3.4.2.4 Analisis Densitas Biodiesel yang dihasilkan dengan Metode Tes OECD 109
Uji densitas untuk biodiesel yang dihasilkan akan dianalisis menggunakan instrumen Stabinger Viscometer spesifikasi SVM 3000 pada Laboratorium Pusat
Penelitian Kelapa Sawit PPKS untuk mengetahui nilai densitas dari biodiesel yang dihasilkan menggunakan teknologi ekstraksi reaktif.
3.5 FLOWCHART PENELITIAN
3.5.1 Analisis Kadar Minyak Bahan Baku
Gambar 3.1 Flowchart Analisis kadar Minyak Bahan Baku Mulai
Mesokarp sawit yang telah dihancurkan, ditimbang sebanyak 5 gram. Lalu dibungkus dengan kertas saring.
Mesokarp yang telah dibungkus tersebut dimasukkan ke dalam soxhlet yang berisi pelarut n-heksana.
Campuran yang berada dalam soxhlet dipanaskan dan dilakukan proses ekstraksi minyak dari dalam mesokarp sawit selama 6 jam atau sampai
campuran mesokarp dan pelarut n-heksana berwarna bening. N-heksana yang digunakan dihilangkan menggunakan rotary vacuum
evaporator pada suhu 50
o
C
Selesai Minyak sawit yang diperoleh ditimbang
kadar minyaknya. Kondensat n-heksana ditampung
dalam botol penyimpanan Dihitung kadar minyaknya
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Proses Ekstraksi Reaktif
Gambar 3.2 Flowchart Proses Ekstraksi Reaktif Hasil reaksi dimurnikan dari DMC menggunakan rotary
vacuum evaporator pada suhu 50
C
Metil ester yang telah kering ditimbang
Selesai Metil ester dianalisis
Kondensat DMC ditampung dalam botol penyimpanan
Mulai
Campuran dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm dengan variasi waktu tertentu 8, 16, 24 jam
DMC dimasukkan dengan rasio mol tertentu DMCmesokarp buah sawit 1:50, 1:60, 1:70 ke dalam erlenmeyer lalu
ditutup dengan gabus dan dieratkan dengan selotip
Campuran dipanaskan dengan hot plate hingga mencapai variasi suhu reaksi tertentu 60
C
Hot plate dimatikan
Campuran dikeluarkan dari erlenmeyer disaring dengan syringe filter,
erlenmeyer, enzim, dan residu pada kertas saring dicuci dengan DMC untuk membersihkan hasil reaksi yang tertinggal
Enzim disimpan pada suhu 20
C Campuran dibiarkan hingga tidak ada
lagi tetesan hasil saringan Hasil reaksi yang telah disaring diteteskan THF
untuk menghambat terjadinya reaksi reversibel Residu yang tertinggal pada
kertas saring disimpan Novozyme
435 ditimbang sebanyak variasi jumlah tertentu 5; 10; 15 dari 2 gram mesokarp sawit yang telah di blender lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ANALISIS BAHAN BAKU MESOKARP BUAH SAWIT
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah mesokarp sawit yang mengandung minyak sawit mentah atau CPO Crude Palm Oil. CPO merupakan
minyak kasar yang diperoleh dengan cara ekstraksi daging buah sawit. Bahan baku mesokarp sawit yang digunakan dianalisis kadar CPO didalamnya untuk mengetahui
jumlah kandungan minyak dalam mesokarp sawit tersebut dan untuk menghitung yield
metil ester yang dihasilkan. Pada penelitian ini, diperoleh hasil analisis kadar minyak dalam bahan baku sebesar 83,324 . Minyak sawit CPO hasil ekstraksi
tersebut dianalisis menggunakan GC Gas Chromatography untuk mengetahui komposisi asam-asam lemak yang terkandung didalamnya dan untuk menghitung
berat molekul CPO dalam bentuk trigliserida. Sampel yang akan di analisis menggunakan GC harus memiliki titik didih yang rendah atau mudah menguap. Oleh
karena itu, CPO yang memiliki titik didih relatif tinggi harus dibuat senyawa turunannya terlebih dahulu yaitu senyawa ester agar memiliki tiitk didih rendah
sehingga mudah menguap dan dapat dianalisis menggunakan GC. Berikut merupakan komposisi asam lemak hasil analisis GC dari CPO yang
dianalisa di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS Jl. Brigjen Katamso 51, Medan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Kromatogram Hasil Analisis GC Komposisi Asam Lemak CPO Dari hasil analisis pada gambar 4.1, maka diperoleh komposisi asam lemak
CPO yang dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak dari CPO Crude Palm Oil
No. Puncak Retention Time
menit Komponen Penyusun
Komposisi bb
1 16,645
Asam Miristat C
14:0
1,0843 2
19,338 Asam Palmitat C
16:0
47,5118 3
19,657 Asam Palmitoleat C
16:1
0,1965 4
21,630 Asam Stearat C
18:0
3,5314 5
21,958 Asam Oleat C
18:1
38,3876 6
22,516 Asam Linoleat C
18:2
8,4687 7
23,295 Asam Linolenat C
18:3
0,3086 8
24,040 Asam Arakidat C
20:0
0,3649 9
24,451 Asam Eikosenoat C
20:1
0,1461 Berdasarkan data komposisi asam lemak dari CPO maka dapat ditentukan
bahwa berat molekul CPO dalam bentuk trigliserida adalah 857,1361 grmol
Universitas Sumatera Utara
sedangkan berat molekul FFA CPO adalah 273,0454 grmol. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis GC, komponen asam lemak yang dominan pada sampel
CPO adalah pada puncak 2 yaitu asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 47,5118 bb dan pada puncak 5 yaitu asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat
sebesar 38,3876 bb. CPO yang digunakan sebagai bahan baku merupakan minyak nabati. Minyak
dan lemak nabati, asam lemak jenuh umumnya terdapat pada posisi luar sn-1 dan sn- 3 sedangkan asam lemak tak jenuh pada bagian dalam sn-2 [61]. Umumnya, lipase
dibagi menjadi tiga tipe diantaranya ialah lipase 1,3-spesifik menghidrolisis ikatan ester pada posisi R
1
atau R
3
trigliserida, lipase 2-spesifik menghidrolisis ikatan ester pada posisi R
2
trigliserida dan lipase non-spesifik tidak membedakan antara posisi ikatan ester [62]. Komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh pada CPO
disajikan pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Komposisi Asam Lemak Jenuh dan Tak Jenuh pada CPO
Komposisi Persentasi
Asam Lemak Tak Jenuh 47,5075
Asam Lemak Jenuh 52,4925
Dalam penelitian ini digunakan enzim lipase terimobilisasi yang menggunakan support
dari resin penukar ion berpori Novozym 435. Novozym 435 merupakan enzim yang bekerja secara non-spesifik untuk reaksi transesterifikasi dan sintesis
ester [63, 64]. Tiosso 2014 [65], menyebutkan dalam penelitiannya bahwa transesterifikasi minyak sawit menggunakan etanol dengan katalis novozym 435
menghasilkan yield biodiesel yang lebih tinggi dibandingkan lipase 1,3-spesifik Lipozyme TL IM. Oleh karena novozym 435 bekerja secara non-spesifik maka
penggunaan novozym 435 ini diperkirakan akan memberikan hasil yang lebih baik karena enzim ini bekerja dengan tidak membedakan posisi ikatan ester.
Universitas Sumatera Utara
4.2 PROSES REAKTIF EKSTRAKSI
4.2.1 Pengaruh Rasio Molar Reaktan terhadap Perolehan Yield Biodiesel