Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

43

2. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat 37, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

C. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011, Pasal 3 Ayat 1, Objek Pajak bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Dalam Pasal 3 Ayat 2 yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah : a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasmennya, yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut; b. Jalan tol; Universitas Sumatera Utara 43 c. Kolam renang; d. Pagar mewah; e. Tempat olahraga; f. Galangan kapal, dermaga; g. Taman mewah; h. Tempat penampungankilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan i. Menara. Dalam Pasal 3 Ayat 3, Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang : a. Digunakan oleh Pemerintah; dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan; b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu; d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak; Universitas Sumatera Utara 43 e. Digunakan oleh Badan Perwakilan Diplomatik dan Konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan f. Digunakan oleh Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. D . Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Sibolga sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2011 dan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 8 Tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Untuk NJOP sampai dengan Rp 1.000.000.000 satu milyar rupiah ditetapkan sebesar 0,11 pertahun; b. Untuk NJOP diatas Rp 1.000.000.000 satu milyar rupiah ditetapkan sebesar 0,22 pertahun.

E. Rumus Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

NJOPTKP = 10.000.000 PBB terhutang = NJOP – NJOPTKP x Tarif Universitas Sumatera Utara 43

F. Tempat Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran PBB P2 di Bank Pemerintah yang ditunjuk sebagai tempat pembayaran, Kantor Pos, Giro yang telah tercantum pada SPPT. Untuk di Kota Sibolga dapat dilakukan di Bank SUMUT.

G. Wilayah Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

Wilayah pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kota Sibolga telah ditetapkan sebanyak empat wilayah pemungutan, yaitu: 1. Kecamatan Sibolga Utara 2. Kecamatan Sibolga Kota 3. Kecamatan Sibolga Sambas 4. Kecamatan Sibolga Selatan Tabel 3.1 Wilayah Pemungutan No Kecamatan Kelurahan 1 Sibolga Utara Angin Nauli Huta Barangan Universitas Sumatera Utara 43 Huta Tonga-Tonga Sibolga Ilir Simare-mare 2 Sibolga Kota Kota Baringin Pasar Baru Pasar Belakang Pancuran Gerobak 3 Sibolga Sambas Pancuran Kerambil Pancuran Pinang Pancuran Dewa Pancuran Bambu 4 Sibolga Selatan Aek Manis Aek Habil Aek Parombunan Aek Muara Pinang Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015

H. Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

a. Wajib Pajak membayar pajak di RKUD Rekening Kas Umum Daerah Kota Sibolga melalui bank yang telah ditunjuk. Universitas Sumatera Utara 43 b. Pembayaran pajak yang menggunakan warkat seperti bilyet giro atau cek, atau dengan cara transfer, baru dapat dinyatakan sah apabila telah dibukukan di RKUD. c. Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran pajaknya diberikan Surat Tanda Terima Setoran STTS danatau SSPD sebagai tanda bukti pembayaran pajak. d. Pembayaran pajak dilakukan sekaligus atau lunas. e. Jatuh Tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 6 enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. I. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tabel 3.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2013 No Kecamatan Target Realisasi Persen 1 Sibolga Utara 354,463,035 259,276,715 73.15 2 Sibolga Kota 1,175,188,216 1,006,194,544 85.62 3 Sibolga Sambas 405,389,110 309,492,225 76.34 4 Sibolga Selatan 310,672,639 208,452,776 67.10 Jumlah 2,245,713,001 1,783,416,260. 79.41 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015 Universitas Sumatera Utara 43 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa target dari setiap Kecamatan belum bisa realisasikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dan juga dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang dalam melakukan kewajiban perpajakannya yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan. Grafik 3.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2013 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 1,400,000,000 Sibolga Utara Sibolga Kota Sibolga Sambas Sibolga Selatan Target Realisasi Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 3.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2014 No Kecamatan Target Realisasi Persen 1 Sibolga Utara 363,522,197 277,499,869 76.34 2 Sibolga Kota 1,129,993,228 958,509,417 84.82 3 Sibolga Sambas 404,211,070 306,032,840 75.71 4 Sibolga Selatan 296,165,113 180,734.957 62.88 Jumlah 2,193,891,608 1,722,777,083 78.53 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa target dari setiap Kecamatan belum bisa realisasikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dan juga dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang dalam melakukan kewajiban perpajakannya yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan. Grafik 3.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2014 Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 1,000,000,000 1,200,000,000 Sibolga Utara Sibolga Kota Sibolga Sambas Sibolga Selatan Target Realisasi Universitas Sumatera Utara 43 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Potensi Pajak

Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, setiap daerah dipacu untuk dapat berkreasi untuk mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan belanja daerah atau pengeluaran daerah tersebut serta dapat membangun daerahnya sendiri agar bisa lebih maju. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa daerah memiliki hak untuk melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah ini merupakan salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Dalam era Otonomi Daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD, selain itu juga menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Pemberian kewenangan yang semakin besar pula dalam urusan perpajakan.Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu pajak daerah yang baru dilimpahkan seluruhnya kepada daerah dan memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususn di Kota Sibolga. Dengan dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan dari pusat Universitas Sumatera Utara ke daerah, maka daerah memiliki wewenang penuh dalam memungut PBB P2. Hanya saja bagaimana cara Pemerintah Daerah dalam mengoptimalkan kinerjanya melalui kerja sama yang baik antara Dinas Pengelola Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga dengan Kelurahan dan Kecamatan di lingkungan kota Sibolga serta kerja sama yang baik dengan Wajib Pajak itu sendiri agar Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri membayar pajak dan tanpa paksaan. Dari data yang sudah saya dapat dari Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga, dapat dilihat bahwa target yang ditetapkan pada tahun anggaran 2013 dari 4 Kecamatan yang digunakan sebagai wilayah pemungutan PBB P2 Kota Sibolga yaitu sebesar Rp. 2.245.713.001 tetapi realisasinya mencapai Rp. 1.783.416.260 atau sekitar 79,41 dari target yang telah ditetapkan. Pada tahun anggaran 2014 di Kecamatan Sibolga Kota target penerimaan PBB-P2 diturunkan dari Rp. 1.175.188.216 menjadi Rp. 1.129.993.228. Walaupun target penerimaan telah ditetapkan, penerimaan PBB-P2 di Kecamatan Sibolga Kota belum bisa direalisasikan sesuai dengan target bahkan realisasi penerimaan pada tahun anggaran 2014 di Kecamatan Sibolga Kota turun dari tahun anggaran 2013 yaitu dari Rp. 1.006.194.544 menjadi Rp.958.509.417 pada tahun anggaran 2014 atau penurunan realisasi penerimaan sebesar Rp. 47.685.127 sekitar 0,8. Tidak hanya di Kecamatan Sibolga Kota target diturunkan, Kecamatan Sibolga Sambas dan Kecamatan Sibolga Selatan target penerimaannya juga diturunkan. Universitas Sumatera Utara Di Kecamatan Sibolga Sambas target yang telah ditentukan pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 405.389.110 turun menjadi Rp.404.211.070 pada tahun anggaran 2014. Walaupun target telah diturunkan, realisasi penerimaan juga belum bisa mencapai target bahkan realisasi penerimaan juga ikut turun sebesar Rp. 3.459.385 atau sekitar 0,63. Dari realisasi penerimaan pada tahun anggaran 2013 Di Kecamatan Sibolga Selatan, target yang telah ditentukan pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 310.672.639 turun menjadi 296.165.113 pada tahun anggaran 2014. Walaupun target telah diturunkan, realisasi penerimaan juga belum bisa mencapai target bahkan realisasi penerimaan juga ikut turun sebesar Rp. 27.717.819 atau sekitar 4,22 dari realisasi penerimaan pada tahun anggaran 2013 Tetapi di Kecamatan Sibolga Utara, target penerimaan ada peningkatan. Target yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2013 Rp. 354.463.035 bertambah menjadi Rp.363.522.197 pada tahun anggaran 2014. Peningkatan target pada tahun anggaran 2014 juga diikuti dengan bertambahnya realisasi penerimaan sebesar Rp. 18.223.154 atau bertambah sekitar 3,19 dari tahun anggaran 2013. Walaupun realisasi pada tahun anggaran 2014 bertambah, target pada tahun anggaran 2014 belum bisa direalisasikan atau belum bisa mencapai target. Secara keseluruhan dari empat kecamatan yang digunakan sebagai wilayah pemungutan, pada tahun anggaran 2014 jumlah target yang telah ditentukan Rp. 2.193.891.608 mengalami penurunan target dari tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 51.821.393. Walaupun demikian target penerimaan PBB-P2 dapat direalisasikan sebesar 1,722,777,083 atau sekitar 78,53 bahkan bisa dikatakan realisasi Universitas Sumatera Utara penerimaan PBB-P2 mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu sekitar Rp. 60.639.177 atau sekitar 0,88. Ini artinya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan belum bisa optimal atau tingkat kesadaran masayarakat Sibolga sebagai Wajib Pajak masih kurang. Sangat disayangkan bila pelimpahan Pajak Bumi dan Bangunan dari pusat ke daerah belum bisa dioptimalkan pemungutan pajaknya. Seperti diketahui dan bukan rahasia umum lagi bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu pajak daerah yang menjadi “lumbung” atau pendapatan terbesar yang bisa mengisi kas Pendapatan Asli Daerah dari pajak daerah yang telah dikelola Kota Sibolga. Bila pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ini belum bisa dioptimalkan penerimaannya, maka secara otomatis Pendapatan Asli Daerah akan juga berkurang dari target yang telah ditetapkan. Belum tercapainya target penerimaan PBB-P2 tidak bisa dibebankan kepada DPKAD Kota Sibolga bahkan juga tidak bisa dibebankan kepada KecamatanKelurahan Kota Sibolga. Tetapi semua pegawai yang berwenang dalam pemungutan maupun pengelolaan PBB-P2 kinerjanya harus bisa ditingkatkan agar bisa tercapainya target yang telah ditetapkan. Bukan hanya itu masyarakat kota Sibolga juga harus memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk bisa melaksanakan kewajiban perpajakannya. . Mereka harus sadar betul dan tahu bahwa uang yang telah disetor untuk membayar pajak tidak akan sia-sia. Secara tidak langsung mereka telah menikmatinya fasilitas umum yang telah diberikan oleh pemerintah daerah. Untuk bisa membangun Universitas Sumatera Utara daerah Kota Sibolga lebih maju harus dimulai dari bawah yaitu dari kesadaran masyarakatnya itu sendiri, terlebih dibutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi untuk bisa membayar pajak daerah maupun pusat, dan juga kejujuran dalam melaporkan seluruh harta yang dimilikinya agar pajak yang dibayar sesuai dengan harta yang dimiliki karena dengan membayar pajak sudah ikut berpartisipasi dalam membangun daerahnya sendiri.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Sibolga

1. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak