Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Thilageswary a/p Sellasamy
Tempat/ tanggal lahir : Negeri Sembilan, Malaysia/ 12 Juni 1992 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Hindu
Alamat : No 16, Jln Hamzah, Medan
Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009 : Management & Science University - 2011 : Fakultas Kedokteran USU - sekarang Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)
(2)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Salam sejahtera,
Saya, Thilageswary, mahasiswa semester VI dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012”.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di negara-negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Penyakit ini akan menyebabkan berbagai kerusakan organ apabila tidak ditangani secara cepat dan dapat berakibat kematian. Penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah.
Untuk mendapatkan data penelitian ini, saya memohon kesediaan bapak dan ibu untuk mengisi kuesioner dan diperiksa tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer Riester. Data-data yang didapatkan hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan tidak akan disebar untuk tujuan lain
Tidak ada biaya apapun yang akan dikenakan kepada bapak dan ibu pada penelitian ini. Partisipasi penelitian ini bersifat bebas dan tanpa ada paksaan dan Anda berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Anda mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) yang telah saya persiapkan. Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.
Medan, ________________ 2015 Peneliti,
(3)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Umur : Jenis Kelamin :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiwa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012”, maka dengan ini saya mengatakan bahwa saya memahami penjelasan secara lengkap dan secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, ……… 2015 Responden,
(4)
LAMPIRAN 4
PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX INSTRUCTIONS:
The following questions relate to your usual sleep habits during the past month only. Your answers should indicate the most accurate reply for the majority of days and nights in the past month. Please answer all questions.
1. During the past month, what time have you usually gone to bed at night? BED TIME ___________
2. During the past month, how long (in minutes) has it usually taken you to fall asleep each night?
NUMBER OF MINUTES ___________
3. During the past month, what time have you usually gotten up in the morning?
GETTING UP TIME ___________
4. During the past month, how many hours of actual sleep did you get at night? (This may be different than the number of hours you spent in bed.) HOURS OF SLEEP PER NIGHT ___________
For each of the remaining questions, check the one best response. Please answer all questions.
5. During the past month, how often have you had trouble sleeping because you :
a) Cannot get to sleep within 30 minutes
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
b) Wake up in the middle of the night or early morning Not during the Less than Once or twice Three or more
(5)
c) Have to get up to use the bathroom
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
d) Cannot breathe comfortably
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
e) Cough or snore loudly
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
f) Feel too cold
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
g) Feel too hot
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
h) Had bad dreams
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
i) Have pain
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
j) Other reason(s), please
(6)
How often during the past month have you had trouble sleeping because of this? Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
6. During the past month, how would you rate your sleep quality overall? Very good ______ Fairly good ______Fairly bad _____Very bad ______
7. During the past month, how often have you taken medicine to help you sleep (prescribed or "over the counter")?
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
8. During the past month, how often have you had trouble staying awake while driving, eating meals, or engaging in social activity?
Not during the Less than Once or twice Three or more
past month_____ once a week_____ a week_____ times a week_____
9. During the past month, how much of a problem has it been for you to keep up enough enthusiasm to get things done?
No problem at all _______Only a very slight problem _______ Somewhat of a problem ______ A very big problem __________
(7)
LAMPIRAN 5
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STAMBUK 2012
Nama : No:
Umur :
Jenis Kelamin :
Instruksi: Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan yang berhubungan dengan kebiasaan tidur anda satu bulan terakhir. Jawaban yang anda berikan adalah jawaban yang menunjukkan mayoritas malam yang anda alami selama satu bulan terakhir. Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Selama satu bulan terakhir, jam berapakah biasanya anda tidur di malam hari?
Waktu tidur ___________
2. Selama satu bulan terakhir, berapa menit waktu yang anda habiskan di tempat tidur sebelum tertidur setiap malam?
Jumlah menit __________
3. Selama satu bulan terakhir, jam berapakah anda bangun di pagi hari? Jam bangun tidur ___________
4. Selama satu bulan terakhir, berapa jam anda tidur setiap malam? (Hal ini mungkin berbeda dengan jumlah jam yang anda habiskan di tempat tidur.) Jumlah jam tidur ___________
Untuk pertanyaan di bawah ini, pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai. 5. Selama satu bulan terakhir, seberapa seringkah anda sulit untuk tidur
karena anda.
a. Tidak dapat tidur selama 30 menit
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
(8)
b. Bangun pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat tidak ada selama satu bulan terakhir
kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
c. Terbangun untuk pergi ke kamar mandi tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
d. Sulit bernafas dengan nyaman
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
e. Batuk atau mendengkur dengan keras tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
f. Merasa kedinginan
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
(9)
g. Merasa kepanasan
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
h. Bermimpi buruk
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
i. Terasa sakit di badan
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu j. Alasan lain, silakan tuliskan
_____________________________________________ Seberapa sering Anda sulit tidur karena masalah ini? tidak ada selama satu bulan terakhir
kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
6. Selama satu bulan terakhir, bagaimana anda menilai kualitas tidur anda secara keseluruhan?
sangat baik baik buruk sangat buruk
(10)
7. Selama satu bulan terakhir, seberapa sering anda mengkonsumsi obat-obatan untuk membantu anda tidur?
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
8. Selama satu bulan terakhir, seberapa sering anda kesulitan untuk tetap bangun selagi mengemudi, makan, atau beraktivitas sosial?
tidak ada selama satu bulan terakhir kurang dari satu kali seminggu satu atau dua kali seminggu tiga kali atau lebih seminggu
9. Selama satu bulan terakhir, seberapa sulitkah anda untuk tetap antusias dalam beraktivitas?
tidak sulit agak sulit sulit sangat sulit
(11)
LAMPIRAN 6
Penilaian PSQI Komponen 1 : Kualitas tidur subjektif- pertanyaan no.9
Respond terhadap pertanyaan no. 9 Skor dari komponen 1
Sangat Baik 0
Cukup Baik 1
Kurang Baik 2
Sangat Buruk 3
Skor komponen 1: _________
Komponen 2 : Latensi tidur- pertanyaan no. 2 dan 5a
Respond terhadap pertanyaan no. 2 Subskor dari komponen 2/Q2
≤ 15 menit 0
16-30 menit 1
31-60 menit 2
> 60 menit 3
Respond terhadap pertanyaan no. 5a Subskor dari komponen 2/Q5a
Tidak ada pada bulan lalu 0
Kurang dari sekali dalam seminggu 1 Sekali atau dua kali dalam seminggu 2 Tiga kali atau lebih dalam seminggu 3
Jumlah subskor pertanyaan no. 2 dan no. 5a Skor komponen 2
0 0
1 - 2 1
3 - 4 2
5 - 6 3
Skor komponen 2: _________
(12)
Respon terhadap pertanyaan no. 4 Skor komponen 3
> 7 jam 0
6-7 jam 1
5-6 jam 2
< 5 jam 3
Skor komponen 3: _________
Komponen 4 : Effisiensi tidur- pertanyaan 1, 3, dan 4
Efisiensi tidur = (total jumlah jam tidur/ total waktu di tempat tidur) X 100% Total jumlah jam tidur – pertanyaan no. 4
Total waktu di tempat tidur – yang dikalkulasikan dari respon terhdadap pertanyaan no.1 dan no. 3
Effisiensi tidur Skor komponen 4
> 85% 0
75-84% 1
65-74% 2
< 65% 3
Skor komponen 4: _________
Komponen 5 : Gangguan Tidur- pertanyaan no.5b-5j
Tidak ada pada bulan lalu 0
Kurang dari sekali dalam seminggu 1 Sekali atau dua kali dalam seminggu 2 Tiga kali atau lebih dalam seminggu 3
Jumlah skor dari pertanyaan no. 5b sampai 5j Skor komponen 5
0 0
1 - 9 1
10 - 18 2
19 - 27 3
Skor komponen 5: ________
(13)
Respon terhadap pertanyaan no. 6 Skor komponen 6
Tidak ada pada bulan lalu 0
Kurang dari sekali dalam seminggu 1 Sekali atau dua kali dalam seminggu 2 Tiga kali atau lebih dalam seminggu 3 Skor komponen 6: _________
Komponen 7 : Disfungsi pada siang hari- pertanyaan no. 7 dan no. 8
Respon terhadap pertanyaan no. 7 Subskor komponen 7/pertanyaan 7
Tidak ada pada bulan lalu 0
Kurang dari sekali dalam seminggu 1 Sekali atau dua kali dalam seminggu 2 Tiga kali atau lebih dalam seminggu 3
Respon terhadap pertanyaan no. 8 Subskor komponen 7/pertanyaan 8
Tidak ada 0
Hanya masalah kecil 1
beberapa masalah 2
Masalah besar 3
Subskor gabungan pertanyaan no. 7 dan no. 8 Skor komponen 7
0 0
1 - 2 1
3 - 4 2
5 - 6 3
Skor komponen 7: _________
(14)
(15)
LAMPIRAN 8
NO USIA JENIS
KELAMIN NILA1 PSQI KUALITAS TIDUR TEKANAN DARAH
1 23 perempuan 7 poor buruk
2 21 perempuan 6 poor buruk
3 21 perempuan 8 poor buruk
4 25 perempuan 6 poor buruk
5 19 perempuan 7 poor buruk
6 21 perempuan 5 Good buruk
7 21 perempuan 4 Good buruk
8 21 perempuan 4 Good buruk
9 21 perempuan 4 Good buruk
10 22 perempuan 5 Good buruk
11 22 perempuan 8 poor buruk
12 21 perempuan 9 poor buruk
13 26 perempuan 10 poor buruk
14 21 perempuan 8 poor buruk
15 23 perempuan 8 poor buruk
16 23 perempuan 7 poor buruk
17 21 perempuan 8 poor buruk
18 21 perempuan 9 poor buruk
19 21 perempuan 5 Good buruk
20 21 perempuan 5 Good buruk
21 22 perempuan 4 Good buruk
22 20 perempuan 7 poor buruk
23 22 perempuan 6 poor buruk
24 21 perempuan 7 poor buruk
25 23 perempuan 5 Good buruk
26 20 perempuan 8 poor buruk
27 21 perempuan 8 poor baik
28 23 perempuan 7 poor baik
29 20 perempuan 7 poor baik
30 20 perempuan 6 poor baik
31 21 perempuan 6 poor baik
32 21 perempuan 6 poor baik
33 20 perempuan 6 poor baik
34 18 perempuan 6 poor baik
(16)
36 22 perempuan 13 poor buruk
37 20 perempuan 10 poor buruk
38 21 perempuan 9 poor buruk
39 21 perempuan 8 poor buruk
40 22 perempuan 8 poor buruk
41 20 perempuan 7 poor buruk
42 20 perempuan 12 poor buruk
43 21 perempuan 7 poor buruk
44 21 lakilaki 8 poor buruk
45 20 lakilaki 8 poor buruk
46 21 lakilaki 9 poor buruk
47 21 lakilaki 9 poor buruk
48 20 lakilaki 9 poor buruk
49 21 lakilaki 9 poor buruk
50 21 lakilaki 10 poor buruk
51 21 lakilaki 7 poor buruk
52 24 lakilaki 7 poor buruk
53 20 lakilaki 6 poor buruk
54 20 lakilaki 6 poor buruk
55 22 lakilaki 12 poor buruk
56 21 lakilaki 6 poor buruk
57 21 lakilaki 8 poor buruk
58 21 lakilaki 8 poor buruk
59 21 lakilaki 13 poor buruk
60 22 lakilaki 7 poor buruk
61 21 lakilaki 7 poor buruk
62 23 lakilaki 7 poor buruk
63 23 lakilaki 9 poor buruk
64 23 lakilaki 6 poor baik
65 21 lakilaki 6 poor baik
66 23 lakilaki 6 poor baik
67 21 lakilaki 6 poor baik
68 22 lakilaki 6 poor baik
69 23 lakilaki 6 poor baik
70 21 lakilaki 8 poor buruk
71 23 lakilaki 10 poor buruk
72 24 lakilaki 8 poor buruk
73 23 lakilaki 5 Good baik
74 22 lakilaki 4 Good baik
75 21 lakilaki 5 Good baik
(17)
77 22 lakilaki 5 Good baik
78 23 perempuan 5 Good baik
79 21 perempuan 5 Good baik
80 20 perempuan 3 Good baik
81 22 perempuan 4 Good baik
82 22 perempuan 5 Good baik
83 21 perempuan 5 Good baik
84 21 perempuan 4 Good baik
85 18 perempuan 5 Good baik
86 23 perempuan 1 Good baik
87 21 perempuan 3 Good baik
88 23 perempuan 4 Good baik
89 20 perempuan 2 Good baik
90 20 perempuan 3 Good baik
91 22 perempuan 4 Good baik
92 21 perempuan 5 Good baik
93 21 perempuan 4 Good baik
94 20 perempuan 3 Good baik
95 20 perempuan 4 Good baik
96 21 perempuan 2 Good baik
97 20 perempuan 4 Good baik
98 21 perempuan 2 Good baik
99 23 lakilaki 3 Good baik
(18)
LAMPIRAN 9
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Lakilaki 36 36.0 36.0 36.0
perempuan 64 64.0 64.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
18 2 2.0 2.0 2.0
19 1 1.0 1.0 3.0
20 18 18.0 18.0 21.0
21 44 44.0 44.0 65.0
22 14 14.0 14.0 79.0
23 17 17.0 17.0 96.0
24 2 2.0 2.0 98.0
25 1 1.0 1.0 99.0
26 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Kualitastidur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
poor 63 63.0 63.0 63.0
good 37 37.0 37.0 100.0
(19)
BP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
buruk 57 57.0 57.0 57.0
baik 43 43.0 43.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Kualitastidur * BP Crosstabulation
BP Total
buruk baik
Kualitastidur poor
Count 48 15 63
Expected Count 35.9 27.1 63.0
% within Kualitastidur 76.2% 23.8% 100.0%
% within BP 84.2% 34.9% 63.0%
good
Count 9 28 37
Expected Count 21.1 15.9 37.0
% within Kualitastidur 24.3% 75.7% 100.0%
% within BP 15.8% 65.1% 37.0%
Total
Count 57 43 100
Expected Count 57.0 43.0 100.0
% within Kualitastidur 57.0% 43.0% 100.0%
% within BP 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 25.584a 1 .000
Continuity Correctionb 23.512 1 .000
Likelihood Ratio 26.450 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 25.328 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.91. b. Computed only for a 2x2 table
(20)
DAFTAR PUSTAKA
Andreas. Nasional Kardiovaskular Harapan Kita: Jantung Sehat dan Tidur
Sehat. 2011 Oktober; 1-2. Diakses dari : //www.pjnhk.go.id// (Accessed : 1 April 2015)
Angkat, D.N.S.2009. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja Usia 15-17 tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Universitas Sumatera Utara.
Available from:
respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14277/10E00044.pdf (Accessed : 12 April 2015)
Asmadi, Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika; 2008
Ashshiddiq, 2010. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Esa Unggul.
Available from: digilib.esaunggul.ac.id (Accessed : 12 Oktober 2015)
Buysse, D., Reynolds, C. F., Monk, T.H., Berman, S. R., Kupfer, D. J., 1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Psychiatric Research, 28 : 193-213.
Calhoun, D.A., dan Harding,S.M., 2010. Sleep and Hypertension. American College of Chest Physicians,Inc. Journal Circulation.138: 434-443.
Carlson, N.R., 2005. Foundations of Psysiological psychology. 6th ed. Pearson Education,Inc , 230-256
(21)
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL,
Jones DW, Materson BJ, Oparil S, Wright JT, Roccella EJ, and the National High Blood Pressure Education Program Coordinating Committee. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. The JNC 7 Report. JAMA 2003 ;289:2560-2572
Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009.
(Accessed : 24 Mei 2015)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. www.depkes.go.id. (Accessed : 24 Mei 2015)
Dobrian.A.D., Davies, M., Russell.L.P., and Lauterio,T.J., 2000. Development of Hypertension in A Rat Model of Diet-Induced Obesity. Hypertension. Edisi: 35, 1009-1015.
Gottlieb, D.J., et,al., 2006. Association of Usual Sleep Duration with Hypertension. The Sleep Heart Health Study.126:1-6.
(Accessed: 3 April 2015)
Gareth Beevers, Gregory Y H Lip, Eoin O'Brien. 2001 British Medical Journal volume 322; bmj.com (Accessed : 2 Mei 2015)
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology 11th ed. Philadelphia: Elsevier Inc, 305-307
Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Perilaku Siaga, Tidur, dan Aktivitas Listrik Tidur dan Aktivitas Listrik Otak. Edisi 20. Jakarta: EGC. 2003 Japardi, I., 2002. Gangguan Tidur. Departemen Bedah Fakultas Kedokteran
(22)
Javaheri, S., Isser, A.S., Rosen C.L., dan Redline.S, 2008. Sleep Quality and Elevated Blood Pressure in Adolescents. American Heart Association, Inc. Journal Circulation.118: 1034-1040.
Available from:
http://circ.ahajournals.org/content/suppl/2008/08/25/CIRCULATIONAHA .108.766410.DC1.html (Accessed: 5 April 2015)
Joint National Committee VII, 2003. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Available from :
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf (Accessed: 5 April 2015)
Julian D.G., Cowan J. C., McLenachan J. M., 2005. Cardiology. Hypertension and Heart Disease.China : Elsevier Saunders pp. 301-318
Kaplan NM, 2007. Systemic hypertension: mechanisms and diagnosis. In: Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, eds.,. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa; Saunders Elsevier: chap 86.
Lee K.J., 2008. In : Lee K.J.,ed Cecil Medicine 23rd ed.USA: The McGraw Hill
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W., dan Setiowulan, W., 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius, 518-522
National Heart, Lung, and Blood Institut dari U.S. Department of Health and Human Services, 2009. Healthy Sleep. www.nhlbi.nih.gov. (Accessed: 23 April 2015)
(23)
Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi I. Jakarta: Rineka Cipta, 42-46
Redwine KM, Daniels SR. The Journal of Clinical Hypertension.
Prehypertension in Adolescents: Risk and Progression. May 2012; 14: 360-364 (Accessed: 17 April 2015)
Redline S. Sleep Quality and Elevated Blood Pressure in Adolescent. American Heart Association . Journal Circulation. 2008 September 2; (Accessed: 5 Mei 2015)
Remmes A. H., 2012. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Sleep Disorders. Second Edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc. pp. 483-491
Riaz, K., 2012. Hypertension. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview#showall. (Accessed: 14 Mei 2015)
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : CV. Sagung Seto, 112-113
//www.sleepdex.org// Sleepdex. Stages of Sleep. (Accessed 7 Mei 2015)
Smyth Carole. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI); 2007
The National Institute of Health Research and Development Ministry of Health Republic of Indonesia. Report of Result National Basic Research (RISKESDA) 2007. Jakarta: Ministry of Health Republic of Indonesia; December 2008, 283p
(24)
Tortora, G.J. & Derrickson, B. 2009. Principle of Anatomy and Physiology.12th ed. John Wiley & Sons: USA, 590-593
Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 108-120
World Health Organization. A Global Brief On Hypertension 2013; who/dco/whd. Available from: www.who.int/cardiovascular disease
(25)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengambarkan hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo.S, 2002)
- Variabel Independen - Kualitas Tidur - Variabel Dependen - Tekanan Darah 3.2.2. Definisi Operasional
Kualitas Tidur
Kualitas tidur diukur berdasarkan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysee,1989) di mana kita diketahui seseorang itu mengalami gangguan tidur jika skornya > 5. Menurut National Sleep Foundation (2011), dikatakan cukup tidur apabila durasi ≥ 7 jam, dan kurang tidur apabila durasi < 7 jam.
(26)
a. Cara Ukur : Angket
b. Alat Ukur : Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) c. Skala : Skala ordinal
d. Hasil Pengukuran :
− Nilai PSQI >5 : Kualitas tidur buruk
− Nilai PSQI < 5 : Kualitas tidur baik (Buysee DJ, et al, 1989).
3.2.2. Tekanan Darah
Tekanan darah berdasarkan kriteria JNC VII.
a. Cara Ukur : Metode pengukuran langsung
b. Alat Ukur : Sphygmomanometer digital yang sudah dikalibrasi c. Skala Pengukuran : Ordinal
d. Hasil Pengukuran : (menurut JNC VII)
Sistolik Diastolik - Normal <120 dan < 80 - Prehipertensi 120-139 atau 80-89 - Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99 - Hipertensi tingkat 2 > 160 atau > 100 − Nilai Tekanan Darah > 120 / > 80 : Tekanan Darah buruk − Nilai Tekanan Darah < 120 / < 80 : Tekanan Darah baik
(27)
3.3. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012.
(28)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain (cross-sectional), yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini akan dideskripsikan hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 dengan cara pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah.
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2015. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012.
4.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik consecutive sampling yaitu dengan metode pengambilan sampel non-probablitas, di mana cara ini merupakan cara mengambil sampel yang paling mendekati cara probabilitas. (Wahyuni). Adapun jumlah sampel minimal yang diperlukan dihitung sesuai dengan cara uji hipotesis satu populasi dengan rumus menurut buku Wahyuni, 2007:
n =
(29)
di mana:
n = jumlah sampel minimum
Z α = nilai distribusi normal baku menurut table Z pada α tertentu Z β = nilai distribusi normal baku menurut table Z pada β tertentu P₁ = proporsi efek standar
P₂ = perkiraan proporsi efek di populasi
Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga untuk uji hipotesis satu arah diperoleh nilai Zα sebesar 1,960. Nilai β yang ditetapkan pada penelitian ini adalah sebesar 0,2 (power penelitian 80%) sehingga untuk uji hipotesis satu arah diperoleh nilai Z β sebesar 0,842. Maka dengan menggunakan rumus di atas, besarnya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
n = 96.33
Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 96.33 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang.
Kriteria Inklusi :
1. Mahasiswa yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kriteria Eksklusi :
1. Mahasiswa yang sedang menggunakan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hipertensi
2. Mahasiswa yang sedang mengalami keadaan fisik dan psikis yang dapat menyebabkan hipertensi.
3. Mahasiswa yang merokok dan minum alkohol.
(30)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi kualitas tidur dan tekanan darah. Pengumpulan data kualitas tidur dilakukan dengan pengisian kuesioner PQSI yang telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5% (Buysse, 1989) dan juga hasil validasi untuk kuesinar yang sudah terjemahkan oleh (Rivhan, 2010) seperti yang dicatat di table 4.1.. Pengambilan data tekanan darah dilakukan dengan pengukuran langsung oleh peneliti dengan menggunakan sphygmomanometer Riester.
Tabel 4.1. Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Nomor
Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status
Kp 1 0.846** Valid Reliabel
Kp 2.1 0.687** Valid Reliabel
Kp 2.2 0.879** Valid Reliabel
Kp 3 0.637** Valid Reliabel
Kp 4 0.692** Valid Reliabel
Kp 5.1 0.781** Valid Reliabel
Kp 5.2 0.660** Valid 0.765 Reliabel
Kp 5.3 0.706** Valid Reliabel
Kp 5.4 0.879** Valid Reliabel
Kp 5.5 0.705** Valid Reliabel
Kp 5.6 0.782** Valid Reliabel
Kp 5.7 0.820** Valid Reliabel
Kp 5.8 0.484** Valid Reliabel
Kp 5.9 0.887** Valid Reliabel
Kp 6 0.781** Valid Reliabel
Kp 7.1 0.748** Valid Reliabel
(31)
Tahap Pelaksanaan
a. Mempersilakan sampel/subjek duduk.
b. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. c. Lilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas
arteri brachialis, bagian bawah cuff berada 2,5cm proksimal fossa antecubiti, sejajar dengan letak jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit fleksi pada sendi siku.
d. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu, kemudian kunci katup pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.
e. Tetapkan tingginya tekanan cuff, perkirakan tekanan sistol dengan cara palpasi pada arteri radialis. Rasakan pulsasi arteri radialis dengan jari kedua dan ketiga tangan kiri, secara cepat pompa cuff hingga menggembung sampai pulsasi arteri radialis menghilang. f. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer, kemudian
tambahkan 30mmHg. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik.
g. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian, letakkan bell stetoskop di atas arteri brachial.
h. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3mmHg per detik. Catat di mana terdengar suara pertama kali. Ini merupakan tekanan sistole.
i. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna. Ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0.
j. Buka cuff dengan cara menggulung, kunci sphygmomanometer, dan perbaiki sampel/subjek.
(32)
4.5. Metode Analisis dan Pengelolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, berupa kualitas tidur dari hasil kuesioner dan tekanan darah hasil pengukuran akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) for windows. Data kemudian dianalisis melalui perhitungan statistik untuk dilakukan uji hipotesis dan menilai hubungan kebermaknaan dengan metode Chi Square. Nilai p sebesar 0,05 (5%) atau lebih kecil dianggap bermakna atau signifikan. Metode ini dipilih karena variable bebas (kualitas tidur) dan variable terikat (tekanan darah) merupakan skala ordinal atau kategorik (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).
(33)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus dan Oktober 2015 di Fakultas Kedokteran USU, dengan total sampel 100 orang. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian seperti dalam paparan di bawah ini.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. USU adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteraan. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini dimulai digunakan sejak tahun 1957. Kini, Fakultas Kedokteraan USU beralamat Jl. Dr. Mansur No.5 Medan. Selain itu, penelitian juga dilakukan di kawasan sekitar Jl. Dr. Mansur, yaitu di rumah masing-masing responden.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik consecutive sampling yang menepati kriteria inklusi dan eksklusi. Maka, dengan metode ini diperkirakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 100 orang mahasiswa.
(34)
Tabel 5.1. Distribusi Umur Responden
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
18 19 20 21 22 23 24 25 26 2 1 18 44 14 17 2 1 1 2.0 1.0 18.0 44.0 14.0 17.0 2.0 1.0 1.0
Jumlah 100 100.0
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden, kebanyakan umur responden adalah 21 tahun yaitu sebanyak 44 orang (44%), dan umur responden yang berumur 19, 25 dan 26 masing-masing sebanyak 1 orang (1%).
Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentasi (%)
Laki-laki Perempuan 36 64 36.0 64.0
Jumlah 100 100.0
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (36%), sedangkan yang mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 64 orang (64%).
(35)
5.1.3 Hasil Analisis Data Responden
Tabel 5.3. Distribusi Kualitas Tidur Responden
Kualitas Tidur Frekuensi (n) Persentase (%)
Kualitas Buruk Kualitas Baik
63 37
63.0 37.0
Jumlah 100 100.0
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa berdasarkan kualitas tidur, dari total 100 orang yang menjadi sampel, diperoleh bahwa kebanyakan responden memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 63 orang (63%) sedangkan sebanyak 37 orang (37%) memiliki kualitas tidur yang baik.
5.1.4 Distribusi Tekanan Darah Responden
Tabel 5.4. Distribusi Tekanan Darah Responden
Tekanan Darah (TD) Frekuensi (n) Persentase (%) TD Buruk
TD Baik
57 43
57.0 43.0
Jumlah 100 100.0
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa berdasarkan tekanan darah, dari total 100 orang yang menjadi sampel, diperoleh bahwa kebanyakan responden memiliki tekanan darah yang buruk yaitu sebanyak 57 orang (57%) sedangkan sebanyak 43 orang (43%) memiliki tekanan darah yang baik.
(36)
5.1.5 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Tabel 5.5 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Kualitas Tidur Tekanan Darah Jumlah P value
Prehipertensi (buruk)
Normal (baik) Kualitas Buruk
Kualitas Baik
48 9
15 28
63
37 0.000
Jumlah 57 43 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada penelitian ini dari 37 orang yang memiliki kualitas tidur baik, terdapat 28 orang (75,7%) yang mempunyai tekanan darah normal, 9 orang (24,3%) yang mempunyai tekanan darah perhipertensi. Sedangkan pada 63 orang yang memiliki kualitas tidur buruk, diperoleh 15 orang (23,8%) yang memiliki tekanan darah yang normal, 48 orang (76,2%) yang mengalami prehipertensi. Selain itu, tabel 5.5 juga menunjukkan bahwa hasil uji variabel kualitas tidur dengan tekanan darah diperoleh nilai hitung p sebesar 0,000 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada penelitian ini.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Kualitas Tidur
Pada penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai kualitas tidur yang buruk (lihat tabel 5.3). Menurut data yang didapatkan dapat terlihat jumlah responden yang mempunyai kualitas tidur yang baik sebanyak 37 orang (37%), sedangkan jumlah responden yang mempunyai kualitas tidur yang buruk sebanyak 63 orang (63%).
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Javaheri (2008) pada 238 remaja, juga didapatkan hasil kebanyakan responden yaitu sebanyak 177 orang (74,4%)
(37)
memiliki kualitas tidur buruk dan 61 responden (25,6%) mempunyai kualitas tidur yang baik.
Namun, menurut penelitian Angkat (2009), pada hasilnya menunjukkan bahwa remaja SMA di Tanjung Morawa, dari 287 responden didapati bahwa 67 responden (23,3%) dengan kualitas tidur yang baik dan sebanyak 220 responden (76,7%) diantaranya mempunyai kualitas tidur yang buruk.
Hal yang sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) pada 100 responden di SMA Santo Thomas 2, didapati bahwa 59 responden (59%) mempunyai kualitas tidur yang baik dan 41 responden (41%) mempunyai kualitas tidur yang buruk.
Terdapat perbedaan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) dan Angkat (2009) karena ketidakteraturan atau kelupaan responden pada soal pola dan waktu tidurnya dalam sebulan terakhir ini dalam kuesioner.
5.2.2 Tekanan Darah
Menurut penelitian ini tekanan darah, dari total 100 orang yang menjadi sampel, diperoleh bahwa kebanyakan responden memiliki tekanan darah yang buruk yaitu sebanyak 57 orang (57%) sedangkan sebanyak 43 orang (43%) memiliki tekanan darah yang baik.
Terdapat juga penelitian yang dilakukan Ashshiddiq (2010) menunjukkan hasil dari pengukuran tekanan darah dengan rata-rata 56 orang (52,8%) yang tekanan darahnya tidak normal ataupun buruk dan diantaranya 50 orang (47,2) yang tekanan darahnya normal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Albert (2009) didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai tekanan darah yang normal. Menurut data yang didapatkan dapat terlihat bahwa jumlah responden yang mempunyai tekanan darah normal sebanyak 21 orang (52,5%), responden yang mempunyai tekanan darah prehipertensi sebanyak 10 orang (25%), responden yang mengalami hipertensi 33 tingkat 1 sebanyak 8 orang (20%), dan responden yang mengalami hipertensi tingkat 2 sebanyak 1 orang (2,5%).
(38)
5.2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Pada penelitian ini dari 37 orang yang memiliki kualitas tidur baik, terdapat 28 orang (75,7%) yang mempunyai tekanan darah normal, 9 orang (24,3%) yang mempunyai tekanan darah perhipertensi. Sedangkan pada 63 orang yang memiliki kualitas tidur buruk, diperoleh 15 orang (23,8%) yang memiliki tekanan darah yang normal, 48 orang (76,2%) yang mengalami prehipertensi.
Menurut penelitian yang berjudul Association Between Sleep Disorders and Hypertension yang dilakukan oleh P Bansil, et al berdasarkan kesimpulan NHANES 2005-2008 menyatakan tidur adalah hal yang penting untuk gaya hidup yang sehat dan menunjukkan laporan bahwa prevalensi hipertensi adalah 30,2% mengalami gangguan tidur, 7,5% dan 33.0% durasi tidurnya pendek dan melaporkan 52,1% karena adanya kualitas tidur yang buruk.
Terdapat juga penelitian yang dilakukan Carson et.al, dilaporkan bahwa penurunan kualitas tidur selain dapat menyebabkan hipertensi, juga dapat menyebabkan depresi dan gangguan kardiovaskuler. Selain itu, penelitian tersebut juga melaporkan bahwa hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah tidak jauh berbeda antara pria dan wanita.
5.2.4 Keterbatasan Penelitian
1. Metode penelitian yang seharusnya dilakukan seperti kebanyakan penelitian sebelumnya yaitu dengan desain case control atau kohort retrospektif untuk membandingkan hubungan antara kedua variabel. 2. Waktu penelitian ini terbatas sehingga peneliti tidak memungkinkan
melakukan metode pengukuran tekanan darah yang ideal seperti melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua atau tiga kali untuk memastikan terdapat peningkatan pada tekanan darah. Tekanan darah hanya diukur secara random dan satu kali.
(39)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Menurut uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 kebanyakan mempunyai kualitas tidur yang buruk dengan persentase sebanyak 63% manakala 37% mempunyai kualitas tidur yang baik.
2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012 kebanyakan mempunyai tekanan darah yang buruk ataupun prehipertensi dengan kadar sebanyak 57% dan 43% mempunyai tekanan darah normal.
3. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012.
6.2. Saran
Dari keseluruhan proses penelitian yang telah diteliti oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Perlu diedukasikan kepada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah. Maka, mahasiswa dapat membagi waktu pembelajaran dan juga aktivitas lain untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah, mahasiswa juga diharapkan dapat menjaga kualitas tidur yang baik dan memperbaiki kualitas tidur yang buruk.
(40)
2. Selain itu, penelitian ini juga bisa diperdalam untuk mengkaji faktor perancu yang mempengaruhi hubungan kualitas tidur dan perubahan tekanan darah seperti tingkat konsumsi makanan asin, kebiasaan konsumsi kafein, merokok , dan kebiasaan berolahraga serta data sosioekonomi serta perubahan fisiologis lain yang terasosiasi dengan kualitas tidur pada masa akan datang.
(41)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tidur
2.1.1. Definisi Tidur
Tidur adalah keadaan dimana terjadi perubahan kesadaran atau ketidaksadaran parsial dimana seorang individu dapat dibangunkan (Tortora dan Derrickson, 2009). Tidur adalah keadaan yang bergantian dengan terjaga, dan di mana kesadaran dan respon lingkungan berkurang. Namun, ia seragam dan dapat dibagi menjadi dua tahap utama dibedakan menurut listrik rekaman aktivitas otak (EEG), yang otot (EMG), dan gerakan mata (EOG) (Harvey, 2005). Menurut Asmadi, 2008 tidur adalah suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi seseorang terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indra dan rangsangan yang cukup.
2.1.2. Siklus dan Tahap tidur
Pada malam hari, seseorang itu akan mengalami dua stadium tidur yang saling bergantian, yaitu tidur paradoksikal atau tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur gelombang lambat atau tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM). Keseluruhan tidur yang terjadi ialah tidur gelombang lambat yang dialami pada jam pertama tidur setelah bangun selama berjam-jam sedangkan tidur paradoksikal terjadi pada 25% dari waktu tidur yang berulang secara periodik setiap 90 menit. Tipe tidur ini umumnya disertai dengan mimpi (Guyton, 2006). Dalam pola tidur malam yang normal, stadium tidur REM berlangsung 5 sampai 30 menit dan biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Bila seseorang merasa sangat mengantuk, masing-masing waktu tidur REM pendek, dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya, sebagai orang menjadi lebih beristirahat sepanjang malam, durasi dari stadium REM meningkat.
(42)
1. Hal ini biasanya berhubungan dengan mimpi aktif dan gerakan otot tubuh yang aktif (Guyton, 2006).
2. Orang bahkan lebih sulit untuk membangkitkan oleh rangsangan sensorik dari pada dalam tidur gelombang lambat, namun orang biasanya terbangun secara spontan di pagi selama episode tidur REM (Guyton, 2006).
3. Otot nada seluruh tubuh adalah sangat depresi, menunjukkan penghambatan yang kuat dari daerah kontrol otot tulang belakang (Guyton, 2006).
4. Meskipun penghambatan ekstrim dari perifer otot, gerakan otot yang tidak teratur yang terjadi. Ini adalah di samping gerakan cepat mata (Guyton, 2006).
5. Otak sangat aktif dalam tidur REM, dan metabolisme otak secara keseluruhan dapat ditingkatkan sebagai sebanyak 20 persen. Electroencephalogram (EEG) menunjukkan pola gelombang otak yang mirip dengan orang-orang yang terjadi selama terjaga. Jenis tidur juga disebut tidur paradoks karena paradoks bahwa seseorang masih bisa tidur meskipun kegiatan ditandai di otak (Guyton, 2006).
Singkatnya, tidur REM adalah jenis tidur di mana otak cukup aktif. Namun, aktivitas otak adalah tidak disalurkan dalam arah yang benar bagi orang untuk sepenuhnya menyadari lingkungan, dan karena itu orang ini benar-benar tertidur (Guyton, 2006).
Tidur NREM terdiri daripada empat tahap yaitu :
1. Tahap 1 adalah tahap transisi antara terjaga dan tidur yang biasanya berlangsung 1-7 menit. Orang tersebut santai dengan mata tertutup dan memiliki pengalaman sekilas. Orang terbangun selama tahap ini sering mengatakan mereka belum tidur (Guyton, 2006).
2. Tahap 2 atau tidur ringan adalah tahap pertama dari tidur yang benar. Di dalamnya, seseorang adalah sedikit lebih sulit untuk membangunkan.
(43)
Fragmen mimpi mungkin dialami, dan mata perlahan dapat bergerak dari sisi ke sisi (Guyton, 2006).
3. Tahap 3 adalah periode tidur cukup mendalam. Suhu tubuh dan tekanan darah menurun dan sulit untuk membangkitkan orang. Tahap ini terjadi sekitar 20 menit setelah tertidur (Guyton, 2006).
4. Tahap 4 adalah tingkat terdalam tidur. Meskipun metabolisme otak menurun secara signifikan dan suhu tubuh menurun sedikit saat ini, sebagian besar refleks utuh, dan tonus otot menurun hanya sedikit. Berjalan saat tidur akan berlangsung selama tahap ini (Guyton, 2006). Biasanya, seseorang pergi dari tahap 1 ke tahap 4 dari NREM tidur dalam waktu kurang dari satu jam. Pada 7 atau 8 jam tidur periode, ada tiga sampai lima episode tidur REM, di mana mata bergerak cepat bolak-balik di bawah ditutup kelopak mata. Orang mungkin cepat naik melalui tahap 3 dan 2 sebelum memasuki tidur REM (Tortora, GJ & Derrickson, 2009).
Episode pertama dari tidur REM berlangsung 10-20 menit. Kemudian, dilanjutkan dengan tidur NREM berikut. REM dan tidur NREM alternatif sepanjang malam. REM periode, yang terjadi kira-kira setiap 90 menit, secara bertahan memperpanjang, sampai yang terakhir berlangsung sekitar 50 menit. Pada orang dewasa, Tidur REM total 90-120 menit selama periode tidur khas. Sebagai orang usia, rata-rata total waktu untuk tidur sepenuhnya menurun, dan persentase tidur REM turut menurun. Sebanyak 50% dari tidur bayi adalah tidur REM, sebagai lawan 35% untuk 2-tahun usia dan 25% untuk orang dewasa (Tortora, GJ & Derrickson, 2009).
Meskipun kita belum memahami fungsi tidur REM, tingginya persentase Tidur REM pada bayi dan anak-anak dianggap penting untuk permatangan otak. Aktivitas neuron tinggi selama REM aliran darah tidur-otak dan penggunaan oksigen yang lebih tinggi selama Tidur REM dibandingkan selama aktivitas mental atau fisik yang intens saat terjaga. Bagian yang berbeda dari otak mengatur tidur NREM dan REM. Neuron di daerah preoptic hipotalamus, otak depan basal, dan medulla oblongata mengatur tidur NREM, neuron dalam pons dan otak
(44)
tengah mengaktivasi tidur REM dan menginaktivasikan (Tortora, GJ & Derrickson, 2009).
Beberapa bukti menunjukkan adanya bahan kimia menginduksi tidur di otak. Satu jelas tidur-inducer adalah adenosin, yang terakumulasi selama periode ATP tinggi (adenosin trifosfat) digunakan oleh sistem saraf. Adenosine mengikat pada reseptor tertentu, yang disebut reseptor A1, dan menghambat kolinergik tertentu (Asetilkolin-releasing) neuron dari RAS yang berpartisipasi dalam gairah. Dengan demikian, aktivitas di RAS selama tidur rendah karena efek penghambatan adenosine. Kafein (dalam kopi) dan teofilin (dalam teh) adalah zat yang meningkatkan kemampuan mereka untuk mempertahankan dari tertidur karena ia mengikat dan memblokir reseptor A1, mencegah adenosine dari mengikat dan mendorong tidur (Tortora, GJ & Derrickson, 2009).
Beberapa perubahan fisiologis terjadi selama tidur. Bermimpi terjadi selama tidur REM, dan pembacaan EEG mirip dengan orang yang terjaga. Selain dari neuron motorik yang mengatur gerakan mata dan pernapasan, neuron motorik somatik yang lain terhambat selama tidur REM, yang menurun tonus otot dan bahkan melumpuhkan otot rangka. Banyak orang mengalami perasaan kelumpuhan sesaat mereka terbangun selama tidur REM. Selama tidur, aktivitas di divisi parasimpatis dari sistem saraf otonom (ANS) meningkatkan sementara aktivitas simpatis menurun. Denyut jantung dan tekanan darah menurun selama tidur NREM dan penurunan lanjutnya selama tidur REM. Peningkatan aktivitas parasimpatis selama tidur REM (Tortora, GJ & Derrickson, 2009).
2.1.3. Fisiologi tidur
Kebanyakan orang dewasa tidur 7 sampai 8 jam per malam, meskipun waktu, durasi, dan struktur internal tidur bervariasi antara individu-individu yang sehat dan sebagai fungsi usia. Pada ekstrem, bayi dan orang tua memiliki sering interupsi tidur. Di Amerika Syarikat, orang dewasa usia tengah cenderung memiliki satu episode tidur konsolidasi per hari, meskipun dalam beberapa cara tidur dapat dibagi menjadi tidur siang dan dipersingkatkan pada tidur malam.
(45)
Dua sistem utama mengatur siklus tidur-bangun satu secara aktif menghasilkan tidur dan proses terkait dengan tidur dan tidur dalam 24 jam. Kelainan intrinsik dalam sistem ini atau gangguan ekstrinsik (lingkungan, narkoba atau-penyakit terkait) dapat menyebabkan gangguan tidur atau ritme sirkadian (Kasper 2005).
2.2. Mekanisme Tidur Bangun
2.2.1. Alpha, Beta dan Gamma Rhythms
Pada manusia dewasa yang terjaga tetapi beristirahat dengan mata yang tertutup dengan pikirannya melayang, komponen yang dibaca dari hasil EEG adalah pola yang cukup teratur di mana gelombangnya pada frekuensi 8-13 Hz dan amplitudo 50-100 µV. Pola ini adalah ritme alpha. Hal ini paling ditandai di lobus parietal dan lobus oksipital dan berhubungan dengan penurunan tingkat perhatian. Sebuah irama yang sama telah diamati pada berbagai spesies mamalia. Ada beberapa variasi kecil dari spesies ke spesies, tetapi dalam semua mamalia pola sangat mirip. Ketika perhatian difokuskan pada sesuatu, ritme alpha digantikan oleh 13-30 Hz dengan aktivitas tegangan rendah yang tidak teratur, yaitu, irama beta (Kim 2012).
Fenomena ini disebut alpha blok dan dapat diproduksi oleh segala bentuk rangsangan sensorik atau konsentrasi mental, seperti memecahkan masalah aritmatika. Istilah lain untuk fenomena ini adalah ghairah atau respon berwaspada, karena ia berkorelasi dengan tahap waspada yang terangsang. Ini juga telah disebut sebagai desinkronisasi, karena pada tahap ini ia menunjukkan terputusnya aktivitas saraf yang diperlukan untuk memproduksi kadar gelombang yang normal. Namun, aktivitas EEG yang cepat dapat diamati pada tahap waspada juga disinkronkan, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, desinkronisasi tidak dapat terjadi sering kali. Oksilasi Gamma pada 30-80 Hz sering terlihat ketika seseorang terangsang dan memfokuskan perhatian pada sesuatu. Hal ini sering diganti dengan aktivitas cepat tidak teratur di mana individu memulai aktivitas motorik secara merangsang terhadap stimulus (Kim 2012).
(46)
2.3. Klasifikasi Gangguan Tidur 2.3.1. Gangguan-Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia adalah berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur. Di mana seseorang yang terbangun dari tidur merasai masih belum cukup tidurnya yang dikatakan sebagai insomnia (Asmadi, 2008). Insomnia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan tidur yang baik secara kualitas.
Ada tiga jenis insomnia yaitu insomnia inisial, insomnia intermitten dan insomnia terminal. Insomnia inisial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur. Insomnia intermitten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur. Sedangkan insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi (Asmadi, 2008).
b. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang kompleks mencakup adanya otomatis dan semiperposeful aksi motorik, seperti menutup pintu, membuka pintu, berjalan kaki, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, dan berbicara. Menurut Japardi, 2002 termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur. Terjadi lebih banyak kepada anak dibandingkan dewasa. Agak cenderung untuk terjadinya cedera pada seseorang yang mengalami somnambulisme.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (ngompol). Bisa terjadi pada anak-anak ataupun remaja dan paling sering terjadi pada laki-laki. Penyebab belum pasti diketahui tetapi terdapat beberapa hal yang menyebabkan enuresis seperti stress, toilet training yang kaku dan gangguan pada bladder (pundi kencing) (Asmadi, 2008).
(47)
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Narkolepsi bisa dinyatakan serangan mengantuk yang terjadi secara mendadak, sehingga seseorang itu dapat tertidur pada setiap saat di mana punya perasaan ingin tidur (serangan tidur) secara tiba-tiba. Hal ini mungkin disebabkan kerusakan system saraf pusat di mana periode REM tidak dapat dikendalikan. Mungkin secara genetika. Perkara ini membahayakan apabila seseorang itu berada di tepi jurang, pada waktu mengendarai kenderaan dan juga pada pekerja yang sedang bekerja alat-alat yang berbahaya (Asmadi, 2008)
2.3.2. Gangguan Tidur Irama Sirkardian
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana seseorang itu tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya mantap. Gangguan ini berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Berbagai macam gangguan tidur pada gangguan irama sirkadian adalah sebagai berikut :
1. Tipe Jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu (Japardi, 2002).
2. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut sering tertidur dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder) (Japardi, 2002).
3. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukun pada pasien usia lanjut, dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup untuk waktu tidurnya. Gambaran tidur
(48)
tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tidak sesuai (Japardi, 2002).
4. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal (Japardi, 2002).
2.4. Kualitas Tidur
2.4.1. Definisi Kualitas Tidur
Kualitas tidur merupakan sesuatu insiden yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai perkara penting, seperti, penilaian terhadap lama waktu tidur, disfungsi tidur pada siang hari, masa laten tidur, gangguan tidur, efisiensi tidur, penggunaan obat tidur dan kualitas tidur. Terjadinya penurunan kualitas tidur apabila salah satu dari ketujuh perkara penting ini diganggu (Buysee, et al,1989).
Lamanya waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang sebenarnya yang dialami individu pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan waktu yang dihabiskan di tempat tidur. Seterusnya, penilaian terhadap disfungsi tidur pada siang hari dinilai apakah seberapa sering timbul masalah yang mengganggu anda tetap terjaga sadar saat mengendarai kendaraan, selama sebulan yang lalu, dan beraktifitas sosial, serta dinilai juga berapa banyak gangguan yang membuat seseorang tidak antusias untuk menyelesaikannya (Buysee, et al,1989).
Selanjutnya, masa laten tidur dinilai berapa menit yang dihabiskan individu tersebut di tempat tidur sebelum akhirnya dapat tertidur dan apakah individu tersebut tidak dapat tidur selama 30 menit. Pada penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah seseorang bangun pagi terlalu cepat, terbangun tidur pada waktu tengah malam atau bangun untuk pergi ke kamar mandi, mendengkur keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan, sulit bernafas secara nyaman, mengalami mimpi buruk, dan lain-lain hal yang mengganggu tidur (Buysee, et al, 1989).
(49)
Pada penilaian terhadap efisiensi tidur dinilai waktu seseorang biasanya bangun pada pagi hari selama sebulan, waktu seseorang biasanya mulai tidur pada malam hari selama sebulan, serta dinilai juga waktu seseorang tertidur pada malam hari selama sebulan. Penilaian terhadap penggunaan kualitas tidur hanya ditujukan pada penilaian seberapa sering seseorang mengkonsumsi obat-obat untuk membantu tidur dalam sebulan yang lalu. Pada penilaian terhadap kualitas tidur dinilai bagaimana seseorang menilai rata-rata kualitas tidurnya (Buysee,et al,1989).
2.5. Tekanan Darah
Tekanan arteri adalah kekuatan aliran darah yang dipompa oleh jantung dan diatur dalam tubuh. Kontraksi ventrikel menghasilkan tekanan darah, tekanan hidrostatik diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengukuran tekanan darah mencatat tekanan sistolik arteri dan diastolik, yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai tekanan darah dalam arteri. Tekanan darah naik ke sekitar 110 mmHg selama sistol (kontraksi ventrikel) dan turun menjadi sekitar 70 mmHg selama diastol (relaksasi ventrikel). Tekanan darah normal baru-baru ini ditunjuk oleh National Institutes of Health (NIH) sebagai kurang dari 120/80 mm Hg (Sherwood, 2008).
2.6. Hipertensi 2.6.1. Definisi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum di seluruh dunia melanda manusia dan merupakan faktor risiko utama untuk stroke, infark miokard, penyakit pembuluh darah, dan disease. Hipertensi kronis didefinisikan sebagai SBP ≥140 atau DBP ≥ 90 mm Hg atau penggunaan saat obat antihipertensi (Ganong, 2003)
(50)
2.6.2. Etiologi
Hipertensi esensial (hipertensi primer) penyebabnya masih belum diketahui. Terdapat sekitar 95% kasus bagi hipertensi tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, lingkungan ,sistem renin-angiotensin, peningkatan Na dan Ca intraselular, defek dalam ekskresi Na, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, dan lain-lain (Mansjoer, skk, 2001).
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh : 1. Penyakit vaskular :
a. Koarktasio aorta b. Vaskulitis
c. Penyakit kolagen-vaskular (Riaz, 2012) 2. Gangguan hormonal :
a. Penggunaan steroid berlebihan b. Hiperaldosteronisme primer c. Sindroma Cushing (Riaz, 2012) 3. Penyakit ginjal :
a. Penyakit ginjal polikistik b. Penyakit ginjal kronis c. Obstruksi traktus urinarius d. Tumor ginjal (Riaz, 2012) 4. Obat-obatan :
a. Alkohol b. Kokain
c. Obat anti inflamasi non steroid
(51)
5. Penyakit saraf a. Tumor otak
b. Hipertensi intrakranial
c. Poliomielitis bulbar (Riaz, 2012)
2.6.3. Faktor Resiko
Faktor resiko utama adalah jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah), kebiasaan merokok, konsumsi garam, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Obesitas hal ini disebabkan karena lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Stress, atau situasi yang dapat menimbulkan distress dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Dobrian et al, 2001).
2.6.4. Klasifikasi
TAHAPAN TEKANAN DARAH Blood Pressure
Stage
Systolic Blood Pressure (mm Hg)
Diastolic Blood Pressure (mm Hg)
Normal <120 <80
Prehypertension 120–139 80–89
Stage 1 hypertension
140–159 90–99
Stage 2 hypertension
≥160 ≥100
From Chobanian A, Bakris G, Black H, et al: The Seventh Report of the Joint National Committee on the Prevention, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. The JNC 7 report. JAMA 2003;289:2560–2572.
(52)
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi: 1. Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer / Hipertensi Esensial
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Depkes, RI).
b. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (Depkes, RI).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) (Depkes, RI).
Terdapat jenis-jenis hipertensi yang lain: 1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan (Depkes, RI).
Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival / National Institute of Health, bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau purata tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30
(53)
mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myocardium (Depkes, RI).
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Depkes, RI).
b. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya (Depkes, RI).
c. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin (Depkes, RI).
d. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik (Depkes, RI).
2.6.5. Patofisiologi
Curah jantung dan resistensi perifer
Keteraturan tekanan darah normal tergantung pada keseimbangan antara curah jantung dan resistensi pembuluh darah perifer. Kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial memiliki curah jantung normal tetapi resistensi perifer meningkat (BMJ, 2001)
Resistensi perifer tidak ditentukan oleh arteri besar atau kapiler tetapi arteriol kecil, dengan dinding yang mengandung sel-sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga terkait dengan kenaikan konsentrasi kalsium intraseluler, yang dapat menjejaskan efek vasodilatasi obat yang menghalangi saluran kalsium.
(54)
Penyempitan otot polos yang terlalu lama diduga menginduksi perubahan struktural dengan penebalan dinding pembuluh arteriol mungkin dimediasi oleh angiotensin, yang menyebabkan kenaikan ireversibel resistensi perifer. Telah mendalilkan bahwa pada awal hipertensi resistensi perifer tidak naik dan kenaikan tekanan darah disebabkan oleh curah jantung meningkat, yang berhubungan dengan overaktivitas simpatis (BMJ, 2001)
Kenaikan berikutnya di resistensi arteriol perifer mungkin berkembang secara kompensasi untuk mencegah peningkatan tekanan yang dikirim ke kapiler di mana ia akan mempengaruhi homeostasis sel secara substansial (BMJ, 2001).
Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin paling penting dari sistem endokrin yang mempengaruhi pengontrolan tekanan darah. Renin disekresikan dari aparatus juxtaglomerular ginjal dalam menangani underperfusion glomerular atau asupan garam berkurang. Hal ini memberikan rangsangan terhadap stimulasi dari sistem saraf simpatik.
Renin bertanggungjawab untuk mengubah renin substrat (angiotensinogen) menjadi angiotensin I, zat fisiologis inaktif yang cepat dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor dan dengan demikian menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu merangsang pelepasan aldosteron dari zona glomerulosa kelenjar adrenal, yang menghasilkan peningkatan lebih dalam tekanan darah yang berhubungan dengan retensi natrium dan air (BMJ, 2001).
Sirkulasi sistem renin-angiotensin tidak langsung bertanggungjawab atas kenaikan tekanan darah pada hipertensi esensial. Secara khusus, banyak pasien hipertensi memiliki tingkat rendah renin dan angiotensin II (terutama orang tua dan orang kulit hitam), dan obat-obatan yang menghambat sistem renin-angiotensin tidak terlalu efektif.
Namun, semakin banyak bukti bahwa ada "lokal" renin-angiotensin epicrine atau parakrin sistem yang tiada sirkulasi sangat penting dalam
(55)
pengontrolan tekanan darah. Sistem renin lokal telah dilaporkan di ginjal, hati, dan cabang arteri. Mereka mungkin memiliki peran penting dalam mengatur aliran darah regional (BMJ, 2001).
Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf simpatis dapat menyebabkan arteriol konstriksi dan dilatasi arteriol. Dengan demikian sistem saraf otonom memiliki peran penting dalam menjaga tekanan darah normal. Hal ini juga penting dalam mediasi perubahan jangka pendek tekanan darah dalam respon terhadap stres dan aktivitas fisik. Meskipun terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) jelas memiliki peran dalam etiologi hipertensi.
Namun demikian, efek mereka penting, paling tidak karena obat yang menghalangi sistem saraf simpatik menurunkan tekanan darah dan memiliki peran terapi yang baik. Hal ini karena hipertensi berkaitan dengan interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin, sama dengan faktor-faktor lain, termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon (BMJ, 2001).
Disfungsi endotel
Sel endotel vaskular berperan dalam regulasi kardiovaskular dengan memproduksi sejumlah agen vasoaktif lokal, termasuk molekul vasodilator, oksida nitrat dan endotelin vasokonstriktor peptida. Disfungsi endotel telah terlibat dalam hipertensi esensial manusia.
Modulasi fungsi endotel merupakan pilihan terapi yang menarik dalam upaya untuk meminimalkan beberapa komplikasi penting dari hipertensi. Terapi antihipertensi klinis efektif muncul untuk mengembalikan gangguan produksi oksida nitrat, tetapi tampaknya tidak mengembalikan endotel yang terganggu relaksasi pembuluh darah tergantung atau respon vaskuler endotel agonis. Hal ini menunjukkan bahwa disfungsi endotel tersebut adalah yang utama dan menjadi ireversibel setelah proses hipertensi telah terjadi (BMJ, 2001).
(56)
Zat vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif lainnya dan mekanisme yang mempengaruhi natrium transportasi dan tonus pembuluh darah yang terlibat dalam pengontrolan tekanan darah normal. Namun, apa bagian ini bermain dalam pengembangan hipertensi esensial. Bradikinin adalah vasodilator yang tidak diaktifkan oleh angiotensin converting enzyme. Akibatnya, inhibitor ACE dapat mengerahkan beberapa efeknya dengan memblokir bradikinin inaktivasi (BMJ, 2001).
Endotelin didapati pembuluh darah yang kuat, vasokonstriktor endotel, yang dapat menghasilkan kenaikan sensitif garam dalam tekanan darah. Hal ini juga mengaktifkan sistem renin angiotensin-lokal. Endotel berasas sebagai relaksan faktor, sekarang dikenal sebagai oksida nitrat, diproduksi oleh arteri dan vena endotelium dan berdifusi melalui dinding pembuluh ke dalam otot polos menyebabkan vasodilatasi.
Atrial natriuretic peptide adalah hormon yang disekresikan dari atrium jantung sebagai respons terhadap peningkatan volume darah. Efeknya adalah untuk meningkatkan natrium dan ekskresi air dari ginjal sebagai semacam diuretik alami. Kegagalan dalam sistem ini dapat menyebabkan retensi cairan dan hipertensi. Sodium transportasi membatasi dinding sel otot polos pembuluh darah juga diduga mempengaruhi tekanan darah melalui keterkaitan dengan transportasi kalsium. Ouabain mungkin steroid alami seperti substansi yang diduga mengganggu natrium sel dan transportasi kalsium, sehingga menimbulkan vasokonstriksi (BMJ, 2001).
Hiperkoagulabilitas
Pasien dengan hipertensi menunjukkan kelainan dari dinding pembuluh (disfungsi endotel atau kerusakan), konstituen darah (kadar abnormal faktor hemostatik, aktivasi trombosit, dan fibrinolisis), dan aliran darah (viskositas, dan cadangan aliran), menunjukkan bahwa hipertensi menunjukkan prothrombotik atau tahap hiperkoagulasi. Komponen-komponen ini tampaknya terkait dengan target kerusakan organ dan prognosis jangka panjang, dan beberapa dapat diubah dengan pengobatan antihipertensi (BMJ, 2001).
(57)
Sensitivitas insulin
Secara epidemiologi ada beberapa faktor risiko, termasuk obesitas, hipertensi, intoleransi glukosa, diabetes mellitus, dan hiperlipidemia. Hal ini telah menyebabkan saran bahwa ini merupakan sindrom tunggal (sindrom metabolik X atau sindrom Reaven ini), dengan jalur akhir yang umum untuk menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kerusakan pembuluh darah. Memang beberapa pasien hipertensi yang tidak obesitas tetap resistensi terhadap insulin. Ada banyak keberatan hipotesis ini, tetapi mungkin menjelaskan mengapa bahaya risiko kardiovaskular yang sinergis (BMJ, 2001).
Faktor genetik
Meskipun gen terpisah dan faktor genetik telah dikaitkan dengan perkembangan hipertensi esensial, beberapa gen didapati berkontribusi terhadap perkembangan pada gangguan yang terjadi dalam individu tertentu. Oleh karena itu sangat sulit untuk menentukan secara akurat kontribusi relatif dari masing-masing gen tersebut.
Namun demikian, hipertensi adalah sekitar dua kali lebih umum pada subyek yang memiliki satu atau dua orang tua hipertensi, dan banyak studi epidemiologi menunjukkan bahwa faktor genetik untuk sekitar 30% dari variasi tekanan darah di berbagai populasi. Angka ini bisa berasal dari perbandingan dari orang tua dengan monozigot mereka dan anak kembar dizigotik, serta anak-anak mereka yang lain, dan dengan anak-anak-anak-anak yang diadopsi (BMJ, 2001).
2.6.6. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Gaya hidup sehat dapat membantu dalam pengontrolan tekanan darah (Lawrence.J 2006).
Kebiasaan ini meliputi: • Diet yang sehat
• Aktivitas fisik yang sehat • Menjaga berat badan yang sehat • Berhenti merokok
(58)
Diet yang sehat
Dokter akan merekomendasikan rencana makan mengikuti DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) pada seseorang yang mengalami tekanan darah yang tinggi. Rencana DASH berfokus pada makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan makanan lain yang tidak menjejaskan jantung yang sehat dan makanan yang rendah lemak, kolesterol, dan sodium (garam). DASH juga berfokus pada produk bebas lemak atau susu rendah lemak, ikan, dan kacang-kacangan.
DASH menyarankan pada seseorang itu agar mengurangkan daging merah (termasuk daging merah tanpa lemak), permen, dan minuman yang mengandung soda dan gula. Ini kaya nutrisi, protein, dan serat. Untuk membantu mengendalikan tekanan darah yang tinggi, harus membatasi jumlah garam yang konsumsi. Garamnya harus mengkonsumsi tidak lebih dari 1 sendok teh sehari.
Selain itu, minuman beralkohol harus mengurangkan. Terlalu banyak alcohol yang dikonsumsi akan meningkatkan tekanan darah. Pria seharusnya tidak lebih dari dua botol minuman beralkohol sehari. Perempuan pula tidak lebih dari satu botol minuman beralkohol sehari (Lawrence.J 2006).
Aktivitas fisik yang sehat
Melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko mengalami masalah kesehatan yang lain. Seseorang itu akan mendapatkan manfaat dari segi kesehatan jika melakukan aktivitas aerobik intensitas yang sedang selama 60 menit setiap hari. Pengaliran darah akan menjadi lancar dengan melakukan aktivitas fisik (Lawrence.J 2006).
Menjaga berat badan yang sehat
Menjaga berat badan yang sehat dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah dan mengurangi risiko untuk menghadapi masalah kesehatan yang lain. Untuk menurunkan berat badan, seseorang itu harus mengurangi asupan kalori dan melakukan lebih banyak aktivitas fisik.
(59)
Selain itu, individu tersebut harus makan dengan porsi kecil dan memilih makanan berkalori rendah. Setelah tahun pertama dengan pengobatan, kita mungkin harus terus menurunkan berat badan sehingga dapat menurunkan indeks massa tubuh (BMI) kurang dari 25. IMT mengukur berat badan dengan dibagi dengan tinggi badan dan memberikan perkiraan total lemak tubuh.
Sebuah BMI antara 25 dan 29,9 dianggap kelebihan berat badan. Sebuah BMI 30 atau lebih dianggap obesitas. Sebuah BMI kurang yang dari 25 bertujuan untuk mengendalikan tekanan darah yang normal (Lawrence.J 2006).
Berhenti merokok
Merokok atau penggunaan tembakau secara berlebihan harus dikurangi dengan cepat untuk gaya hidup yang sehat. Merokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko untuk meningkatkan tekanan darah.
Zat-zat kimia seperti nikotin dan tar sering mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan membuat sel darah menjadi lebih lengket sehingga mudah membentuk gumpalan (Lawson.R, 2007). Merokok juga dapat memperburuk paru-paru kita sehingga memburukkan pernafasan yang sehat dan mengakibatkan terjadinya takipneu, batuk, batuk berdarah, sakit kepala secara sering akibat kekurangan oksigen dan lainnya.
Belajar untuk mengelola stress dan mengatasinya dengan cara yang baik. Aktivitas fisik juga dapat membantu beberapa orang mengatasi stres. Ada beberapa yang mendengarkan musik atau fokus pada sesuatu yang tenang untuk mengurangi stres.
Beberapa orang belajar yoga dan juga tai chi yang sangat membantu dalam kehidupan yang sehat. Aktivitas seperti ini membuatkan seseorang itu mengalami suasana dan pikiran yang nyaman. Hal ini menyeimbangkan pengaliran oksigen ke seluruh tubuh (Lawrence.J 2006).
(60)
Farmakologi ACE inhibitors
Enzyme (ACE) inhibitor angiotensin-converting mengurangi tekanan darah dengan relaksasi pembuluh darah. Efek samping yang paling umum adalah batuk kering persisten. Jika efek samping menjadi sangat merepotkan, obat yang bekerja dengan cara yang mirip dengan ACE inhibitor, yang dikenal sebagai angiotensin-2 antagonis reseptor (ARB), mungkin dianjurkan.
ACE inhibitor dapat menyebabkan efek yang tidak terduga jika diambil bersama obat lain, termasuk beberapa yang over-the-counter. Periksa dengan dokter sebelum mengambil sesuatu dalam kombinasi dengan obat ini (Gary H, 2013)
Angiotensin II Receptor Blocker
Angiotensin II receptor blockers adalah obat tekanan darah yang lebih baru diteliti untuk melindungi pembuluh darah dari hormon angiotensin II. Akibatnya, pembuluh darah rileks dan melebar, dan tekanan darah akan menurun (Gary H, 2013)
Calcium Channel Blocker
Calcium channel blockers menghambat kalsium dari memasuki sel-sel otot jantung dan pembuluh darah, ini dimana pembuluh berdilatasi dan mengakibatkan tekanan darah menurun (Gary H, 2013)
Beta-blocker
Beta-blocker bekerja dengan membuat jantung berdenyut lebih lambat dan dengan kekuatan yang sangat rendah, sehingga mengurangi tekanan darah (Gary H, 2013)
(61)
2.6.7. Komplikasi
Ketika tekanan darah tetap tinggi pada beberapa jam, hal itu dapat merusak tubuh. Tingginya tekanan darah dapat menyebabkan:
• Jantung yang lebih besar (pembengkakan) atau lebih lemah, akan menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
• Aneurisma terbentuk di pembuluh darah. Sebuah aneurisma adalah pelebaran abnormal pada dinding arteri. Tempat umum untuk aneurisma adalah arteri utama yang menyalurkan darah dari jantung ke tubuh seperti arteri di otak, kaki, usus dan juga arteri yang mengarah ke limpa.
• Pembuluh darah di ginjal akan menyempit. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
• Selain itu, arteri ke seluruh tubuh akan mempersempit di beberapa tempat dan membatasi aliran darah (terutama ke jantung, otak, ginjal, dan kaki). Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gagal ginjal, atau amputasi pada bagian kaki.
• Pembuluh darah di mata akan melebar, memecah atau berdarah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan penglihatan atau kebutaan (Zamani, Williams dan Lilly 2007).
2.7. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah
Tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf otonom simpatis maupun parasimpatis yang dapat menjejaskan tekanan darah. Pada waktu tidur yang normal, akan terjadi penurunan tekanan darah relatif sekitar 10-20 persen jika dibandingkan dengan saat kita berada keadaan sadar (Calhoun dkk, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan bahwa gangguan tidur juga salah satu faktor resiko untuk terjadinya hipertensi.
(1)
2.2.1. Alpha, Beta dan Gamma Rhythms ……….. 2.3. Klasifikasi Gangguan Tidur ………. 2.3.1. Gangguan- Gangguan Tidur ……… 2.3.2. Gangguan Tidur Irama Sirkardian ………... 2.4 Kualitas Tidur ……….. 2.4.1. Definisi Kualitas Tidur ………..
2.5 Tekanan Darah ……… 2.6 Hipertensi ……… 2.6.1. Definisi ………. 2.6.2. Etiologi ……….. 2.6.3. Faktor Resiko ……… 2.6.4. Klasifikasi ……… 2.6.5. Patofisiologi ……….. 2.6.6. Penatalaksanaan ……… 2.6.7. Komplikasi ………. 2.7 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah ………. BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL .. 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….. 3.2. Variabel yang Diteliti ………
9 10 10 11 12 12 13 13 13 13 15 15 17 21 25 25 27 27 27 29
(2)
BAB 4 METODE PENELITIAN ………... 4.1. Jenis Penelitian ……….. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………
4.2.1. Waktu Penelitian ……….. 4.2.2. Tempat Penelitian ……… 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 4.3.1. Populasi penelitian ………... 4.3.2. Sampel penelitian ………. 4.4. Metode Pengumpulan Data ……… 4.5. Pengolahan dan Analisis Data ………
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 5.1 Hasil Penelitian ……….. 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ……….…… 5.1.3 Hasil Analisis Data Responden ………..
5.2 Pembahasan ………
5.2.1 Kualitas Tidur ……….….. 5.2.2 Tekanan Darah ………... 5.2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah ….
29 29 29 29 29 29 29 29 33 34 34 34 34 35 37 37 38 39 41 41 41
(3)
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….... 6.1. Kesimpulan ……… 6.2. Saran ………..……… DAFTAR PUSTAKA ………...……… LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 27 Tabel 4.1. Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 32 Tabel 5.1. Distribusi Umur Responden 35 Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Responden 35 Tabel 5.3. Distribusi Kualitas Tidur Responden 36 Tabel 5.4. Distribusi Tekanan Darah Responden 36 Tabel 5.5 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah 37
(5)
DAFTAR SINGKATAN
ACE Angiotensin Converting Enzyme
ANS Autonomic Nervous System
ARB Angiotensin-2 Receptor Blocker
ATP Adenosine triphosphate
BMI Body Mass Index
DASH Dietary Approaches to Stop Hipertension
DBP Diastolic Blood Pressure
EEG Electroencephalogram EMG Electromiography
EOG Electrooculargraphy
KB Keluarga Berencana
NREM Non Rapid Eye Movement
RAS Reticular Activating System
REM Rapid Eye Movement
(6)
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Penjelasan setelah Persetujuan Lampiran 4 Pittsburgh Sleep Index
Lampiran 5 Kuesionar Pitsburgh Lampiran 6 Skoran Kuesionar Lampiran 7 Ethical Clearance Lampiran 8 Data Induk
Lampiran 9 Hasil Data dan Output