dengan pertumbuhan usianya. Oleh karena itu, anak membutuhkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang tua.
Awal mula manusia berinteraksi dan bersosialisasi adalah dari rumah. Dari rumahlah diajarkan segala aturan, hak dan juga kewajiban setiap individu. Segala
proses pendidikan juga berawal dari sini. Tidaklah mengherankan bila keluarga memegang peranan penting dalam pondasi masyarakat.
Munculnya berbagai permasalahan sosial yang terjadi pada saat ini salah satu penyebabnya adalah akibat merenggang dan hancurnya sistem dalam
keluarga baik sistem nilai maupun sistem aturan hak dan kewajiban sehingga saat ini anak-anak kurang memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya
terhadap orang tua. Begitu juga sebaliknya, orang tua kurang memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban terhadap anak mereka.
Mengetahui hak dan kewajiban di dalam keluarga merupakan bagian dari realisasi keimanan dan adab kita sebagai seorang muslim. Perhatian yang besar ini
merupakan aplikasi dari nilai-nilai Islam yang telah kita serap dan kita pahami bersama. Dengan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing di dalam
rumah, pertikaian dan ketidakharmonisan akan hilang dengan sendirinya.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimanakah kedudukan anak sah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam ?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimanakah hak dan kewajiban anak berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam ? 3.
Bagaimanakah hak dan kewajiban orang tua berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah : 1.
Untuk mengetahui kedudukan anak sah berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam.
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban anak berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam. 3.
Untuk mengetahui hak dan kewajiban orang tua berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam.
Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah : 1.
Secara Teoritis. Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian terhadap
perkembangan khazanah ilmu pengetahuan di bidang hukum ke-perdata- an pada umumnya dan khususnya dalam bidang hukum perorangan dan
hukum keluarga. 2.
Secara Praktis. Memberikan sumbangan pemikiran dan pemahaman kepada para
mahasiswa, akademisi dan masyarakat umum yang berminat untuk mengetahui lebih dalam tentang hak dan kewajiban anak dan orang tua.
Universitas Sumatera Utara
D. Keaslian Penulisan
Sepengetahuan penulis berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan
skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Hak dan Kewajiban Anak dan Orang Tua Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Hukum Islam” belum pernah dilakukan. Skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan,
pemikiran dan usaha penulis tanpa ada penipuan, penjiplakan atau lainnya yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu, untuk itu penulis dapat bertanggung-jawab
atas keaslian penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Kedudukan Anak Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan
Hukum Islam
Undang-Undang hanya mengenal dua golongan anak yaitu : a.
Anak yang sah dari kedua orang tuanya.
5
Mengenai anak yang sah ini diatur dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang berisi ketentuan :
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Undang-Undang menganggap setiap
anak yang lahir dari suatu ikatan perkawinan yang sah dengan sendirinya dianggap anak sah dari kedua orang suami-isteri
tersebut.
5
M. Yahya Harahap, Op.cit, hal. 183.
Universitas Sumatera Utara
b. Anak yang hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga
si-ibu yang melahirkannya. Banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat status anak yang
dilahirkan seorang perempuan tidak diketahui siapa bapaknya. Oleh karena secara hukum tidak diketahui hubungan darah seorang anak yang
dilahirkan seorang ibu dengan ayah kandungnya, maka tidak ada jalan lain selain daripada menentukan aturan ketentuan hukum bahwa seorang anak
yang tidak diketahui bapaknya, hukum hanya menyerahkan hubungan anak itu dengan ibu yang melahirkannya saja. Inilah yang diatur dalam
Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menyatakan : “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.” Di dalam Hukum Islam pada dasarnya terdapat dua kategori mengenai
anak yaitu : a.
Anak yang lahir selama perkawinan.
6
Seorang anak yang lahir dari seorang ibu baru dianggap anak yang sah dari seorang suami apabila anak itu lahir sekurang-kurangnya 6 enam
bulan sesudah aqad nikah diresmikan secara sah. Jadi agar si suami dianggap sebagai bapak yang sah atau sebaliknya supaya anak yang lahir
dari seorang isteri merupakan anak yang sah menurut hukum, maka kelahirannya harus paling sedikit 6 enam bulan sesudah sahnya
6
Ibid, hal. 184.
Universitas Sumatera Utara
perkawinan. Hal ini didasarkan pada bunyi dalam Al-Qur’an surat Al- Ahqaaf ayat 15 yang artinya :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah dan
melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…”
Dan Al-Qur’an surat Lukman ayat 14 yang artinya : “Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya : ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Ayat pertama tersebut menjelaskan masa kehamilan dan masa menyusu digabungkan menjadi 30 tiga puluh bulan. Tidak dirinci dalam
ayat ini, berapa bulan masa hamil dan berapa bulan masa menyusu. Dan ayat kedua tersebut menjelaskan masa menyusu selama 2 tahun 24 bulan.
Ayat ini dianggap sebagai penjelasan dari masa menyusu yang disebut secara umum dalam ayat pertama tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa 30 bulan setelah dikurangi 24 bulan masa menyusu, sisanya tinggal 6 enam bulan sebagai masa minimal kehamilan.
b. Anak yang lahir sesudah putusnya perkawinan.
Kelahiran anak tersebut masih dalam periode iddah sesudah perkawinan itu putus, baik iddah kematian maupun masa iddah perceraian.
Masa iddah karena perceraian yaitu sebanyak 3 tiga kali suci menstruasi sedangkan masa iddah dalam hal wafatnya suami ditentukan
Universitas Sumatera Utara
4 bulan 10 hari. Sehingga anak yang lahir sesudah 4 bulan 10 hari sesudah perceraian secara nyata, anak itu dianggap anak yang sah dari bekas suami.
2. Hak dan Kewajiban Anak Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Hukum Islam.
Hak dan kewajiban anak terhadap orang tua diatur dalam Pasal 46 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan :
7
1. Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang
baik. 2.
Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka memerlukan
bantuannya. Kewajiban anak untuk menghormati dan mentaati kehendak orang tua
yang baik terhadap si anak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1 memang sudah sepantasnya dilakukan anak. Setiap anak harus hormat kepada
kedua ibu-bapaknya baik ditinjau dari segi kemanusiaan dan keagamaan. Hal ini dikarenakan dengan begitu susah payah orang tuanya
membesarkan dan memelihara anak menjadi manusia yang baik. Sudah sewajarnya anak-anak berterima kasih kepada orang tua dengan jalan
menghormatinya. Demikian juga mentaati maksud-maksud baik dari kedua orang tua adalah hal yang sudah semestinya.
7
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991, hal. 299.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Hukum Islam, anak mempunyai hak-hak antara lain : a.
Hak Radla’ artinya hak untuk mendapatkan pelayanan makanan pokoknya dengan jalan menyusu pada ibunya.
b. Hak Hadlanah artinya meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk seperti
menggendong atau meletakkan sesuatu dalam pangkuan. c.
Hak nafkah adalah hak anak yang berhubungan langsung dengan nasab dimana begitu anak lahir maka hak nafkahnya sudah mulai harus dipenuhi.
3. Hak dan Kewajiban Orang Tua Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam.
Mengenai hak dan kewajiban orang tua diatur dalam Pasal 45 Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan :
8
1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya. 2.
Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku
terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Kewajiban tentang memelihara ini adalah pengertian yang sangat luas dan
rasanya sulit untuk memberi definisi yang lengkap atas arti pemeliharaan ini. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tidak memberi suatu definisi tentang arti
pemeliharaan dimaksud. Nampaknya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 menyerahkan pengertian pemeliharaan pada kondisi-kondisi perkembangan sosial.
8
Ibid., hal. 299.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Hukum Islam, kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah SWT telah memerintahkan dalam berbagai
tempat dalam Al-Qur’an agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah SWT menyebutkan bersamaan dengan pentauhidan-Nya dan memerintahkan para
hamba-Nya untuk melaksanakan sebagaimana akan disebutkan sebagai berikut. Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap
Muslim.
F. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang
tertulis atau bahan-bahan hukum tertulis lainnya.
9
a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku
yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang relevan dan juga berdasarkan pada
Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW serta ijma.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi :
9
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika, 1991, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
b. Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan lainnya yang berisikan
informasi tentang bahan hukum primer berupa tulisan atau buku yang berkaitan dengan bahan hukum primer.
c. Bahan hukum tertier berupa bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi
kepustakaan Library Research Method
10
10
Ibid.,hal. 20.
yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, peraturan perundang-
undangan dan bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.
4. Analisis Data
Hasil pengolahan data disajikan secara deskriptif analitis yaitu data tersebut digambarkan secara jelas dan disusun secara teratur, kemudian dianalisa
dan diambil suatu kesimpulan berdasarkan metode deduktif dimana hal-hal akan diuraikan terlebih dahulu secara umum kemudian diambil kesimpulan dari hal-hal
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan
Suatu penulisan ilmiah perlu dibatasi ruang lingkupnya agar hasil yang akan diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Agar materi ini dapat diikuti dan dimengerti dengan baik, maka skripsi ini disusun secara sistematis dalam pembahasan yang semakin
meningkat bab per bab. Secara keseluruhan sistematikanya adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang menguraikan apa yang menjadi alasan pemilihan skripsi ini, sekaligus merumuskan masalah,
serta memaparkan cara untuk mencapai tujuan pembahasan skripsi ini dan juga membatasi ruang lingkup pembahasan.
BAB II : TINJAUAN UMUM PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM
Bab ini berisikan uraian teoritis secara umum, dimana akan diuraikan mengenai pengertian perkawinan, tujuan perkawinan,
syarat-syarat perkawinan, larangan perkawinan, dan kedudukan anak sah. Kesemua hal ini hanya akan dibahas secara umum
saja.
Universitas Sumatera Utara
BAB III : HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM
ISLAM
Bab ini berisikan uraian teoritis secara umum, dimana akan diuraikan mengenai hak dan kewajiban anak yang ditinjau dari
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Hukum Islam.
BAB IV : HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974 DAN
HUKUM ISLAM
Bab ini berisikan uraian teoritis secara umum, dimana akan diuraikan mengenai hak dan kewajiban orang tua yang ditinjau
dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran yang ditarik berdasarkan apa yang telah dijabarkan secara jelas di dalam bab pembahasan.
Berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran yang dianggap dapat memberikan masukan-masukan, minimal
untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan pemikiran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974
DAN HUKUM ISLAM
A. Pengertian Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974