Gambaran Pengetahuan dan Sikap Wanita usia 20-65 tahun yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan mengenai SADARI.

(1)

Oleh :

KELVIN YUWANDA

070100048

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

KELVIN YUWANDA

070100048

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Penelitian:

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Wanita usia 20-65 tahun yang berada di

Kelurahan Sei Rengas I Medan mengenai SADARI

Nama

: Kelvin Yuwanda

NIM

: 070100048

Pembimbing

Penguji

dr.Delyuzar ,Sp.PA(K)

dr. Donna Partogi ,Sp.KK

NIP 19630219 199003 1 001

NIP 19720103 200501 2 001

Penguji

dr. Vita Camelia ,Sp.KJ

NIP 19780404 200501 2 002


(4)

Abstrak

Kanker Payudara di Indonesia merupakan kanker kedua terbanyak di

Indonesia, yaitu sekitar 11,9%. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2008,

didapatkan estimasi insiden dari kanker payudara di Indonesia mencapai 26 per

100.000 wanita. Angka ini dapat diperkecil melalui skrining pada payudara. Salah

satu skrining adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

dan sikap wanita mengenai SADARI sebagai deteksi dini dari kanker payudara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional

. Jumlah sampel sebanyak 100 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d)

sebesar 0,5. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

non

probability sampling

, yaitu dengan

consecutive sampling

. Sampel dikelompokan

menjadi 3 kelompok umur yaitu umur muda, sedang, dan tua. Kemudian pengetahuan

dibagi menjadi pengetahuan baik, sedang, dan buruk. Sikap juga dibagi dalam sikap

baik, sedang, dan buruk. Penelitian ini menggunakan kuesioner. Selanjutnya, hasil

penelitian dianalisis menggunakan SPSS.

Dari 100 orang responden, 18 orang mempunyai pengetahuan yang baik, 67

orang mempunyai pengetahuan sedang, dan 15 orang mempunyai pengetahuan yang

buruk. Hasil analisa sikap menunjukkan 3 orang mempunyai sikap yang baik, 86

orang mempunyai sikap yang sedang, dan 11 orang mempunyai sikap buruk.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia 20-65 tahun yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan berada pada kategori sedang dan sikap usia 20-65 tahun di Kelurahan Sei Rengas I Medan juga berada pada kategori sedang. Masukan kepada Puskesmas di Kelurahan Sei Rengas I Medan agar lebih meningkatkan promosi kesehatan wanita, terutama mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).


(5)

Abstract

Breast Cancer is second majority cancer in Indonesia, about 11,9%.

According to Indonesia Republic Health Department in 2008, the incidence estimated

of breast cancer in Indonesia about 26 from 100.000 women. This number can be

reduced through breast screening. One of the screening is breast self examination

(BSE).

The purpose of this research were to assess women’s knowledge and attitude about

breast self examination as early breast cancer screening.

This research was descriptive with cross sectional approach. There were 100

people taken with 0,5 relative accuracy. The sampling technique was done by using

non probablity sampling, ie by consecutive sampling. Samples were grouped into 3

age group, ie young, middle, and old. Then knowldege divided into high knowledge,

moderate knowledge and low knowledge. The attitude is also divided into good

attitude, moderate attitude, and bad attitute. This research used questionnare. Then,

the results were analyzed by SPSS.

From 100 respondents, 18 people have good knowledge, 67 people have

moderate knowledge, and 15 people have bad knowledge. Results of the analysis of

the attitude showed 3 people have good attitude, 86 people have moderate attitude,

and 11 people have bad attitude.

From the research, it can be concluded that the level of knowledge of women

whose age was 20-65 years in Kelurahan Sei Rengas I Medan was in the moderate

category and the attitude in Kelurahan Sei Rengas I Medan also was in the moderate

category. Inputs to the Health Center at the Sei Rengas Kelurahan Medan me to

further enhance the promotion of women's health, especially regarding breast

self-examination (BSE).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana

kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Wanita Umur

20-65 tahun yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan mengenai SADARI.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1.

Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2.

dr. H. Delyuzar, Sp.PA(K), selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih

atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing

penulis.

3.

Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

4.

Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang tua

penulis, yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada

bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan.

5.

Terima kasih ditujukan kepada saudara-saudara penulis, adik-adik yang selalu

memberi dukungan, doa, kasih sayang dan keceriaan dalam hidupku.


(7)

6.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman Stambuk 2007, terima kasih atas

dukungan dan bantuannya.

7.

Semua pihak yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada

peneliti.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis

selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan pahala

yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna

bagi kita semua.

Medan, 25 November 2010

Peneliti,

Kelvin Yuwanda


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman persetujuan

... i

ABSTRAK

... ii

ABSTRACT

... iii

KATA PENGANTAR

... iv

Daftar Isi

... vi

Daftar Tabel

... ix

Daftar Gambar

... x

DAFTAR LAMPIRAN

... xi

BAB 1 PENDAHULUAN

... 1

1.1.

Latar Belakang... 1

1.2.

Rumusan Masalah... 3

1.3.

Tujuan Penelitian... 3

1.4.

Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

... 4

2.1. Pengetahuan

... 4

2.1.1 Definisi... 4

2.1.2 Tingkat Pengetahuan... 4

2.2. Sikap

... 6

2.3.1 Defenisi ... 6

2.3.2 Komponen... 6

2.3.3 Tingkatan Sikap... 7

2.3. Kanker Payudara

... 8


(9)

2.3.2 Definisi... 10

2.3.3 Etiologi dan Faktor Resiko... 10

2.3.4 Gejala Klinis... 12

2.3.5 Klasifikasi... 13

2.3.6 Diagnosa... 13

2.3.7 Sistem Staging... 14

2.3.8 Penatalaksanaan... 17

2.3.9 Pencegahan... 20

2.3.10 Prognosa... 20

2.4. SADARI

... 26

2.4.1 Definisi... 21

2.4.2 Langkah-langkah... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

... 28

3.1.

Kerangka Konsep Penelitian

... 28

3.2.

Definisi Operasional

... 28

3.2.1 Umur... 28

3.2.2 Pengetahuan... 29

3.2.3 Sikap... 29

3.2.4 SADARI... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN

... 30

4.1. Jenis Penelitian

... 30

4.2. Waktu dan Tempat penelitian

... 30

4.2.1 Waktu Penelitian... 30

4.2.2 Tempat Penelitian... 30


(10)

4.3.1 Populasi... 30

4.3.2 Sampel... 30

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data

... 31

4.4.1 Data Primer... 31

4.4.2 Data Sekunder... 31

4.4.3 Instrumen Penelitian... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

... 33

5.1. Hasil Penelitian

... 33

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian... 33

5.1.2. Deskripsi karakteristik responden... 33

5.1.3. Hasil analisa data... 35

5.2. Pembahasan

... 44

5.2.1. Tingkat Pengetahuan... 43

5.2.2. Sikap... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

... 48

6.1. Kesimpulan... 48

6.2. Saran... 48


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

Tabel 2.1.

Klasifikasi TNM Kanker Payudara………... 14

Tabel 2.2.

Stadium Klinis berdasarkan TNM... 16

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia……. 34

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

pendidikan……….. 34

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi karakterisitik responden berdasarkan status

pernikahan……….. 35

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jumlah

anak………. 35

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel

pengetahuan………..….. 36

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi responden berdasarkan

pengetahuan………...…. 37

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan berdasarkan

kelompok umur……….. 38

Tabel 5.8

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat

pendidikan………. 39

Tabel 5.9

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jumlah

anak……….…… 39

Tabel 5.10

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan status

pernikahan………...… 40

Tabel 5.11

Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel

sikap….……….. ……… 41

Tabel 5.12

Distribusi frekuensi sikap………... 42

Tabel 5.13

Distribusi frekuensi sikap berdasarkan kelompok umur………….... 42

Tabel 5.14

Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pendidikan………… 43

Tabel 5.15

Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jumlah anak……..…..…….. 43

Tabel 5.16

Distribusi frekuensi sikap berdasarkan status pernikahan……..…… 44


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

JUDUL

Halaman

Gambar 2.1

.

Anatomi Payudara... 9

Gambar 2.2. SADARI posisi berdiri tahap 1……….. 22

Gambar 2.3. SADARI posisi berdiri tahap 2………... 23

Gambar 2.4. SADARI posisi berdiri tahap 3……….. 23

Gambar 2.5. SADARI posisi berdiri tahap 4………... 24

Gambar 2.6. Persiapan SADARI posisi berbaring……….. 24

Gambar 2.7. Cara pemeriksaan payudara dengan

Vertical strip……….

25

Gambar 2.8. Cara pemeriksaan cara memutar……….. 26

Gambar 2.9. Cara pemeriksaan putting payudara………. 26


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II

Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

Lampiran III

Informed Consent

Lampiran IV

Validitas Konten

Lampiran V

Kuesioner

Lampiran VI

Master Data

Lampiran VII

Ethical Clearance

Lampiran VIII

Surat Izin Penelitian


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat meresahkan dan menakutkan bagi masyarakat di seluruh negara. Kanker adalah pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal (tumbuh sangat cepat & tidak terkontrol), menginfiltrasi, menekan jaringan tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi organ tubuh. Ada lebih dari 100 jenis kanker yang diketahui. Yang paling sering dijumpai adalah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kulit, kanker usus dan kanker prostat (Detak, 2007).

Kanker sering diidentikan dengan kematian. Faktanya, jika kanker ditangani dengan baik pada stadium dini, angka kesembuhannya dapat mencapai 90%. Sayangnya, hanya sedikit penyakit kanker yang terdeteksi pada stadium awal sehingga angka kematian akibat kanker masih tergolong tinggi. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 190.000 penderita baru kanker di seluruh dunia dan seperlimanya akan meninggal dikarenakan penyakit tersebut ( Dinkes Bone, 2007).

Salah satu kanker yang sering menyerang perempuan adalah kanker payudara. Penyakit ini oleh WHO (Word Health Organization) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Walaupun jarang, laki-laki juga dapat terkena kanker payudara. Data menunjukkan bahwa 18,7% dari semua kanker yang menyerang wanita adalah kanker payudara, menempati urutan ke-2 setelah kanker leher rahim. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005, diperkirakan lebih dari 1,2 juta orang terdiagnosa menderita kanker payudara setiap tahunnya. Di Indonesia, angka kejadian kanker payudara pada wanita sekitar 11,9% dari seluruh jenis kanker (Alisyawiya, 1984).

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Menurut Moningkey


(15)

(2000) dalam Pane (2002), sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, Oemiati (1999) dalam Pane (2002) disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya. Moningkey (2000) dalam Pane (2002) dalam American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000.

Sampai saat ini, masih belum ditemukan penyebab pasti kanker payudara. Namun, ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita lebih mungkin menderita kanker payudara, antara lain faktor genetik dan hormonal, pemakaian pil KB, bahan kimia, radiasi dan lain-lain (Medicastore).

Sama seperti kanker pada umumnya, prognosa kanker payudara tergantung pada stadium kanker ketika didiagnosa dan penanganannya. Sebagian besar kanker payudara terdeteksi pada stadium lanjut (60-80%). Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang pada tahun 1998-2000, diketahui bahwa umumnya pasien kanker payudara yang datang mencari pengobatan di rumah sakit tersebut adalah pasien kanker stadium lanjut dengan persentase sekitar 68,6 % (Azamris, 2006).

Penemuan dini kanker payudara dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan yang mudah dan dapat dilakukan sendiri, yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Siswono, 2002). Menurut Nina (2002), sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara mencapai 26%, dan jika dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas deteksi dini kanker payudara menjadi 75% . Oleh karena itu, pendeteksian dini perlu dilakukan untuk menurunkan mortalitas kanker payudara. Bahkan, deteksi dini ini dapat menurunkan mortalitas sebesar 40%. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini kanker payudara, yaitu: pemeriksaan payudara sendiri


(16)

(SADARI), pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan, dan pemeriksaan mammografi.

Adanya fakta bahwa kanker payudara menunjukkan tendensi prevalensi kearah umur yang lebih muda menimbulkan ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk meneliti tingkat pengetahuan tentang wanita umur 20-6 tahun mengenai SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah :

Apakah SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) telah diketahui oleh wanita berbagai usia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah SADARI sudah dikenal secara luas oleh wanita berbagai usia?

Tujuan Khusus :

• Untuk mengetahui wanita tingkat usia manakah yang lebih mengenal SADARI

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang SADARI.


(17)

Abstrak

Kanker Payudara di Indonesia merupakan kanker kedua terbanyak di

Indonesia, yaitu sekitar 11,9%. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2008,

didapatkan estimasi insiden dari kanker payudara di Indonesia mencapai 26 per

100.000 wanita. Angka ini dapat diperkecil melalui skrining pada payudara. Salah

satu skrining adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

dan sikap wanita mengenai SADARI sebagai deteksi dini dari kanker payudara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional

. Jumlah sampel sebanyak 100 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d)

sebesar 0,5. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

non

probability sampling

, yaitu dengan

consecutive sampling

. Sampel dikelompokan

menjadi 3 kelompok umur yaitu umur muda, sedang, dan tua. Kemudian pengetahuan

dibagi menjadi pengetahuan baik, sedang, dan buruk. Sikap juga dibagi dalam sikap

baik, sedang, dan buruk. Penelitian ini menggunakan kuesioner. Selanjutnya, hasil

penelitian dianalisis menggunakan SPSS.

Dari 100 orang responden, 18 orang mempunyai pengetahuan yang baik, 67

orang mempunyai pengetahuan sedang, dan 15 orang mempunyai pengetahuan yang

buruk. Hasil analisa sikap menunjukkan 3 orang mempunyai sikap yang baik, 86

orang mempunyai sikap yang sedang, dan 11 orang mempunyai sikap buruk.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia 20-65 tahun yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan berada pada kategori sedang dan sikap usia 20-65 tahun di Kelurahan Sei Rengas I Medan juga berada pada kategori sedang. Masukan kepada Puskesmas di Kelurahan Sei Rengas I Medan agar lebih meningkatkan promosi kesehatan wanita, terutama mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).


(18)

Abstract

Breast Cancer is second majority cancer in Indonesia, about 11,9%.

According to Indonesia Republic Health Department in 2008, the incidence estimated

of breast cancer in Indonesia about 26 from 100.000 women. This number can be

reduced through breast screening. One of the screening is breast self examination

(BSE).

The purpose of this research were to assess women’s knowledge and attitude about

breast self examination as early breast cancer screening.

This research was descriptive with cross sectional approach. There were 100

people taken with 0,5 relative accuracy. The sampling technique was done by using

non probablity sampling, ie by consecutive sampling. Samples were grouped into 3

age group, ie young, middle, and old. Then knowldege divided into high knowledge,

moderate knowledge and low knowledge. The attitude is also divided into good

attitude, moderate attitude, and bad attitute. This research used questionnare. Then,

the results were analyzed by SPSS.

From 100 respondents, 18 people have good knowledge, 67 people have

moderate knowledge, and 15 people have bad knowledge. Results of the analysis of

the attitude showed 3 people have good attitude, 86 people have moderate attitude,

and 11 people have bad attitude.

From the research, it can be concluded that the level of knowledge of women

whose age was 20-65 years in Kelurahan Sei Rengas I Medan was in the moderate

category and the attitude in Kelurahan Sei Rengas I Medan also was in the moderate

category. Inputs to the Health Center at the Sei Rengas Kelurahan Medan me to

further enhance the promotion of women's health, especially regarding breast

self-examination (BSE).


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi pengetahuan

Definisi pengetahuan menurut Notoatmodjo(2003) adalah hasil dari tahu dan ini dapat terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dapat melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar dari pengetahuan manusia diperoleh dari indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuk perilaku seseorang.

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni :

1. Tahu

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami

Diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menybutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Menerapkan

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat


(20)

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata

4. Analysis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesa

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian – penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yangditentukan sendiri atau menggunakan criteria – criteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.


(21)

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d) Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain. e) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f) Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2 Sikap

2.2.1. Definisi sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo,2003). Menurut Petty(1986) dalam Azwar(2000), sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue.

2.2.2 Komponen sikap

Menurut Azwar S (2000) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan


(22)

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

2.2.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmojo (2003), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya


(23)

seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.3 Kanker payudara

2.3.1 Anatomi payudara

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).

Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara.

Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. Pada areola mamma, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya.


(24)

Gambar 2.1 Anatomi payudara Sumber : medicastore, 2002.

Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.

Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :

a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant) e. Regio puting susu (nipple)

2.3.2 Definisi kanker payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,


(25)

cepat dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker (Tjahjadi, 2008).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.

2.3.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel-sel. Umumnya, pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tapi, ketika sel-sel lama tidak mati, dan sel-sel baru terus tumbuh (padahal belum diperlukan), jumlah sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker, terutama pada payudara. Ada jenis tumor jinak (non kanker), ada juga yang ganas (kanker).

Faktor resiko dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah (Pitapink, 2005). Faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara adalah (medicastore,2002) :

1. Usia. Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

2. Pernah menderita kanker payudara.Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.


(26)

3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

4. Faktor genetik dan hormonal. Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.

5. Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.

6. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).

7. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara

8. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada


(27)

usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

9. Obesitas pasca menopause. Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.

10. Pemakaian alkohol. Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

11. Bahan kimia. Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

12. DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.

13. Penyinaran. Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

2.3.4 Gejala Klinis

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. (Kalbe, 2004)

Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara , nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. ( Kalbe,2004)


(28)

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan (Medicastore,2002):

a. Benjolan atau massa di ketiak.

b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.

c. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah).

d. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu). e. Payudara tampak kemerahan.

f. Kulit di sekitar puting susu bersisik.

g. Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal.

h. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara.

2.3.5 Klasifikasi

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagi berikut :

1. Stadium 0 : angka harapan hidup 10 tahun 98 % 2. Stadium I : angka harapan hidup 5 tahun 85% 3. Stadium II : angka harapan hidup 5 tahun 60-70% 4. Stadium III : angka harapan hidup 5 tahun 30-50% 5. Stadium IV : angka harapan hidup 5 tahun 15%

2.3.6 Diagnosa

Diagnosis pasti hanya dilakukan dengan pemeriksaan histopatologis yang dilakukan dengan cara:

1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya, bila tumor < 5 cm. Kemudian diperiksa PA atau diperiksa potong beku. Ini untuk kasus stadium dini atau masih operable.


(29)

2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya. Dilakukan untuk tumor yang inoperable atau tumor > 5 cm.

Cara lain yaitu dengan FNAB ( Fine Needle Aspiration Biopsy ) atau biopsi jarum halus yang merupakan pemeriksaan sitologis.

2.3.7 Sistem staging TNM

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM kanker payudara beradasarkan AJCC Cancer Staging Manual,6th edition

Klasifikasi Defenisi

Tx Tumor primer tidak didapatkan To Tidak ada bukti tumor primer Tis Karsinoma in situ

Tis(DCIS) Dktal karsinoma in situ Tis(LCIS) Lobular karsinoma in situ

Tis(Paget) Paget’s Disease tanpa adanya tumor T1 Ukuran tumor < 2cm

T1 mic Mikroinvasif >0,1 cm T1a Tumor >0,1 - <0,5 cm T1b Tumor >0,5 cm - <1 cm T1c Tumor >1 cm - <2 cm T2 Tumor >2 cm - <5 cm

T3 Tumor > 5cm

T4

Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya perlekatan pada dinding thoraks dan kulit

T4a Melekat pada dinding dada, tidak termasuk

M.Pectoralis major

T4b Edema (termasuk

peau d’orange) atau ulserasi pada kulit, atau adanya nodul


(30)

satelit pada payudara

T4c Gabungan antara T4a dan T4b T4d Inflamatory carcinoma

Kelenjar Limfe Regional (N)

Nx Kelenjar limfe regional tidak didapatkan No Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe N1 Metastasis pada kelenjar aksilla ipsilateral,

bersifat mobile

N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksilla ipsilateral, tidak dapat digerakkan

N3

Metastasis pada kelenjar limfe

infraklavikular, atau mengenai kelenjar mamae interna, atau kelenjar limfe supraklavikular

Metastasis (M)

Mx Metastasis jauh tidak didapatkan M0 Tidak ada bukti adanya metastasis M1 Didapatkan metastasis yang telah

mencapai organ


(31)

Tabel 2.2 Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCCCancer Staging Manual, 6th edition

Stadium Ukuran tumor Metastasis kelenjar limfe

Metastasis jauh

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

Iia T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Iib T2 N2 M0

T3 N2 M0

IIIa T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N2 M0

IIIB T4 N apapun M0

T apapun N3 M0 IV T apapun N apapun M1 TNM : Tumor Nodus Metastasis

Sumber :Rasjidi, I.,Hartanto, A., 2009.

Stage atau stadium/ Tahap Kanker Payudara :

1. Stadium 0 (“in situ”) : terdapat sel- sel kanker , namun belum terjadi invasi pada jaringan sekitarnya

2. Stadium I : ukuran tumor < 2cm dan tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening

3. Stadium II, terdiri dari:

a. Stadium IIA : ukuran tumor 2-5cm, tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening atau ukuran tumor, <2cm namun terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening ketiak, sesisi dengan tumor dan masih dapat digerakkan


(32)

b. Stadium IIB : ukuran tumor >5cm, tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening atau ukuran tumor 2-5cm, namun terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening ketiak sesisi dan masih dapat digerakkan

4. Stadium III, terdiri dari:

a. Stadium IIIA : ukuran tumor >5cm, dengan penyebaran pada kelenjar getah bening sesisi namun tidak dapat digerakkan

b. Stadium IIIB : ukuran tumor berapapun, namun meluas pada dinding dada dan kulit atau disertai penyebaran pada kelenjar getah bening mamaria interna. Termasuk Kanker Payudara inflamasi. 5. Stadium IV : ukuran tumor berapapun, dengan penyebaran pada kelenjar

getah bening baik pada ketiak, mamaria interna, bahkan supraklavikular dan disertai penyebaran jauh (metastasis) seperti pada hati, paru, otak, tulang dan lain-lain.

2.3.8 Penatalaksanaan

Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan breast-conserving

a. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya.

b. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak.

c. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.

Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah


(33)

kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.

Mastektomi

1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.

2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.

3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.

Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.

Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon. Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.

Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara). Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara


(34)

yang sama dengan karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen. Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit. Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.

Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk. Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada: 1. kanker yang didukung oleh estrogen

2. penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosis – kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.

Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain. Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang


(35)

bersamaan, karena aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon. (Medicastore, 2002)

2.3.9 Pencegahan

Secara umum ada 2 pendekaan yang dapat digunakan dalam menurunkan insiden kanker payudara. Profilaktik mastektomi dan tindakan preventif dengan menggunakan tomixifen. Tindakan pembedahan dapat menurunkan risiko kanker payudara secara signifikan. Namun dengan mempertimbangkan akibat fisiologis dan psikologis, tindakan pembedahan hanya dilakukan pada pasien yang tergolong di dalam risiko tinggi.

Pencegahan primer :

• Promosi dan edukasi pola hidup sehat • Menghindari faktor risiko

Pencegahan sekunder :

• SADARI

• Pemeriksaan klinis payudara

• USG untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor

• Mammografi menemukan adanya kelainan sebelum adanya tumor dan adanya keganasan.

Pencegahan tertier :

• Pelayanan di rumah sakit • Perawatan paliatif


(36)

2.3.10 Prognosa

Secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya. Karsinoma payudara bukan semata-mata keadaan patologis yang terjadi dalam semalam. Karsinoma ini bermula dengan perubahan genetik pada satu sel. Membutuhkan waktu hampir 16 kali penggandaan untuk karsioma telah tampak secara klinis.

Pada diagnosis, hampir 45% dari pasien membuktikan adanya penyebaran regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran regional atau jauh adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada penyebaran regional dari penyakit. sebagai contoh, angka bertahan hidup 5 tahun secara keseluruhan turun di bawah 60%.

Selain ukuran tumor, nodus limfe yang terkena, bukti-bukti metastasis, dan tipe histologis, pengukuran lainnya juga membantu dalam menentukan prognosis. Adanya reseptor protein esterogen dan progesteron menandakan retensi kontrol pengatur epitelium mamalia. Kedia reseptor protein berkaitan dengan membaiknya prognosis; hilangnya kedua reseptor ini berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk. ( Rasjidi I, Hartanto A, 2009)

2.4 SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) 2.4.1 Definisi SADARI

Sadari adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. Menurut Rasjidi dan Wicaksono, deteksi dini kanker ialah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.

Ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya, pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI perlu dilakukan. Setiap wanita dengan usia lebih dari 20 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan setelah hari ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi, dimana jaringan payudara saat itu densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam risiko tinggi disarankan untuk


(37)

melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. (Freedman DA, Petitti DB, Robins JM, 2004).

The American Cancer Society mengeluarkan beberapa rekomendasi, yang antara lain berupa pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dikerjakan oleh tenaga ahli minimal sekali dalam 3 tahun anatar usia 20 sampai 39 tahun. Sesudah usia 40 tahun, pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan setiap tahunnya.

2.4.2 Langkah-langkah pemeriksaan SADARI

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.

Tahap-tahap SADARI (Lusa,2009) :

1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.

Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :

o Tahap 1

Gambar 2.2 SADARI posisi berdiri tahap 1 Sumber : medicastore, 2002.

Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.


(38)

o Tahap 2

Gambar 2.3 SADARI posisi berdiri tahap 2 Sumber : medicastore, 2002.

Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

o Tahap 3

Gambar 2.4 SADARI posisi berdiri tahap 3 Sumber : medicastore, 2002.

Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.


(39)

o Tahap 4

Gambar 2.5 SADARI posisi berdiri tahap 4 Sumber : medicastore, 2002.

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.

o Tahap 1. Persiapan

Gambar 2. 6 Persiapan SADARI posisi berbaring Sumber : medicastore, 2002.

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk


(40)

menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.

o Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip

Gambar 2.7 Cara pemeriksaan payudara dengan Vertical strip Sumber : medicastore, 2002.

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm ke kiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.


(41)

o Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.

Gambar 2.8 Cara pemeriksaan cara memutar Sumber : medicastore, 2002.

Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Juga diperiksa bagian bawah areola mammae.

o Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.

Gambar 2.9 Cara pemeriksaan putting payudara Sumber : medicastore, 2002.


(42)

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

o Tahap 5. Memeriksa Ketiak

Gambar 2.10 Cara pemeriksaan ketiak Sumber : medicastore, 2002.

Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.


(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep mengenai tingkat pengetahuan dan sikapzz mengenai SADARI akan diuraikan sebagai berikut :

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Umur

Umur responden adalah lama waktu yang telah dilalui oleh responden mulai dari lahir sampai pengambilan data. Skala pengukuran yang dipakai adalah interval. Umur responden dibagi menjadi 3 katogeri yaitu :

1. Umur muda : umur 20 sampai 34 tahun 2. Umur sedang : umur 35 sampai 49 tahun 3. Umur tua : umur 50 sampai 65 tahun

3.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang SADARI. Dalam kuesioner akan diberikan 12 pertanyaan untuk penggolongan tersebut. Skala pengukuran yang dipakai adalah ordinal. Penilaian terhadap pengetahuan wanita tentang SADARI berupa 12 pertanyaan dengan skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah, sebagai berikut :

a. Baik : skor 9-12 b. Sedang : skor 5-8 c. Buruk : skor 1-4

SADARI Pengetahuan


(44)

3.2.3 Sikap

Sikap diartikan sebagai tanggapan atau respon responden terhadap SADARI. Pengukuran sikap remaja terhadap jerawat dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 12 pernyataan. Pada pernyataan positif, apabila responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 4 atau 3, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 2 atau 1. Pada pernyataan negatif, apabila responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 1 atau 2, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 3 atau 4. Skala pengukuran yang dipakai adalah ordinal.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala sebagai berikut :

1. Skor 37-48 : baik 2. Skor 27-36 : sedang 3. Skor 0-26 : buruk

3.2.4 SADARI

SADARI didefinisikan sebagai salah satu cara deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri.


(45)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan design penelitian cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap responden tentang SADARI.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak peneliti menetukan judul, menyusun proposal hingga seminar hasil.

4.2.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Rengas I Medan. Lokasi ini dipilih dikarenakan populasi yang cukup besar. Selain itu, juga terdapat faktor variasi dalam hal asal lingkungan dan sosial budaya yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita berada di dalam lingkup Kelurahan Sei Rengas I Medan.

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian wanita yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan ketika penelitian ini diadakan.

3.3.3 Kriteria inklusi dan Kriteria eksklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Orang yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan 2. Jenis kelamin wanita


(46)

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak dapat membaca 2. Ada gangguan jiwa

Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus (Sastroasmoro, 2010): N = Z 2 PQ

d2

Z = tingkat kepercayaan 0,05 (95%) P= proporsi

Q = 1-P

d= perbedaan yang dianggap berarti

Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut :

N= (1,96)2 x 0,5 x (1-0,5) = 97 (0,10)2

Dengan demikian maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive sampling. Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

4.4 Metode Pengambilan Data 4.4.1 Data Primer

Dalam penelitian ini, dipakai data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengisi angket berupa kuesioner.

4.4.2 Data Sekunder


(47)

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari 24 pertanyaan yang terdiri dari 12 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang SADARI dan 12 pertanyaan mengenai sikap tentang SADARI. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian ini, kuesioner telah diuji validitasnya oleh pakar (content validity).


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitan

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian adalah Kelurahan Sei Rengas I Medan. Kelurahan Sei Rengas I Medan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Kota. Kelurahan Sei Rengas I dipimpin oleh M. Ali Sipahutar, S.STP. Kelurahan ini memiliki luas 29,10 ha. Terdapat 1810 kepala keluarga serta 8792 penduduk yang mendiami kelurahan ini juga terdapat 1489 buah bangunan. Penelitian mencakup seluruh lingkungan yang ada di Kelurahan Polonia. Secara geografis, kelurahan ini memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara: Kelurahan Pusat Pasar Barat: Kelurahan Pasar Baru

Timur: Kelurahan Sukaramai II dan Sei Rengas Permata Selatan: Kelurahan Kota Matsum I dan Kota Matsum III

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita berusia 20 sampai 65 tahun yang berada di Kelurahan Sei Rengas I sewaktu penelitian ini diadakan. Total responden sebanyak 100 orang yang terdiri dari berbagai umur.

Dari keseluruhan responden yang telah diberikan kuesioner, didapati gambaran mengenai beberapa karaktersitik yaitu : usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan jumlah anak. Data lengkap mengenai karakterisitik responden dapat dilihat pada tabel yang ada di bawah ini.

Pada penelitian ini, responden yang diambil datanya tidak dibatasi yang hanya berdomisili di Kelurahan Sei Rengas I Medan dikarenakan peneliti menganggap kanker payudara merupakan penyakit kanker pembunuh no 2 wanita di Indonesia maka sudah seharusnya semua wanita mengetahui cara pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI).


(49)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia.

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

20-34 51 51

35-49 34 34

50-65 15 15

Total 100 100

Ditinjau dari karakterisitik usia, maka kelompok usia responden yang terbesar terdapat pada usia 20-34 tahun yaitu sebanyak 51 orang atau 51 %. Kelompok usia yang terkecil adalah 50-65 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau 15 %. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tingkat pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

SD 2 2

SMP 16 16

SMA 54 54

PT 28 28

Total 100 100

Dari tabel 5.2, terlihat tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tingkat SMA sebanyak 54 orang, sedangkan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit adalah SD sebanyak 2 orang.


(50)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakterisitik responden berdasarkan status pernikahan

Status pernikahan Frekuensi (n) Persen (%)

BM 32 32

M 68 68

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, kelompok responden dengan status pernikahan terbesar yaitu kelompok wanita yang telah menikah yaitu 68% dan terkecil pada kelompok wanita yang belum menikah yaitu 32%.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jumlah anak

Jumlah anak Frekuensi (n) Persen (%)

0 32 32

1-3 59 59

4-5 9 9

Total 100 100

Tabel 5.4 menunjukkan jumlah anak yang paling banyak dimiliki responden adalah 1-3 anak sebanyak 59 responden, sedangkan jumlah anak yang paling sedikit adalah 4-5 anak yaitu sebanyak 9 responden.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Di bawah ini, akan ditunjukkan data lengkap distribusi frekuensi jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada responden.


(51)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No Pertanyaan Jawaban responden

Benar Salah

F % F %

1 SADARI adalah salah satu cara pemeriksaan untuk medeteksi dini kanker payudara

93 93 7 7

2 SADARI dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi pada payudara

65 65 35 35

3 SADARI dapat dilakukan tanpa alat apapun

30 30 70 70

4 SADARI dapat memperkecil ukuran kanker payudara

31 31 69 69

5 SADARI tidak perlu dilakukan oleh dewasa muda

21 21 79 79

6 SADARI sebaiknya dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi setiap bulannya

53 53 47 47

7 SADARI dapat dilakukan dengan berbaring

38 38 62 62

8 SADARI dapat dilakukan dengan berdiri tegak menghadap cermin

68 68 32 32

9 SADARI dapat dilakukan oleh wanita yang memakai implan payudara

78 78 22 22

10 Hanya jari telunjuk dan jari tengah yang dipakai dalam SADARI

63 63 37 37

11 Wanita yang hamil dan menyusui tidak boleh melakukan SADARI

63 63 37 37

12 Wanita yang telah mengalami

menopause (berhenti haid) tidak perlu melakukan SADARI

72 72 28 28


(52)

Tabel 5.5 menerangkan bahwa pertanyaan yang paling banyak bisa dijawab dengan benar adalah pertanyaan pertama yaitu sebesar 93%, sedangkan pertanyaan yang banyak dijawab salah adalah pertanyaan kelima yaitu sebesar 21%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden dikatakan berpengetahuan baik bila mampu menjawab minimal 9 pertanyaan dengan benar, sedangkan berpengetahuan sedang apabila mampu menjawab antara 5 sampai 8 pertanyaan dengan benar, dan berpengetahuan buruk apabila menjawab kurang dari 4 atau kurang pertanyaan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan responden dapat dikategorikan pada table 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 18 18

Sedang 67 67

Buruk 15 15

Total 100 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase paling kecil yaitu 15%, tingkat pengetahuan sedang yaitu 67% dan tingkat pengetahuan baik yaitu 18%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan berusia 20-65 tahun di Kelurahan Sei Rengas I mengenai SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara berada dalam kondisi sedang.


(53)

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan berdasarkan kelompok umur

Tingkat Pengetahuan

Kelompok Umur Total

20-34 35-49 50-65

Baik 11 5 2 18

Sedang 34 22 11 67

Buruk 6 7 2 15

Total 51 34 15 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa 11 wanita berpengetahuan baik tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara terdapat pada kelompok usia 20-34 tahun. Wanita yang berpengetahuan sedang sebagian besar juga terdapat pada kelompok usia 20-34 tahun sebesar 34 orang, dan wanita yang berpengetahuan buruk pada kelompok usia 20-34 tahun adalah sebesar 2 orang.

Pengetahuan responden dengan kategori baik pada kelompok usia 35-49 tahun sebanyak 5, sedangkan yang pengetahuan sedang sebanyak 22 orang dan responden dengan pengetahuan buruk sebanyak 7 orang pada kelompok usia ini.

Pengetahuan responden dengan kategori baik pada kelompok usia 50-65 tahun sebanyak 2 orang. Sedangkan pengetahuan sedang pada kelompok ini adalah sebanyak 11 orang serta pengetahuan buruk pada kelompok usia ini adalah 2 orang.


(54)

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Buruk

SD 2 0 0 2

SMP 2 12 2 16

SMA 8 38 8 54

PT 6 17 5 28

Total 18 67 15 100

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya baik mengenai SADARI adalah kelompok dengan tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak 8 orang. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan sedang juga berasal dari tingkat pendidikan SMA, yakni sebanyak 38 orang. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan SMA, yakni sebanyak 8 orang.

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jumlah anak

Tingkat Pengetahuan

Anak Total

0 1-3 4-5

Baik 4 12 2 18

Sedang 23 39 5 67

Buruk 5 8 2 15

Total 32 59 9 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kelompok wanita yang mempunyai 1-3 anak mempunyai tingkat pengetahuan yang paling baik mengenai SADARI sebanyak 12 orang. Begitu juga tingkat pengetahuan sedang juga


(55)

mayoritas kelompok ibu yang mempunyai 1-3 anak. Dan kelompok ibu yang mempunyai anak 1-3 sebanyak 8 orang.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan status pernikahan

Status Tingkat pengetahuan

Baik Sedang Buruk

BM 5 23 4

M 13 44 11

Total 18 67 15

Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan baik mengenai SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara terdapat pada kelompok responden dengan status pernikahan yang menikah sebanyak 13 orang dan tingkat pengetahuan buruk sebagian besar terdapat pada kelompok responden dengan status pernikahan yang telah menikah sebanyak 15 orang.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.11.


(56)

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap

No Pertanyaan Jawaban responden

Benar Salah

F % F %

1 SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan

52 52 48 48

2 Saya mampu melakukan SADARI setiap bulan

62 62 38 38

3 Saya mampu membedakan payudara yang normal dan tidak normal ketika melakukan SADARI

45 45 55 55

4 Saya mampu mengenal perubahan yang abnormal pada payudara saya ketika melihat di cermin

39 39 61 61

5 Saya tidak perlu melakukan SADARI 45 45 55 55

6 Melakukan SADARI adalah hal yang tabu

58 58 42 42

7 Melakukan SADARI adalah hal yang sia-sia

69 69 31 31

8 Saya akan memperdalam lagi pengetahuan saya tentang SADARI

52 52 48 48

9 Saya akan menanyakan kepada dokter secara rinci mengenai SADARI

65 65 45 45

10 Semua wanita perlu mengetahui cara melakukan SADARI

64 64 36 36

11 Wanita tidak perlu menganjurkan kepada orang lain untuk melakukan SADARI

69 69 31 31

12 SADARI perlu lebih dikenalkan ke masyarakat

47 47 53 53

Dari tabel di atas terlihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap benar adalah pada pernyataan nomor 7 dan 11 yaitu sebesar 69%.


(57)

Pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap benar adalah pernyataan nomor 4 yaitu sebesar 39%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap terhadap SADARI dapat dikategorikan pada tabel 5.12

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi sikap

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 3 3

Sedang 86 86

Buruk 11 11

Total 100 100

Dari tabel 5.12 dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan cukup memiliki angka respoden yang paling besar yaitu 86 orang. Kemudian diikuti kategori kurang sebanyak 11 orang. Kategori buruk sebanyak 11 orang dan kategori baik sebagai hasil terendah yakni 3 orang.

Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.13

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan kelompok umur

Sikap Kelompok Umur Total

20-34 35-49 50-65

Baik 1 1 1 3

Sedang 42 32 1 86

Buruk 1 12 2 11


(58)

Dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa sikap responden paling banyak berada pada kategori sedang dengan populasi terbanyak adalah populasi yang berusia 20 sampai 34 tahun. Kategori sikap responden yang paling sedikit berada pada kategori baik dengan jumlah 1 orang pada masing-masing populasi.

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Sikap Total

Baik Sedang Buruk

SD 0 1 1 2

SMP 1 12 3 16

SMA 1 48 5 54

PT 1 25 2 28

Total 3 86 11 100

Dari tabel 5.14 dapat dilihat bahwa tidak ditemukan perbedaan yang berarti antara 3 kelompok tingkat pendidikan yaitu SMP, SMA, dan PT pada sikap baik yaitu 1 orang. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan sedang berasal dari tingkat pendidikan SMA, yakni sebanyak 48 orang. Sedangkan responden yang memiliki sikap buruk paling banyak berpendidikan SMA, yakni sebanyak 5 orang.

Tabel 5.15 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jumlah anak

Sikap Anak Total

0 1-3 4-5

Baik 1 1 2 3

Sedang 26 53 7 86

Buruk 6 5 0 11


(59)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kelompok wanita yang mempunyai 4-5 anak mempunyai sikap yang paling baik mengenai SADARI sebanyak 2 orang. Namun, sikap sedang dimiliki oleh mayoritas kelompok ibu yang mempunyai 1-3 anak sebanyak 53 orang. Dan kelompok ibu yang tidak mempunyai anak merupakan kelompok ibu mayoritas yang memiliki pengetahuan buruk sebanyak 6 orang.

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan status pernikahan

Status Sikap Total

Baik Sedang Buruk

BM 0 27 5 32

M 3 59 6 68

Total 3 86 11 100

Dari tabel 5.16 dapat dilihat bahwa tingkat sikap baik mengenai SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara terdapat pada kelompok responden dengan status pernikahan yang menikah sebanyak 3 orang dan tingkat pengetahuan buruk lebih banyak terdapat pada kelompok responden dengan status pernikahan menikah sebanyak 6 orang.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian angket yang telah valid untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil analisa data, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan wanita yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan mengenai SADARI paling banyak


(60)

berada dalam kategori sedang. Penelitan oleh Chandra (2009) mengenai pengetahuan tentang SADARI pada Kelurahan Petisah Tengah Medan menunjukkan hasil yang serupa, yaitu berpengetahuan sedang. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Martyani (2008) yang dilakukan di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo RW III di D.I. Yogyakarta, didapatkan pengetahuan responden mengenai SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara mendapatkan hasil yang baik. Peneliti beransumsi terdapat perbedaan lingkungan, pendidikan, serta sosial ekonomi yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan tersebut.

Dari hasil penelitian mengenai usia responden didapati variasi dari 20-65 tahun. Jumlah responden paling banyak berada pada kelompok usia 20-34 tahun yaitu sebesar 51% sedangkan jumlah yang paling sedikit terdapat pada kelompok dengan usia 50-65 tahun sebesar 15% dan selebihnya pada kelompok usia 35-49 tahun sebesar 34%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok usia wanita yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 11% terdapat pada kelompok usia 20-34 tahun. Begitupun dengan wanita yang berpengetahuan sedang juga berada dalam kelompuk dengan usia 20-34 tahun yaitu sebesar 22%. Sementara yang berpengetahuan buruk terbanyak terdapat pada kelompok usia 35-49 tahun sebesar 7%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Martyani (2008) dan Chandra (2009) yakni sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat pada kelompok usia 24-30 tahun.

Dari tabel 5.8 diketahui wanita yang berpengetahuan baik mengenai SADARI adalah wanita dengan tingkat pendidikan SMA yang berjumlah 8 orang. Wanita yang berpengetahuan sedang yang sebanyak 38 orang merupakan kelompok wanita tingkat pendidikan SMA juga. Sedangkan wanita yang mempunyai tingkat pengetahuan buruk juga merupakan kelompok tingkat pendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang diadakan oleh Damanik (2008) yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai SADARI. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian yang


(61)

diadakan Chandra (2008), Soebroto, Yuliati, dan Ghozali (2001) yang menyatakan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya juga meningkat. Selain itu, hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita mengenai SADARI berdasarkan karakteristik status pernikahan didapatkan wanita yang telah menikah mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik sebanyak 13 orang mengenai SADARI dibandingkan wanita yang belum menikah sebanyak 5 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang diadakan oleh Dianawati (2003) dan Chandra (2008) yang menyatakan kelompok responden dengan status pernikahan menikah mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik mengenai SADARI.

5.2.2 Sikap

Dalam penelitian sikap, pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan angket yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan sikap responden terhadap SADARI. Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat sikap wanita yang berada di Kelurahan Sei Rengas I Medan mengenai SADARI berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 86% .

Distribusi frekuensi sikap mengenai SADARI berdasarkan usia menunjukkan mayoritas wanita yang mempunyai sikap baik terdapat pada kelompok usia 20-34 tahun yaitu sebanyak 42 orang. Begitu juga dengan wanita yang mempunyai sikap sedang berasal dari kelompok umur yang sama. Sedangkan wanita yang mempunyai sikap yang kurang berasal dari kelompok umur 50-65 tahun. Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Seif dan Aziz (2000).

Pada distribuasi frekuensi sikap mengenai SADARI berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, tidak ditemukan kelompok pendidikan yang dominan yang bersikap baik mengenai SADARI. Sementara kelompok tingkat pendidikan SMA mendominasi sikap sedang dan buruk mengenai SADARI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Damanik (2009).


(62)

Distribusi frekuensi sikap mengenai SADARI berdasarkan status pernikahan mendapatkan hasil wanita yang sudah menikah mempunyai sikap baik terhadap SADARI sebanyak 3 orang. Sedangkan tidak ada wanita yang belum menikah mempunyai sikap yang baik mengenai SADARI. Penelitian yang dilakukan oleh Kuen (1994) mempunyai kesamaan hasil yaitu wanita yang menikah mempunyai sikap lebih tinggi terhadap SADARI.


(1)

s2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 10 10.0 10.0 10.0

2 28 28.0 28.0 38.0

3 42 42.0 42.0 80.0

4 20 20.0 20.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 20 20.0 20.0 20.0

2 35 35.0 35.0 55.0

3 36 36.0 36.0 91.0

4 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 27 27.0 27.0 27.0

2 34 34.0 34.0 61.0

3 26 26.0 26.0 87.0

4 13 13.0 13.0 100.0


(2)

s5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 24 24.0 24.0 24.0

2 31 31.0 31.0 55.0

3 34 34.0 34.0 89.0

4 11 11.0 11.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 22 22.0 22.0 22.0

2 20 20.0 20.0 42.0

3 40 40.0 40.0 82.0

4 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 13 13.0 13.0 13.0

2 18 18.0 18.0 31.0

3 41 41.0 41.0 72.0


(3)

s8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 18 18.0 18.0 18.0

2 30 30.0 30.0 48.0

3 32 32.0 32.0 80.0

4 20 20.0 20.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 21 21.0 21.0 21.0

2 14 14.0 14.0 35.0

3 35 35.0 35.0 70.0

4 30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 16 16.0 16.0 16.0

2 20 20.0 20.0 36.0

3 51 51.0 51.0 87.0

4 13 13.0 13.0 100.0


(4)

s11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 11 11.0 11.0 11.0

2 20 20.0 20.0 31.0

3 45 45.0 45.0 76.0

4 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

s12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 16 16.0 16.0 16.0

2 37 37.0 37.0 53.0

3 37 37.0 37.0 90.0

4 10 10.0 10.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tabel Frekuensi Tingkat Pengetahuan

tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 18 18.0 18.0 18.0


(5)

Tabel Frekuensi Sikap

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 3 3.0 3.0 3.0

sedang 86 86.0 86.0 89.0

buruk 11 11.0 11.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Crosstab Tingkat Pengetahuan berdasarkan Usia

Kelompok Umur * tingkat pengetahuan Crosstabulation Count

tingkat pengetahuan

Total baik sedang buruk

Kelompok Umur 20-34 11 34 6 51

35-49 5 22 7 34

50-65 2 11 2 15


(6)

Crosstab Sikap berdasarkan Usia

tingkat * kelompok umur Crosstabulation

kelompok umur

Total 20-34 35-49 50-65

tingkat baik 1 1 1 3

sedang 42 32 12 86

buruk 8 1 2 11


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-40 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

0 38 68

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok Di kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008

4 57 116

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Selamat Tahun 2015

0 2 65

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Set Tahun 2015

0 0 11

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Set Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Set Tahun 2015

0 0 3

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Set Tahun 2015

0 0 11

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Set Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita usia 25-45 Tahun di Kelurahan Bandar Set Tahun 2015

0 0 20

14 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20 – 30 TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

0 0 5