BAHAN .1 Mesokarp Buah Sawit

No. Parameter Satuan ASTM D 675109 EN 1421403 Pr EN 1421409 21. Kadungan trigliserida ww - ≤0,20 ≤0,20 22. Gliserol bebas ww ≤0,020 ≤0,020 ≤0,020 23. Total gliserol ww ≤0,24 ≤0,25 ≤0,25 24. Logam kelompok I natrium dan kalium mgkg ≤5,0 ≤5,0 ≤5,0 25. Logam kelompok II kalsium dan magnesium mgkg ≤5,0 ≤5,0 ≤5,0 26. Kandungan fosfor mgkg ≤10,0 ≤10,0 ≤2,0 27. Cold soak filterability S ≤360 - - 28. Cold filter plugging point CFPP o C - Bergantung pada kelas Bergantung pada kelas ASTM D 6751, 2009; EN 14214, 2003 dan Pr EN 14214, 2009 2.2 BAHAN 2.2.1 Mesokarp Buah Sawit Kelapa sawit adalah tanaman tropis yang mencapai ketinggian 20-25 m dengan siklus hidup sekitar 25 tahun. Produksi penuh tercapai setelah 8 tahun ditanam. Dua jenis minyak yang diperoleh dari buah sawit: minyak sawit yang pekat, dari pulp atau daging buah, dan minyak inti sawit, dari biji buah setelah ekstraksi minyak, bungkil inti sawit digunakan sebagai makanan ternak. Permintaan internasional untuk minyak sawit terus meningkat selama beberapa tahun terakhir [26]. Bagian-bagian buah sawit ditunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Bagian dan Komposisi Buah Sawit [27] Salah satu minyak nabati potensial yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku biodiesel adalah minyak sawit mentah Crude Palm Oil dimana CPO ini sudah Universitas Sumatera Utara cukup komersial dan Indonesia sudah menjadi negara penghasil CPO kedua terbesar di dunia [28]. Indonesia adalah negara penghasil CPO terbesar pada tahun 2011 dengan produksi sebesar 23 juta ton per tahun. Pola peningkatan permintaan CPO untuk ekspor maupun konsumsi domestik menunjukkan bahwa komoditas non migas ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Konsumsi negara-negara tujuan ekspor rata- rata meningkat dengan laju 26,97 dari tahun 1980-2010. Tahun 2010 ekspor CPO sebesar 16.480.000 ton. Konsumsi domestik CPO tercatat juga mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun, sampai bulan Agustus tahun 2010 konsumsi CPO dalam negeri tetap mengalami kenaikkan hingga 5.240.000 ton [29]. Adapun data ekspor CPO Indonesia tahun 2001-2013 dilihat pada tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Data Volume dan Nilai Ekspor CPO Indonesia pada Tahun 2001-2013 [30] Tahun Nilai Ekspor US Volume Ekspor kg 2001 476.438.245 1.817.644.367 2002 406.409.025 1.849.142.144 2003 891.998.644 2.804.792.251 2004 1.061.214.890 2.892.130.288 2005 1.444.421.828 3.819.926.626 2006 1.593.295.437 4.565.624.657 2007 1.993.666.661 5.199.286.871 2008 3.738.651.552 5.701.286.129 2009 6.561.330.490 7.904.178.630 2010 5.702.126.189 9.566.746.050 2011 7.649.965.932 9.444.170.400 2012 6.948.103.408 7.252.519.443 2013 4.978.532.881 6.584.732.226 Adapun, potensi CPO sebagai bahan baku biodiesel dapat dilihat berdasarkan komposisi kandungan CPO itu sendiri seperti yang dijelaskan pada tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Komposisi Komponen Utama dalam CPO [31, 32] Komponen Jumlah Trigliserida 90 Free Fatty Acids FFA 3 - 7 Moisture 0,031 ± 0,1 Impurities 0,014 Universitas Sumatera Utara Harga biodiesel lebih mahal daripada bahan bakar fosil karena bahan baku dan biaya produksi yang lebih tinggi [33]. Dengan demikian, pilihan bahan baku yang murah, tersedia melimpah dan berkelanjutan menjadi langkap penting menuju proses produksi biodiesel secara ekonomi layak dan berkelanjutan untuk menggantikan bahan bakar fosil.

2.2.2 Dimethyl Carbonate DMC

Transesterifikasi dapat dilakukan baik menggunakan pelarut organik atau dalam media bebas pelarut. Contoh pelarut organik non-polar yang sangat baik untuk minyak yaitu heksana [34]. Tujuan penggunaan pelarut organik untuk transesterifikasi yaitu untuk memastikan campuran reaksi bersifat homogen, mengurangi viskositas campuran reaksi sehingga meningkatkan laju difusi dan dapat mengurangi masalah perpindahan massa di sekitar enzim [35], untuk meningkatkan stabilisasi enzim sehingga memungkinkan untuk digunakan berulang kali [36], dan juga meningkatkan kelarutan alkohol sehingga dapat mengurangi efek inaktivasi alkohol dan gliserol pada aktivitas lipase [37]. Dimetil karbonat DMC dihasilkan dari metanol, karbon monoksida dan oksigen, merupakan senyawa serbaguna dibandingkan dengan metanol dan metil asetat dilihat dari kereaktifan kimia, sifat fisik, dan lebih ramah lingkungan [16]. Dimetil karbonat digunakan sebagai pelarut polar yang baik dan resin fungsional dan intermediet kimia untuk berbagai jenis senyawa organik [38]. Su et al. 2007 telah melaporkan produksi biodiesel menggunakan dimetil karbonat DMC sebagai akseptor asil, yang bisa menghilangkan resiko deaktivasi lipase yang disebabkan oleh alkohol rantai pendek. Selain itu, reaksi antara minyak dan DMC tidak dapat kembali, dan karena itu meningkatkan kecepatan reaksi dan meningkatkan hasil biodiesel [19,39] Untuk meningkatkan aktivitas enzim dan konversi biodiesel, telah dilaporkan studi dari akseptor asil selain alkohol. Dimetil karbonat DMC adalah sebuah alternatif untuk metanol sebagai akseptor asil dan bahan kimia ramah lingkungan karena sifat netral, tidak berbau, tidak korosif dan tidak beracun [15]. Hal yang paling signifikan dari semua itu, tidak ada gliserol yang diproduksi selama proses transesterifikasi minyak dan DMC dalam pembuatan biodiesel [16]. Universitas Sumatera Utara