistolik <120 mmHg. Sedangkan responden yang status gizinya >23,0 cenderung memiliki tekanan darah sistolik 120-139 mmHg.

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan IMT Diastolik(mmHg)

Total

<80 80-89 90-99

IMT

<18,5 3 2 0 5

(60.0%) (40.0%) (.0%)

18,5-22,9 25 17 1 43

(58.1%) (39.5%) (2.3%)

23,0-24,9 4 3 1 8

(50.0%) (37.5%) (12.5%)

25,0-29,9 2 5 4 11

(18.2%) (45.5%) (36.4%)

>30,0 1 0 2 3

(33.3%) (0%) (66.7%)

Total 35 27 8 70

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan IMT

Sistolik(mmHg)

Total

<120 120-139

IMT

<18,5 3 2 5

(60.0%) (40.0%)

18,5-22,9 29 14 43

(67.4%) (32.6%)

23,0-24,9 2 6 8

(25.0%) (75.0%)

25,0-29,9 3 8 11

(27.3%) (72.7%)

>30,0 1 2 3

(33.3%) (66.7%)


(41)

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase terbanyak responden yang IMT <18,5 - 24,9 memiliki diastolik <80 mmHg. Sedangkan pada responden yang IMT 25,0-29,9 persentase terbanyak mempunyai diastolik 80-89 mmHg, dan responden yang IMT >30,0 pada diastolik 90-99 mmHg.

5.2 Hasil Analisis Statistik

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara IMT dengan tekanan darah yang dievaluasi berdasarkan tekanan sistolik maupun tekanan diastolik. Untuk melihat kekuatan hubungan dari kedua hal ini, peneliti menggunakan uji korelasi Pearson.

Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dari uji ini adalah 0.333 untuk hubungan tekanan darah sistolik dengan IMT dan 0.299 untuk hubungan tekanan darah diastolik dengan IMT. Nilai positif pada hasil ini menunjukkan arah hubungan, yakni semakin tinggi IMT maka semakin tinggi tekanan darahnya. Sedangkan nilai sebesar 0.333 dan 0.299 menunjukkan besarnya kekuatan hubungan kedua variabel, dimana pada penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007), sementara menurut Wahyuni (2007) menyatakan hubungan yang rendah.

Nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah p=0.005 untuk hubungan tekanan darah sistolik dengan IMT dan p=0.012 untuk hubungan tekanan darah diastolik dengan IMT. Karena kedua nilai ini kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara IMT dengan tekanan darah dengan tingkat hubungan yang rendah.

Hubungan antara dua hal juga dapat dilihat dalam diagram tebar (scatter plot) gambar 5.1 dan gambar 5.2. Dalam diagram tersebut, dilukiskan titik-titik yang mewakili setiap data responden serta garis regresi linier diantara titik-titik itu.


(42)

Gambar 5.1 Scatter Plot Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Sistolik


(43)

5.3 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka akan disertai juga dengan peningkatan darah sistole (r = 0.333, p =0.005) dan tekanan diastole (r = 0.299, p = 0.012). Hasil penelitian ini sesuai dengan efek obesitas yang dipaparkan oleh M. Wahba (2007).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghosh (2007) yang dilakukan di Singapura pada 80 orang Bengalee umur 20-61 tahun dengan r = 0.361, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan sistolik dan r = 0.296, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan diastolic

Studi epidemiologi terdahulu telah menemukan peningkatan yang progresif dalam peningkatan tekanan darah dengan meningkatnya jaringan adipose. Bermacam-macam cara pengukuran obesitas, seperti indeks massa tubuh; Waist circumference; Waist hip

ratio; dan Waist stature ratio telah digunakan dan dianalisis untuk mengetahui hubungan

antara kedua variable ini. Dan dari bermacam-macam cara itu, indeks massa tubuh merupakan salah satu yang memiliki korelasi yang cukup kuat, walaupun itu masih sulit untuk digunakan secara universal, oleh karena terdapatnya variasi biologi dan budaya dari masing masing etnik.

Pada orang obesitas, terdapat banyak kompleksitas yang memicu meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tonus vascular, garam ginjal, dan retensi air adalah inisiator utama hipertensi pada obesitas. Menkanisme yang mendasari antara lain hiperleptinemia, meningkatnya FFA, hiperinsulinemia, dan insulin resisten, semuanya menyebabkan stimulasi simpatik, peningkatan tonus vaskular, disfungsi endotel, dan retensi sodium pada renal. Kompresi parenkim pada renal pada orang obesitas oleh lemak-lemaknya akan memperlambat aliran tubulus ginjal yang mana juga akan menyertai terjadinya hipertensi. Sebagai tambahan, peningkatan aktifitas RAS, sebagai hasil aktifasi simpatis dan peningkatan sintesis jaringan adipose, adalah umum pada orang obesitas, mengakibatkan retensi pada sodium dan air pada ginjal (Wahba, 2007).

Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit renal di usia lanjutnya nanti.


(44)

Walaupun hipotesis yang didapatkan pada penelitian ini cukup bermakna, tetapi penelitian ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Kekurangan dari penelitian ini adalah hanya digunakan satu indikator untuk menentukan status gizi seseorang, yaitu indeks massa tubuh dan juga metode yang digunakan peneliti adalah cross-sectional yang mana memiliki tingkat kesalahan yang lebih tinggi dari metode lainnya seperti cohort.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Nilai p ≤ 0.05, r = 0.333.. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik dan hubungannya adalah rendah.

2. Nilai p ≤ 0.05, r = 0.299. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik dan hubungannya adalah rendah.

3. Berat badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 60.68 kg dengan berat badan yang terendah adalah 43.0 kg dan yang terberat adalah 104 kg

4. Tinggi badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 163.07 cm dengan tinggi badan tertinggi adalah 183 cm dan terendah adalah 139 cm.

5. Indeks massa tubuh (IMT) responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 22.7 kg/m2 dengan IMT yang terbesar adalah 37.87 22.7 kg/m2 dan yang terkecil adalah 16.6 22.7 kg/m2

6. Tekanan darah responden yang mengikuti penelitian, baik sistolik maupun

diastolik secara berurut, ini adalah rata-rata 115.26 mmHg dan 74.6 mmHg dengan nilai tertinggi adalah 130 mmgHg dan 90 mmHg serta nilai terendah adalah 100 mmHg dan 60 mmHg

6.2.Saran

Penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap terdapat penelitian lain yang dapat meneruskan penelitian ini agar lebih sempurna. Mungkin penelitian ini dapat diteruskan Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk diikutsertakan sebagai variabel. Karena selain sebagai skala pembanding, juga bisa digunakan sebagai skala prioritas manakah indikator yang mempunyai hubungan paling kuat dalam memprediksi peningkatan tekanan darah pada gizi yang berlebih.


(46)

Selain itu, karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh mempunyai hubungan tekanan darah, maka peneliti menyarankan kepada mahasiswa FK USU selaku responden maupun pembaca KTI ini yang memiliki berat badan lebih untuk dapat mengontrol berat badan mereka karena berat badan yang berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit renal di usia lanjutnya nanti.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, KGMM., et al. 2009.

Harmonizing the Metabolic Syndrome A Joint

Interim Statement of the International Diabetes Federation Task Force on

Epidemiology and Prevention; National Heart, Lung, and Blood Institute;

American Heart Association; World Heart Federation; International

Atherosclerosis Society; and International Association for the Study of

Obesity. Circulation AHA: 1640-1645

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional.

Departemen Kesehatan RI.

Fisher, Naomi DL., Williams, Godon H., 2005. Hypertensive Vascular Disease.

In: Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL.,

Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine 6

th

ed.

McGraw-Hill

Flier, JS., Flier EM., 2005. Obesity. In: Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS.,

Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of

Internal Medicine 6

th

ed. McGraw-Hill

Ganong, WF. 2002. Keseimbangan Energi, Metabolisme, & Nutrisi. In:

Widjajakusumah, HMD., ed. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC.

Jakarta :269-304

Ghosh, JR., Bandyopadhyay, AR., 2007. Comparative Evaluation of Obesity

Measures: Relationship with Blood Pressures and Hypertension. Singapore

Med J ; 48 (3) : 232


(48)

Guyton, AC., Hall, JE., 2007. Keseimbangan Diet; Aturan Pemberian Makanan ;

Obesitas dan kelaparan; Vitamin dan Mineral. In: Irawati, et al. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran.EGC. jakarta : 917-918

Lynds, BG., Seyler, SK., and Morgan, BM., 1980. The Relationship between

Elevated Blood Pressure And Obesity in Black Children. Am J Public

Health 70:171-173

M. Wahba. 2007. Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic link to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562.

Misnadiarly, 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta:

Pustaka Obor Populer.

Qing He, Ding, Zong Yi Ding, Yee-Tak Fong, and Karlberg, J., 2000. Blood

Pressure Is Associated With Body Mass Index in Both Normal and Obese

Children. Hypertension ;36;165-170

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi 10. Jakarta : CV SAGUNG SETO.

Sugondo, S., 2006. Obesitas. In: Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I.,

Simadibrata, MK., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat

Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta: 1919-1925

Ting Fei Ho, 2009. Cardiovascular Risks Associated With Obesity in Children

and Adolescents. Ann Acad Med Singapore ;38:48-56

U.S. Department of Health and Human Services, 1997.

The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure

. National Institutes of Health, National High Blood

Pressure Education Program.


(49)

U.S. Department of Health and Human Services, 2004.

The Seventh Report of the

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure. National Institutes of Health, National

High Blood Pressure Education Program.

Wilborn, C., et al. 2005. Obesity: Prevalence, Theories, Medical Consequences,

Management, and Research Directions.

Journal of the International Society

of Sports Nutrition. 2(2): 4-31.

World Health Organization.

Obesity and Overweight. WHO Media centre.

Available from:

28 March 2011


(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

:

Hendrik

Tempat/tanggal lahir :

Medan, 21 November 1990

Pekerjaan

:

Mahasiswa

Agama

:

Buddha

Alamat

:

Jalan P.BTG V G.Bersama Blok F-64

Nomor telepon

:

087869938071

Orangtua

:

Tjioe Tjin Joeng (bapak)

Tjia Wie Lin (ibu)

Riwayat Pendidikan :

1. SD Methodist-2 Medan (1996-2002)

2. SMP Methodist-2 Medan (2002-2005)

3. SMA Methodist-2 Medan (2005-2008)

Kegiatan organisasi :

-

Staff divisi Humas Tim Bantuan Medis FK USU PEMA FK USU Periode

2009-2010, 2010-2011


(51)

LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya Hendrik, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang mengadakan

penelitian dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah

pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara”.

Pada zaman sekarang ini orang obesitas dan overweight sudah menjadi hal

biasa di dunia ini, terlebih di negara maju dan negara yang sedang berkembang.

Hal tersebut patut mendapat perhatian karena obesitas dapat memacu kelainan

kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan

muskuloskeletal, dan beberapa kanker . Salah satu kelainan kardiovaskuler yang

terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan

dengan obesitas.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk melihat hubungan antara tekanan darah

dengan indeks massa tubuh.. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

memberikan informasi tambahan di bidang kesehatan tentang hubungan indeks

massa tubuh dengan tekanan darah, serta dapat memberikan data untuk penelitian

selanjutnya yang lebih mendalam.

Saya akan melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan

darah Saudara. Lama pengukuran ini berkisar 5 menit.

Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Indentitas

pribadi Saudara/i sebagai partisipan akan dirahasiakan dan informasi yang

diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini,

Saudara/i tidak akan dikenakan baiaya apapun. Jika saudara/i bersedia untuk

menjadi partisipan maka peneliti akan memberikan imbalan. Bila terdapat hal


(52)

yang kurang dimengerti, Saudara/i dapat langsung menanyakan kepada Saya

sebagai peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesedian

Saudara/i menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, 2011

Peneliti,


(53)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan

Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Univesitas Sumatera Utara”, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Demikianlah surat pertanyaan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2011

Peserta Penelitian,


(54)

DATA INDUK RESPONDEN

Tanggal wawancara :

Nomor Responden

:

Nama Responden

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Semester/Angkatan :

1.

Apakah Anda saat ini sedang mengkonsumsi obat-obatan?

Tidak

Ya (………..)

2

Riwayat penyakit yang pernah dialami:

(………..)

TD:

INDEKS MASSA TUBUH

Berat Badan (kg) :

Tinggi Badan (m) :

IMT

:


(55)

DATA STATISTIK DAN HASIL UJI HIPOTESIS

Statistik Umur, Jenis Kelamin, IMT, Sistolik, dan Diastolik Responden

Statistik

umur jenis kelamin IMT Sistolik diastolik

N Valid 70 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0 0

Mean 19.63 1.53 2.49 1.46 1.61

Median 20.00 2.00 2.00 1.00 1.50

Mode 19a 2 2 1 1

Std. Deviation 1.486 .503 .989 .502 .687

Minimum 17 1 1 1 1

Maximum 23 2 5 2 3

Sum 1374 107 174 102 113

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frekuensi Umur Responden

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 5 7.1 7.1 7.1

18 12 17.1 17.1 24.3

19 17 24.3 24.3 48.6

20 14 20.0 20.0 68.6

21 17 24.3 24.3 92.9

22 2 2.9 2.9 95.7

23 3 4.3 4.3 100.0


(56)

Frekuensi Jenis Kelamin Responden

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 33 47.1 47.1 47.1

perempuan 37 52.9 52.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Frekuensi IMT Responden

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid underweight 5 7.1 7.1 7.1

normoweight 43 61.4 61.4 68.6

overweight 8 11.4 11.4 80.0

obesitas I 11 15.7 15.7 95.7

obesitas II 3 4.3 4.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Frekuensi Tekanan Darah Sistolik responden

sistolik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 38 54.3 54.3 54.3

2 32 45.7 45.7 100.0


(57)

Frekuensi Tekanan Darah Diastolik Responden

Diastolik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 50.0 50.0 50.0

2 27 38.6 38.6 88.6

3 8 11.4 11.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Hasil Uji Hipotesis Pearson

Correlations

IMT sistole diastole

IMT Pearson Correlation 1 .333** .299*

Sig. (2-tailed) .005 .012

N 70 70 70

sistole Pearson Correlation .333** 1 .570**

Sig. (2-tailed) .005 .000

N 70 70 70

diastole Pearson Correlation .299* .570** 1

Sig. (2-tailed) .012 .000

N 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(1)

yang kurang dimengerti, Saudara/i dapat langsung menanyakan kepada Saya

sebagai peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesedian

Saudara/i menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, 2011

Peneliti,


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan

Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Univesitas Sumatera Utara”, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Demikianlah surat pertanyaan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2011

Peserta Penelitian,


(3)

DATA INDUK RESPONDEN

Tanggal wawancara :

Nomor Responden

:

Nama Responden

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Semester/Angkatan :

1.

Apakah Anda saat ini sedang mengkonsumsi obat-obatan?

Tidak

Ya (………..)

2

Riwayat penyakit yang pernah dialami:

(………..)

TD:

INDEKS MASSA TUBUH

Berat Badan (kg) :

Tinggi Badan (m) :

IMT

:


(4)

DATA STATISTIK DAN HASIL UJI HIPOTESIS

Statistik Umur, Jenis Kelamin, IMT, Sistolik, dan Diastolik Responden

Statistik

umur jenis kelamin IMT Sistolik diastolik

N Valid 70 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0 0

Mean 19.63 1.53 2.49 1.46 1.61

Median 20.00 2.00 2.00 1.00 1.50

Mode 19a 2 2 1 1

Std. Deviation 1.486 .503 .989 .502 .687

Minimum 17 1 1 1 1

Maximum 23 2 5 2 3

Sum 1374 107 174 102 113

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frekuensi Umur Responden

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 5 7.1 7.1 7.1

18 12 17.1 17.1 24.3

19 17 24.3 24.3 48.6

20 14 20.0 20.0 68.6

21 17 24.3 24.3 92.9

22 2 2.9 2.9 95.7

23 3 4.3 4.3 100.0


(5)

Frekuensi Jenis Kelamin Responden

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 33 47.1 47.1 47.1

perempuan 37 52.9 52.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Frekuensi IMT Responden

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid underweight 5 7.1 7.1 7.1

normoweight 43 61.4 61.4 68.6

overweight 8 11.4 11.4 80.0

obesitas I 11 15.7 15.7 95.7

obesitas II 3 4.3 4.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Frekuensi Tekanan Darah Sistolik responden

sistolik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 38 54.3 54.3 54.3

2 32 45.7 45.7 100.0


(6)

Frekuensi Tekanan Darah Diastolik Responden

Diastolik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 50.0 50.0 50.0

2 27 38.6 38.6 88.6

3 8 11.4 11.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Hasil Uji Hipotesis Pearson

Correlations

IMT sistole diastole

IMT Pearson Correlation 1 .333** .299*

Sig. (2-tailed) .005 .012

N 70 70 70

sistole Pearson Correlation .333** 1 .570**

Sig. (2-tailed) .005 .000

N 70 70 70

diastole Pearson Correlation .299* .570** 1

Sig. (2-tailed) .012 .000

N 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).