orang yang berada di sekitar korban tersebut, terutama apabila orang yang berada disana adalah seorang dokter.
Dari hasil penelitian Chandrasekaran dkk pada tahun 2010 di india menunjukkkan bahwa 31 kalangan medis, mahasiswa keperawatan, mahasiswa
kedokteran gigi dan mahasiswa kedokteran tidak mengetahui singkatan BLS yang merupakan Basic life support, 51 gagal malakukan usaha penyelamatan sebagai
langkah awal dalam bantuan hidup dasar, dan 74 tidak mengetahui lokasi yang tepat untuk kompresi dada pada tindakan bantuan hidup dasar Chandrasekaran,
2010. Dalam kurikulum perkuliahan FK USU, di dalam blok Emergency
Medicine mahasiswa telah diajarkan mengenai berbagai kasus emergency dan cara penanganannya. Sebagai seorang mahasiswa FK USU yang telah mendapat
materi Emergency dalam kurikulum kuliah, sudah seyogyanya mahasiswa FK USU mahir dalam melakukan pertolongan pertama pada kasus gawat darurat
tersebut. Bahkan belakangan ini, banyak instansi-instansi yang mengadakan Seminar dan Workshop Basic Life Support sebagai sarana bagi mahasiswa
kedokteran untuk memahami bantuan hidup dasar di luar kurikulum kuliah mahasiswa kedokteran. Seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai instansi
tersebut dianggap memiliki dampak yang cukup signifikan untuk dapat mewakili kurikulum kuliah dalam hal penanganan awal kegawatdaruratan medis. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengetahuan mahasiswa FK USU yang mendapatkan ilmu mengenai bantuan hidup dasar dalam kurikulum
kuliah maupun melalui Seminar dan Workshop Basic Life Support mengenai bantuan hidup dasar untuk dapat menilai apakah Seminar dan Workshop Basic
Life Support yang diadakan oleh berbagai instansi tersebut dapat mewakili kurikulum kuliah dalam hal penanganan awal kegawatdaruratan medis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
Bagaimana perbandingan tingkat pengetahuan tentang penanganan awal kegawatdaruratan pada Mahasiswa FK USU yang telah mengikuti Blok
Emergency Medicine dan Mahasiswa FK USU yang telah mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penanganan awal kegawatdaruratan medis antara Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok
Emergency Medicine dan yang pernah mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang penanganan awal kegawatdaruratan medis
2. Untuk menilai manfaat dari pelaksanaan Seminar dan Wokrshop Basic
Life Support
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.
Bagi FK USU : Dapat menjadi bahan evaluasi untuk menilai sejauh mana mahasiswa memahami kurikulum kuliah mengenai
kegawatdaruratan medis 2.
Bagi Peneliti : Sebagai suatu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran bagi peneliti
3. Bagi Penyelenggara seminar : Dapat menjadi bahan evaluasi untuk
menilai manfaat pelaksanaan Seminar dan Workshop Basic Life Support 4.
Bagi Mahasiswa FK USU : Sebagai media informasi kepada mahasiswa FK USU tentang pentingnya pengetahuan terhadap penanganan awal
kegawadaruratan
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo, 2003.
Ada 6 enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b.
Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara