menjadi kakeknenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah
sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara ibu harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
B. Adaptasi Psikologis Ibu
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi postpartum. Menurut Nelson 2000, masa transisi tersebut adalah:
1 Honeymoon Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama
antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis, masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. 2 Bonding Attachment
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah
suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Selain itu terdapat teori adaptasi psikologi menurut Ramona Marcer dalam Sulistyowati 2009, teori ini lebih menekankan pada stress antepartum sebelum
Universitas Sumatera Utara
melahirkan dalam pencapaian peran ibu, Marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan, yaitu:
1 Efek Stress Anterpartum Stress anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman
negatif dari hidup seorang wanita. Sehingga dukungan selama kehamilan sangat diperlukan untuk mengurangi rasa ketidakpercayaan seorang calon ibu.
Penelitian Marcer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:
a
Hubungan interpersonal
b
Peran keluarga
c
Stress anterpartum
d
Dukungan sosial
e
Rasa percaya diri
f
Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi 2 Pencapaian Peran Ibu
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut Marcer
menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif manupun yang negatif. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil
dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi kesehatan, dengan dukungan
keluarga dan petugas kesehatan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum Kusmiyati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga perawat harus memberikan asuhan
kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis normal.
Setelah ibu melewati masa kehamilan, selanjutnya ibu akan menjalani proses melahirkan. Disini ibu mulai mengalami transisi peran menjadi seorang
ibu, terutama ibu yang mengalami proses kelahiran pertama sekali. Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Marcer adalah Sulistyowati, 2009:
1 Anticipatory Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan
penyesuaian sosial dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan menjadi seorang ibu.
2 Formal Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan
sesuai dengan kondisi sistem sosial. 3 Informal
Dimana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya.
4 Personal Merupakan peran terakhir, dimana wanita telah mahir melakukan perawatan
diri dan bayinya.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan fisiologis pada ibu postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga ibu harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut Rubin 1963 dalam Varney 2007 terdapat tiga tingkat psikologis ibu setelah melahirkan yaitu :
1 Tahap Perilaku Ketergantungan Taking In Suatu periode yang berlangsung selama 1
– 2 hari, dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan
berdiam diri dan tergantung pada orang lain. Ibu biasanya lebih mudah tersinggung dan cenderung bersifat pasif terhadap lingkungannya disebabkan
faktor kelelahan, perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Ibu
sangat membutuhkan orang lain untuk membantu kebutuhannya yang utama adalah istirahat tidur dan makan. Nafsu makan ibu biasanya bertambah
sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
Selain itu ibu mulai menyadari secara nyata pengalamannya dalam melahirkan dan akan mengulangi pengalaman-pengalaman tersebut.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses mengetahuimenemukan” yang terdiri dari :
a Identifikasi Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk
menyesuaikan dengan yang diharapkandiimpikan. b Relating Menghubungkan
Universitas Sumatera Utara
Ibu menggambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain. c Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch”
2 Tahap antara Ketergantungan dan Mandiri Taking Hold Periode ini terjadi selama hari ketiga hingga hari kesepuluh postpartum,
dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan ma ndiri. Perlahan-lahan tingkat energi ibu meningkat merasa lebih nyaman dan mulai
berfokus pada bayi yang dilahirkan. Ibu lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya dan sering mengucapkan
kekhawatiran tentang fungsi tubuhnya. Ibu telah mampu untuk
mengendalikan fungsi eliminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus
memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, disini ibu juga sangat antusias merawat bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam
perawatan bayi baru lahir misalnya, memeluk, menyusui ASI atau dengan botol, memandikan, atau mengganti popok.
3 Tahap Penerimaan Peran Baru Letting Go Fase ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah. Ibu sudah
menerima tanggung jawabnya untuk merawat bayinya dan ibu sudah harus mampu beradaptasi terhadap kebutuhan, ketergantungan bayinya dan
Universitas Sumatera Utara
beradaptasi terhadap penurunan otonomi, kemandirian dan interaksi sosial. Pada fase ini ibu mengalami 2 perpisahan, yaitu:
a Mengerti dan menerima bentuh fisik dari bayinya b Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak, menjadi ibu yang merawat
anak.
Menurut Whibley 2006 dalam Yusdiana 2009 perubahan emosi ibu postpartum secara umum antara lain adalah :
1 Thrilled Excaited Ibu merasakan bahwa persalinan merupakan peristiwa besar dalam hidup. Ibu
terheran-heran dengan keberhasilan melahirkan seorang bayi dan selalu bercerita seputar peristiwa persalinan dan bayinya.
2 Overwhelmed Merupakan masa kritis bagi ibu dalam 24 jam pertama untuk merawat
bayinya. Ibu mulai melakukan tugas-tugas baru. 3 Let down
Status emosi ibu berubah-ubah, merasa sedikit kecewa khususnya dengan perubahan fisik dan perubahan peran.
4 Weepy Ibu mengalami baby blues pasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam
kehidupan, merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah. Perubahan emosi ini dapat membaik dalam
Universitas Sumatera Utara
beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.
5 Feeling Beat Up Merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan akhirya merasa kelelahan.
C. Depresi Postpartum