Hak Dan Kewajiban Orang Tua Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

A. Hak Dan Kewajiban Orang Tua Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Membicarakan hak dan kewajiban orang tua terhadap anak adalah salah satu bagian dari aturan hukum yang mengatur hubungan kekeluargaan. Mengenai hak dan kewajiban orang tua diatur dalam Pasal 45 Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan : 55 1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. 2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Kewajiban tentang memelihara ini adalah pengertian yang sangat luas dan rasanya sulit untuk memberi definisi yang lengkap atas arti pemeliharaan ini. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tidak memberi suatu definisi tentang arti pemeliharaan dimaksud. Nampaknya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 menyerahkan pengertian pemeliharaan pada kondisi-kondisi perkembangan sosial. 55 Sudarsono, Op.Cit., hal. 299. Universitas Sumatera Utara Terlepas dari definisi memelihara, maka jika diambil pendapat yang umum dalam kehidupan kemanusiaan, arti dari pemeliharaan yaitu : 1. Adalah tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. 2. Tanggung jawab pemeliharaan yang berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut bersifat kontinyu terus-menerus sampai anak itu mencapai batas umur yang legal sebagai orang dewasa yang telah bisa berdiri sendiri. Dari kedua unsur pemeliharaan tersebut jelas terlihat bahwa kewajiban itu merupakan tanggung jawab yang sifatnya terus menerus kontinyu sampai anak itu mencapai batas umur yang benar-benar dewasa dan telah matang untuk berdiri sendiri. Dan arti pemeliharaan itu meliputi pengawasan, pelayanan dan perbelanjaan dalam arti yang luas serta sama artinya dengan apa yang diatur dalam hukum Islam yang disebut “hadlanah”. Pengawasan berarti menjaga keselamatan jasmani dan rohani anak tersebut, mengawasi agar anak itu tumbuh sehat jasmaninya, menjauhkan anak dari lingkungan dan pengaruh sosial yang merusak pertumbuhan jiwa dan rohaninya agar ia menjadi manusia yang berbudi dan terhindar dari pengaruh- pengaruh tindakan kejahatan kekerasan yang bersifat kejahatan remaja juvenil delinquent. Jadi pengawasan itu berarti membentuk lingkungan anak itu dalam Universitas Sumatera Utara suasana lingkungan sosial yang baik jasmani dan rohani sehingga anak itu tidak menjadi anak yang baik dan bersosial dalam masyarakat. Pelayanan berarti memberi dan menanamkan rasa kasih sayang orang tua ke dalam sanubari si anak. Setiap orang tua harus menyediakan waktu yang terus menerus dalam mengembangkan kasih sayang yang sepenuhnya kepada anak mereka. Kasih sayang adalah jalinan batin yang bertaut antara orang tua dengan anak. Hubungan orang tua dengan anak tidak dipadu antara jalinan kasih sayang terhadap anak yang bisa melahirkan wujud yang dirasakan si anak sebagai kekejaman mental mental cruelty yang mengakibatkan susunan kejiwaan seorang anak terganggu. Ilmu jiwa telah terlampau banyak berbicara dalam hal perkembangan mental dan jiwa anak yang hidup dalam lingkungan keluarga dimana si anak tidak mendapat pelayanan kasih sayang yang berkembang antara hubungan orang tua dengan anak. Adapun mengenai kebutuhan hidup si anak dapat kita artikan kebutuhan anak yang primer atas tempat tinggal, makan dan pakaian sesuai dengan tingkat sosial ekonomi dari orang tua si anak. Sebab itu berada pada batas-kemampuan yang ada pada orang tua tersebut. Jadi kebutuhan hidup ini lebih dititikberatkan pada soal nafkah. Bahwa orang tua wajib memelihara anak dengan memberi nafkah kebutuhan hidup yang lebih bersifat materi jika dibandingkan dengan arti pemeliharaan pelayanan yang bersifat kasih sayang. Mengenai kewajiban mendidik anak adalah memberi pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak tersebut menjadi manusia yang mempunyai Universitas Sumatera Utara kemampuan dan dedikasi hidup yang dibekali dengan kemampuan dan kecakapan sesuai dengan pembawaan bakat anak tersebut yang akan dikembangkannya di tengah-tengah masyarakat sebagai landasan jalan hidup dan penghidupannya setelah anak lepas dari tanggung jawab orang tua. Dan tuntutan pendidikan dan pengajaran ini pada masa sekarang dan masa yang akan datang sudah begitu luas serta hidup pada abad ini tanpa kemauan dan kecakapan akan mengembalikan masyarakat kepada zaman kebodohan dan penindasan. Akan tetapi, batas pendidikan yang menjadi kewajiban orang tua ini Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tidak menentukan tingkat paling rendah yang harus menjadi tanggung jawab orang tua. Oleh sebab itu tergantung pada kemampuan orang tua dari si anak dengan satu syarat bahwa pendidikan itu harus memungkinkan menjadi dasar tempat tegak berdiri anak itu di tengah-tengah masyarakat. Dan kalau kita perhatikan akhir dari kalimat ayat 1 Pasal 45 tersebut menyatakan pemeliharaan dan pendidikan itu harus orang tua lakukan “sebaik- baiknya”. Jadi bukan asal dipelihara dan dididik saja, tapi kewajiban itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya, semaksimal mungkin yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua. Dengan adanya perkataan “sebaik-baiknya” merupakan penekanan agar pemeliharaan dan pendidikan itu sekaligus mencakup perpaduan antara kuantitas dan kualitas dari pemeliharaan dan pendidikan. Memang inilah yang dihajatkan oleh bangsa dan negara. Agar keluarga sebagai sendi susunan yang akan menjadi unit masyarakat sedapat mungkin menghasilkan anak-anak yang terpelihara Universitas Sumatera Utara jasmani dan rohaninya dalam arti yang sempurna serta mempunyai keterampilan yang memungkinkan menjadi anggota masyarakat yang sanggup berdiri sendiri dan bukan menjadi beban masyarakat. Maka agar jangan menjadi beban masyarakat, tuntutan pemeliharaan dan pendidikan itu bersifat kualitas dan kuantitas terbinalah generasi yang sehat mental dan jasmani dengan kecakapan yang mampu membekali diri sendiri di dalam hidup dan kehidupannya. Kewajiban yang lain antara orang tua terhadap anak adalah seperti apa yang disebut dalam Pasal 47 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 : 56 1. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. 2. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar Pengadilan. Jadi anak yang dianggap belum mampu untuk melakukan tindakan hukum dan harus ada bantuan dari orang tua adalah anak-anak : 1. Yang belum berumur 18 tahun. 2. Atau belum pernah kawin. Maka terhadap anak yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah kawin, orang tua mempunyai kewajiban hukum untuk mewakili mereka dalam perbuatan hukum disebabkan anak yang demikian dianggap masih belum mampu melakukan tindakan hukum. 56 Ibid., hal. 299. Universitas Sumatera Utara Maka untuk sahnya perbuatan hukum yang mereka lakukan dengan pihak ketiga harus ada bantuan atau mereka diwakili oleh orang tuanya. Tetapi jika anak sudah berumur 18 tahun atau kalaupun belum berumur 18 tahun, tetapi sudah pernah kawin dengan sendirinya si anak sudah dianggap cakap melakukan segala tindakan hukum tanpa bantuan atau perwakilan dari orang tuanya. Jadi pada umumnya dapat dikatakan anak-anak yang belum berumur 18 tahun berada di bawah pengawasan orang tuanya dan tidak dapat melakukan perbuatan hukum dalam lalu lintas pergaulan masyarakat.

B. Hak Dan Kewajiban Orang Tua Menurut Hukum Islam