Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Sudah Menikah Tentang Kebersihan Vagina Di Kota Kuching, Sarawak, Malaysia Pada Tahun 2010

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA SUDAH MENIKAH TENTANG KEBERSIHAN VAGINA

DI KOTA KUCHING, SARAWAK, MALAYSIA PADA TAHUN 2010

Oleh :

SITI NURUL AIN BINTI JAMIL 070100414

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA SUDAH MENIKAH TENTANG KEBERSIHAN VAGINA

DI KOTA KUCHING, SARAWAK, MALAYSIA PADA TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SITI NURUL AIN BINTI JAMIL 070100414

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Sudah Menikah Tentang Kebersihan Vagina Di Kota Kuching, Sarawak, Malaysia

Pada Tahun 2010

Nama : Siti Nurul Ain binti Jamil NIM : 070100414

Pembimbing / Penguji III Penguji I

(dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc.) (dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes) NIP : 197001091997022001 NIP : 197008191999032001

Penguji II

(dr. Rina Amelia, M.A.R.S.) NIP : 197604202003122002

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)

NIP: 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orang tua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orang tua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka.Organ kewanitaan atau vagina adalah sangat penting bagi wanita. Selain sebagai alat reproduksi, organ wanita juga digunakan sebagai alat untuk melakukan kegiatan seksual dengan pasangan. Karena itu, sebaiknya vagina selalu dijaga kebersihannya. Ditemukan bahwa sedikit dari wanita yang tahu cara yang benar untuk membersihkan vagina itu. Pada vagina terdapat bakteri Lactobacillius sp. yang berfungsi sebagai sistem alami untuk menjaga kebersihan, kelembaban, dan keasaman area vagina. Jadi perlu dijaga agar kondisi pH pada labia minor tetap seimbang, sebagai perlindungan alami yang mampu menjaga keasaman area vagina dan mencegah gangguan pada vagina.

Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Pengambilan sampel pula dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita sudah menikah di kawasan perumahan Taman Hussein di Kuching Sarawak tentang Kebersihan Vagina.

Dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap Kebersihan Vagina mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebesar 71,7%, kategori sedang diperoleh sebesar 28,3%, dan kategori kurang tidak diperoleh yaitu 0%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wanita sudah menikah di kawasan perumahan Taman Hussein berada pada kategori baik. Masukan kepada penduduk kawasan perumahan Taman Hussein adalah mengekalkan cara hidup yang sehat di samping sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada vagina. Kata kunci: Pengetahuan, Wanita sudah menikah, Kebersihan Vagina


(5)

ABSTRACT

Health and hygiene topics are commonly discussed in our community. These are basically taught by our parents since childhood. However , as most parents are uncomfortable discussing on sexual matters, the health and hygiene that are discussed are only limited to general issues, so sexual health are always left behind. Female reproductive organ or vagina is very important to women. Not only as a reproductive organ, it is also used to perform sexual activities with their partners which is why it is extremely important to keep its cleanliness and health in top condition. Literatures have shown that only few women know the correct ways to clean their vagina. Lactobacillus sp. bacteria acts as a natural protective mechanism to keep the cleanliness, moisture, and acidity of the vagina. Therefore it is important to keep the pH condition in the major labia well balanced to act as a natural protective system that can maintain the acidity inside of the vagina and to avoid any diseases of the vagina.

This research is done by interview methods and questionnaires filling. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a purposive sampling technique.

The aim of this research is to obtain the knowledge among the married women residing in Taman Hussein, about the Cleanliness of Vagina.

With the total sample of 60 people, the results showed that the majority of respondent’s knowledge towards the Cleanliness of a Vagina is good which is 71,7%, the average category is 28,3%, and the less category is none, which is 0%. From the results mentioned above, we can conclude that the married women in Taman Hussein have a good knowledge about the Cleanliness of Vagina. By doing this research, hopefully this will be an input to the residents of Taman Hussein so that they will maintain their healthy lifestyle and keeping their genital parts clean, besides avoiding any diseases of the vagina.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam pemilik segala ilmu pengetahuan. Berkat rahmat dan hidayahNya saya selaku penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian ini hingga selesai. Penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesai perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis memilih judul: “Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita Sudah Menikah Tentang Kebersihan Vagina Di Kota Kuching Sarawak, Malaysia Pada Tahun 2010”.

Penulis selama melakukan penelitian ini telah memperoleh bantuan moral dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan dalam menyusun penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis tujukan kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat yang sudah membimbing selama perkuliahan, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Sebagai manusia biasa, penulis tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga bisa lebih baik lagi untuk ke depannya.

Penang, Desember 2010


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN………..…………...………...……...i

ABSTRAK………...………...ii

ABSTRACT………...iii

KATA PENGANTAR……….……….……….......iv

DAFTAR ISI……….……….….……....v

DAFTAR TABEL……….……….......vii

DAFTAR GAMBAR………...viii

DAFTAR LAMPIRAN………..………..…….ix

BAB 1 PENDAHULUAN……….………..……...1

1.1. Latar Belakang………...…..1

1.2. Rumusan Masalah………….………5

1.3. Tujuan Penelitian………..5

1.4. Manfaat Penelitian………5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………….………...…….....6

2.1. Vagina……….………...6

2.1.1. Vagina Bagian Luar.……...………...…6

2.1.2. Vagina Bagian Dalam………...…..…...9

2.1.3. Vaginal Douching atau Bilas Vagina………...…………....11

2.1.4. Hubungan Douching pada Penyakit pada Vagina………....13

2.1.5. Beberapa Hal yang perlu Dihindari dalam Perawatan Vagina………...…..16 2.1.6. Penyakit pada Vagina………...………17

2.1.7. Cara Menghindari Infeksi pada Vagina…….………...18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...……….20 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..………...…..20

3.2. Definisi Operasional………..….….………...….20

3.3 Aspek Pengukuran………21

BAB 4 METODE PENELITIAN………22 4.1. Jenis penelitian……….………...……….….22 4.2. Waktu dan tempat penelitian………...………..…22 4.3. Populasi dan sampel penelitian………...…...………….22 4.3.1. Populasi………22


(8)

4.4. Teknik pengumpulan data………..……….24

4.4.1. Data Primer………...25

4.4.2. Data Sekunder………..25

4.4.3. Uji Validitas………..25

4.4.4. Uji Reliabilitas………..26

4.5. Pengolahan dan Analisa Data………..27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..28

5.1. Hasil penelitian………...………….28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..28

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………..28

5.1.3. Hasil Analisa Data………30

5.2. Pembahasan……….32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………37

6.1. Kesimpulan……….37

6.2. Saran………...…37

DAFTAR PUSTAKA……….………..38 LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 3. Informed Consent


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan………..21 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk

Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner……….26 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan

Jenjang Usia………...29 Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan

Jenjang Tingkat Pendidikan………...30 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Pengetahuan……….31 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan……...32


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Vagina Bagian Luar ...6 Gambar 4.1. Area Kawasan Perumahan Taman Hussein,


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent


(12)

ABSTRAK

Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orang tua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orang tua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka.Organ kewanitaan atau vagina adalah sangat penting bagi wanita. Selain sebagai alat reproduksi, organ wanita juga digunakan sebagai alat untuk melakukan kegiatan seksual dengan pasangan. Karena itu, sebaiknya vagina selalu dijaga kebersihannya. Ditemukan bahwa sedikit dari wanita yang tahu cara yang benar untuk membersihkan vagina itu. Pada vagina terdapat bakteri Lactobacillius sp. yang berfungsi sebagai sistem alami untuk menjaga kebersihan, kelembaban, dan keasaman area vagina. Jadi perlu dijaga agar kondisi pH pada labia minor tetap seimbang, sebagai perlindungan alami yang mampu menjaga keasaman area vagina dan mencegah gangguan pada vagina.

Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Pengambilan sampel pula dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita sudah menikah di kawasan perumahan Taman Hussein di Kuching Sarawak tentang Kebersihan Vagina.

Dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap Kebersihan Vagina mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebesar 71,7%, kategori sedang diperoleh sebesar 28,3%, dan kategori kurang tidak diperoleh yaitu 0%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wanita sudah menikah di kawasan perumahan Taman Hussein berada pada kategori baik. Masukan kepada penduduk kawasan perumahan Taman Hussein adalah mengekalkan cara hidup yang sehat di samping sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada vagina. Kata kunci: Pengetahuan, Wanita sudah menikah, Kebersihan Vagina


(13)

ABSTRACT

Health and hygiene topics are commonly discussed in our community. These are basically taught by our parents since childhood. However , as most parents are uncomfortable discussing on sexual matters, the health and hygiene that are discussed are only limited to general issues, so sexual health are always left behind. Female reproductive organ or vagina is very important to women. Not only as a reproductive organ, it is also used to perform sexual activities with their partners which is why it is extremely important to keep its cleanliness and health in top condition. Literatures have shown that only few women know the correct ways to clean their vagina. Lactobacillus sp. bacteria acts as a natural protective mechanism to keep the cleanliness, moisture, and acidity of the vagina. Therefore it is important to keep the pH condition in the major labia well balanced to act as a natural protective system that can maintain the acidity inside of the vagina and to avoid any diseases of the vagina.

This research is done by interview methods and questionnaires filling. This is a descriptive research method with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a purposive sampling technique.

The aim of this research is to obtain the knowledge among the married women residing in Taman Hussein, about the Cleanliness of Vagina.

With the total sample of 60 people, the results showed that the majority of respondent’s knowledge towards the Cleanliness of a Vagina is good which is 71,7%, the average category is 28,3%, and the less category is none, which is 0%. From the results mentioned above, we can conclude that the married women in Taman Hussein have a good knowledge about the Cleanliness of Vagina. By doing this research, hopefully this will be an input to the residents of Taman Hussein so that they will maintain their healthy lifestyle and keeping their genital parts clean, besides avoiding any diseases of the vagina.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang:

Alat genital wanita yaitu vagina, adalah sedikit berbeda berbanding alat genital pria. Kulit dan jaringan mukosanya yang lebih bervariasi menyebabkan ia menjadi lebih sensitif. Daerah vulva (bagian luar vagina) sangat mudah teriritasi oleh sabun, detergen dari pakaian, dan produk pembersih kewanitaan. Kebanyakan spesialis kesehatan vulvovaginal merekomendasikan hanya air biasa yang diperlukan untuk mencuci alat kelamin wanita.

Namun sebenarnya, bagaimanakah pengetahuan wanita tentang daerah genital? Secara umumnya, alat kelamin wanita terdiri daripada lipatan kulit (luar dan dalam), clitoral hood, clitoris, dan bukaan untuk uretra dan vagina. Tampak seperti banyak yang harus dibersihkan, tetapi sebenarnya tidak. Vagina mempunyai kaedah pembersihan yang tersendiri (self-cleaning), maka sering dipertikaikan sama ada kita seharusnya hanya patut membiarkan keadaan alami tersebut, ataupun melakukan cara pembersihan tambahan.

Di Indonesia, tindakan bilas vagina umumnya dilakukan setelah buang air kecil atau seteleh hubungan seksual. Cairan yang digunakan biasanya hanya air atau air dengan sabun. Ada bahan tradisional yang digunakan pada tindakan tersebut, tetapi umumnya dilakukan oleh para ibu setelah melahirkan. Lantas, timbul pertanyaan mengapa perempuan melakukan bilas vagina, apa pengaruh bilas vagina pada kesehatan, dan perlukah bilas vagina pada keputihan? Pada dasarnya vagina memiliki mekanisme alamiah untuk membersihkan sendiri melalui cairan yang diproduksinya dalam jumlah kecil setiap hari. Proses pembersihan ini juga dibantu oleh bakteri-bakteri komensal (bakteri-bakteri yang memang hidup di vagina) yang menjaga dari infeksi kuman lain.

Ini karena bilas vagina dapat membuat pH (tingkat keasaman) dalam vagina menjadi tidak seimbang apalagi kalau bilas vagina itu sering dilakukan.


(15)

Ketidakseimbangan pH ini akan menyebabkan bakteri-bakteri komensal menjadi mati sehingga vagina dapat terserang bakteri dari luar. Apalagi ini terjadi bisa menyebabkan penjalaran infeksi ke organ lebih atas lagi dan menyebabkan penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease). Keadaan ini dapat menyebabkan perempuan mengalami sakit pada saat menjelang haid dan bisa juga mengalami kesulitan hamil (mandul). Dan bila hamil pun, risiko kehamilan di luar kandungan cukup besar. Dilaporkan pada perempuan yang melakukan bilas vagina paling sedikit 1 kali seminggu mempunyai risiko 2 kali menderita kehamilan di luar kandungan. Risiko tersebut akan meningkat menjadi 4,4 kali jika menggunakan bahan bilas vagina komersial. Bukan itu saja, tindakan bilas vagina juga akan mendorong mikroorganisme di vagina dan leher rahim masuk ke dalam rongga rahim (kavum uteri), saluran telur (tuba falopii), dan indung telur (ovarium). (Pribakti, 2010).

Alat kelamin adalah kompleks, serta mempunyai banyak fungsi. Ilmu pengetahuan merupakan faktor utama untuk membina perilaku yang sehat tentang tubuh dan menyadari bahwa daerah intim tersebut bukanlah „kotor‟ dan sebenarnya hanya salah satu dari bagian tubuh. Memahami fungsi daerah peribadi ini membolehkan seseorang merasa lebih nyaman dan percaya diri dengan tubuh masing-masing dan sentiasa sehat.

1.2. Rumusan Masalah:

Bagaimanakah tingkat pengetahuan wanita yang sudah menikah tentang kebersihan vagina mereka?

1.3. Tujuan Penelitian: 1.3.1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan wanita sudah menikah tentang kebersihan vagina


(16)

1.3.2. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan wanita sudah menikah tentang kebersihan vagina berdasarkan tingkat usia dan tingkat pendidikan

1.4. Manfaat Penelitian:

1.4.1. Manfaat kepada masyarakat:

Untuk menjadi bahan atau dasar untuk melakukan penyuluhan tentang kepentingan menjaga kebersihan vagina

1.4.2. Manfaat kepada individu (peneliti):

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai infeksi yang mungkin didapat jika tidak menjaga kebersihan vagina dengan cara yang benar

1.4.3. Manfaat kepada subjek penelitian:

Untuk meningkatkan kualitas kebersihan vagina mereka dengan cara memberikan edukasi mengenai penjagaan kebersihan vagina yang benar melalui pemberian lembaran pamphlet


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vagina

Vagina adalah organ yang berbentuk tubulus, 10 sentimeter, terdiri dari kanal fibromuskular panjang yang dilapisi oleh membran mukus yang bermula dari bagian eksterior tubuh hingga ke serviks uterus. Ia merupakan tempat keluarnya aliran darah menstruasi, jalan untuk melahirkan anak, dan juga penerima penis sewaktu hubungan seksual. Terletak di antara kantung kemih dan rektum, vagina bersambung dengan uterus dari arah superior dan posterior. (Tortora, 2009)

2.1.1. Vagina Bagian Luar

Gambar 2.1: Vagina Bagian Luar Sumber: McKinley, M. dan O‟Loughlin, V.D., 2008, 853.


(18)

Secara garis besar, organ reproduksi wanita dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian luar (genitalia eksterna) dan bagian dalam (genitalia interna). Jalan masuk vagina disebut introitus, merupakan bagian dari vulva atau bagian luar alat kelamin. Bagian luar dari sistem reproduksi wanita meliputi:

Labia mayora (bibir luar kemaluan). Bagian samping kanan atau kiri dari mons veneris disebut labia majora yang secara harfiah artinya bibir besar. Bagian ini merupakan lipatan kulit luar vagina yang berambut. Bagian ini berfungsi untuk menutupi organ-organ genitalia di dalamnya dan menjaga kelembapan vagina bagian luar. Bagian ini akan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan seksual.

Labia minora (bibir dalam kemaluan). Di antara lipatan labia majora terdapat labia minora atau bibir kecil. Labia minora akan menebal karena terisi darah selama terjadi senggama. Bagian ini merupakan lipatan kulit vagina yang terletak di bagian dalam vagina dan tidak berambut. Fungsinya adalah untuk menutupi organ-organ di dalamnya. Bagian ini merupakan bagian erotic yang terdiri atas berbagai saraf sensorik dan sangat peka.

Clitoris. Bagian ini terletak di tengah labia minora, dan berupa lipatan kulit. Bagian ini sangat peka karena memiliki banyak serabut saraf. Inilah bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual. Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut preputium.

Lubang vagina. Bagian ini berupa rongga yang menghubungkan antara rahim dan dunia luar. Bagian ini terletak di antara lubang saluran kencing dan anus (dubur). Lubang pada vagina disebut introitus dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus disebut forset. Jika ada rangsangan, dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar Bartolin.

Hymen (selaput dara). Bagian ini merupakan jaringan tipis berbentuk cincin yang terletak pada „mulut‟ lubang vagina. Bagian ini dapat sobek saat seorang wanita melakukan hubungan seks pertama kali. Karena itulah, banyak


(19)

orang mengaitkan selaput dara dengan virginitas seorang wanita. Yang perlu diketahui adalah selaput dara ini tidak hanya dapat robek akibat hubungan seks saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh hal-hal yang lain, misalnya terjatuh, melakukan olahraga yang rumit, seperti senam lantai, berkuda, dan lain-lain. Saat selaput dara robek, biasanya terjadi sedikit pendarahan, tetapi ada juga yang tidak. Kondisi tersebut berhubungan dengan tingkat kekenyalan otot selaput dara. Selaput dara ini sebenarnya tidaklah tertutup sama sekali, sehingga masih memungkinkan sebuah jari atau tampon dimasukkan tanpa merobeknya. Pada beberapa wanita, selaput dara ini bahkan sangat elastis sehingga masih tetap utuh meskipun telah beberapa kali melakukan senggama. Bahkan setelah selaput dara robek terkadang masih ada lapisan tipis yang tersisa di sekeliling lubang vagina. Di belakang selaput dara ini terletak bagian dalam dari vagina. Pada seorang wanita dewasa panjangnya mencapai 10,0-12,5 cm. pada seorang gadis yang belum melewati masa pubertas, panjangnya hanya 2,5-5,0 cm yakni ketika produksi hormon estrogen dimulai dan ukuran panjang vagina bertambah.

Pubic hair (rambut kemaluan). Bagian yang paling menonjol dari vulva disebut mons veneris atau bagian kelamin yang berambut. Bagian ini berupa rambut yang tumbuh pada kulit yang menyelimuti tulang pubik (tulang kemaluan). Rambut ini mulai tumbuh saat seorang perempuan memasuki masa pubertas. Fungsinya adalah untuk menjaga kelembapan di sekitar vagina. Selain itu, rambut tersebut juga berfungsi untuk menjaga kesehatan alat kelamin, yaitu untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik. Bakteri tersebut dapat melawan bakteri jahat. Rambut-rambut tersebut juga bermanfaat menghalangi masuknya benda-benda asing kecil yang mungkin masuk ke dalam vagina dan dapat menjaga alat kelamin agar tetap hangat. Rambut tersebut juga merupakan bantalan saat berhubungan seksual, juga melindungi alat kelamin dari gesekan. Di sisi lain, rambut kelamin tersebut dapat menjadi sarang kuman dan jamur. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan yang benar pada rambut tersebut. (Pribakti B, 2010)


(20)

2.1.2. Vagina Bagian Dalam

Organ bagian dalam dari sistem reproduksi wanita pertama sekali meliputi; vagina. Bagian ini berbentuk silinder dengan diameter dinding depan kurang lebih 6,5 cm dan dinding belakang sekitar 9 cm, dan sangat elastis. Organ ini berfungsi sebagai saluran menstruasi dan jalan lahir bayi. Dalam kondisi normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan. Dengan demikian, tidak ada ruang di dalam vagina kecuali jika vagina terbuka.

Serviks (leher rahim). Bagian ini terletak di puncak vagina. Serviks biasanya merupakan penghalang masuknya bakteri kecuali selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur). Saluran di dalam serviks sangat sempit sehingga selama masa kehamilan janin tidak dapat melewatinya. Akan tetapi, saluran ini dapat meregang pada saat persalinan, yang memungkinkan janin dapat melewati saluran tersebut. Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan tidak ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir tersebut juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2-3 hari. Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke tuba fallopi untuk membuahi sel telur. Oleh kerana itu, hubungan seksual yang dilakukan dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi dapat menyebabkan kehamilan. Vagina berakhir pada serviks yakni leher rahim. Dinding vagina terdiri dari otot-otot yang halus dan jaringan-jaringan ikat yang warnanya merah muda: dilapisi oleh lendir tebal yang dinamakan epithelium. Biasanya, dinding-dinding ini saling bersentuhan.

Uterus (rahim). Bagian ini merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan janin. Bentuknya seperti buah alpokat, agak gepeng. Bagian ini memiliki berat normal 30-50 gram. Rahim bersifat elastis. Rahim akan membesar pada saat seorang wanita mengalami kehamilan dan akan kembali mengecil setelah bayi lahir. Rahim diikat oleh 6 ligamen. Rahim terbagi menjadi dua bagian, yaitu serviks dan korpus (badan rahim). Selama masa reproduksi, panjang korpus adalah dua kali panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot


(21)

yang bisa melebar untuk menyimpan janin. Selama proses persalinan, dinding ototnya akan mengerut. Dengan demikian, bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina. Pada bagian dalam dari korpus terdapat lapisan yang disebut endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi, endometrium akan menebal. Endometrium tersebut akan dilepaskan sehingga terjadi pendarahan yang biasa disebut menstruasi, jika tidak terjadi kehamilan.

Ovarium (indung telur). Bagian ini berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum). Letak ovarium tidak menempel pada tuba fallopi, tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen. Sebulan sekali, indung telur kiri dan kanan secara bergiliran melepaskan sel telur. Sel telur yang dikeluarkan adalah sel telur yang telah matang dan siap untuk dibuahi sperma, sel telur tersebut akan dikeluarkan bersama menstruasi. Saat seorang anak perempuan lahir, ovariumnya mengandung sekitar setengah juta ova (cikal bakal telur). Setiap ova mempunyai kemungkinan berkembang menjadi sel telur matang. Namun, hanya sekitar 400 ova saja yang berhasil menjadi sel telur matang selama wanita menjalani usia produktif.

Fimbria (disebut juga umbai-umbai). Bentuknya yang mirip dengan jari tangan berfungsi untuk menangkap telur (ovum) yang dikeluarkan indung telur.

Tuba Fallopi (saluran telur). Organ ini merupakan saluran yang terletak di sebelah kanan dan kiri rahim. Organ ini berfungsi sebagai saluran sel telur matang yang dilepaskan oleh indung telur. Tuba fallopi membentang sepanjang 5,0-7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium. Pada ujung-ujungnya membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnya ketika dilepaskan dari ovarium. Corong tersebut dinamakan fimbria.

Ligamentum. Organ ini berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak bergerak, dan berhubungan dengan organ sekitarnya. (Pribakti B, 2010)

Vagina bukanlah suatu saluran seperti pipa sebagaimana sering dikira orang, tetapi suatu organ yang hanya dapat membuka kalau ada suatu yang masuk ke dalamnya. Ia mempunyai kelenturan yang luar biasa; Pada waktu melahirkan anak ia dapat melebar hingga 12,5 cm. Dan lipat-lipatan yang terdapat dalam


(22)

dinding vagina memungkinkannya menyesuaikan diri dengan apa pun yang ada di dalamnya, apakah itu tampon, penis, ataupun seorang bayi yang cukup besar.

Pada dinding vagina terdapat sejumlah jaringan urat darah halus yang disebut pembuluh darah rambut. Suatu cairan yang berasal dari plasma darah secara teratur melewati dinding pembuluh darah rambut ini dan kemudian menyerap melalui dinding-dinding vagina. Proses „berkeringat‟ ini menjaga vagina agar tetap bersih.

Hormon estrogen, yang paling banyak terdapat pada hari-hari sebelum seorang wanita mengalami ovulasi membuat dinding vagina menjadi tebal dan memperbanyak lendir pada leher rahim. Inilah sebabnya mengapa seorang wanita paling banyak mengeluarkan lendir vagina pada pertengahan siklusnya. Ketika cairan lendir ini mengalir melalui vagina, beberapa jenis bakteri yang hidup di situ membuatnya menjadi asam. Lingkungan yang asam ini membantu mempertahankan beberapa jenis bakteri vagina yang biasanya disebut flora dalam keadaan seimbang yang sehat. Jika sesuatu mengganggu keseimbangan ini misalnya saja beberapa jenis bakteri berkembang biak dan lebih kuat maka akan terjadilah infeksi. (Ernawati, 2005).

2.1.3. Vaginal Douching atau Bilas Vagina

Umumnya, membasuh vagina kerap dilakukan setelah buang air kecil dengan air, atau air dan sabun; umumya dilakukan untuk membersihkan alat kelamin. Tindakan tersebut memasukkan cairan ke liang vagina. Tetapi bilas vagina dalam hal ini bukan seperti kalau kita membasuh vagina setelah buang air kecil atau buang air besar.

Bilas vagina adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan membersihkan liang vagina dengan menyemprotkan vagina (biasanya ada alat khusus atau botol yang menyemprotkan cairan ke vagina) yang banyak dijual bebas. Bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan komersial yang mengandung zat asam, bakteriostatik antimikrobial dan surfaktan lemah dengan berbagai surfaktan lemah dengan berbagai kombinasi. (Jones, 2009)


(23)

Bilas vagina dengan homemade dan solusi atau air yang didapati dari apotek (over-the-counter) merupakan perkara biasa di kalangan wanita di Amerika. Lebih dari 60 juta wanita Amerika antara usia 15 hingga 44 tahun melakukan douche, berdasarkan laporan Center for Disease Control Vital Statistics tahun 1995. Para dokter dan peneliti menyatakan bahwa douching bukan hanya tidak mendatangkan faedah, malah dapat membahayakan.

(Kopf, 1999)

Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi bila kita kurang menjaga kebersihan vagina dan bila ada infeksi dapat menimbulkan bau yang mengganggu, seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis. Untuk itu, menjaga kebersihan vagina menjadi salah satu hal yang sangat penting. Adapun salah satu alasan perempuan melakukan bilas vagina adalah karena mereka terganggu dengan bau yang tidak sedap tersebut. Mereka menyemprot vagina dengan bahan komersial atau ramuan tradisional agar vagina menjadi lebih kering, lebih nyaman, mencegah infeksi, menghilangkan keputihan, membuat vagina lebih „rapet‟, membersihkan sisa darah setelah menstruasi, mencegah kehamilan, dan terhindar dari penyakit hubungan seksual. Menurut pakar kesehatan, sebisa mungkin perempuan tidak usah melakukan bilas vagina untuk membersihkan liang vagina, karena banyak penelitian melaporkan banyak ruginya daripada untungnya.

Penelitian di Amerika membuktikan bahwa perempuan yang secara rutin membilas vagina lebih besar kemungkinan terkena masalah kesehatan dari pada perempuan yang tidak rutin melakukannya. Dilaporkan bahwa perempuan yang melakukan bilas vagina 3 kali atau lebih dalam sebulan akan mempunyai risiko 3,6 kali menderita penyakit radang panggul dibandingkan dengan mereka yang melakukannya kurang dari 1 kali sebulan. Sedangkan hubungan antara tindakan bilas vagina dengan penyakit akibat hubungan seksual, dilaporkan perempuan yang selalu menggunakan rebusan daun sirih akan mempunyai risiko jauh lebih besar menderita penyakit-penyakit hubungan seksual. (Pribakti, 2010).


(24)

2.1.4. Hubungan Douching dengan Penyakit pada Vagina

Douching secara konsistennya berasosiasi dengan Bacterial vaginosis (BV), tetapi masih belum diketahui jika douching merupakan penyebab terjadinya penyakit tersebut. Namun begitu, asosiasi antara BV dengan perilaku kesehatan vagina yang lain tidak dilakukan penelitian. (Klebanoff, 2010).

Kajian yang diterbitkan pada bulan Agustus dari Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine mengkonfirmasi bahwa douching berasosiasi dengan beberapa kondisi kesehatan yang serius seperti Bacterial Vaginosis (BV), Pelvic Inflammatory Disease (PID), kehamilan ektopik (embrio berimplantasi di luar dari uterus), dan infertilitas. Maka douching tidak digalakkan di kalangan wanita usia remaja dan juga wanita muda.

Menurut departemen Health and Human Services dari National Women’s Health Information Center, penelitian menunjukkan bahwa wanita yang douching sebagai rutin harian cenderung mendatangkan masalah berbanding wanita yang tidak douching atau jarang sekali douching. Penelitian juga menyatakan hubungan antara douching secara regular dengan resiko yang meningkat untuk terjadi iritasi vagina, pelvic inflammatory disease (PID), infeksi bakteri, infeksi menular seksual, berat badan lahir rendah, dan kehamilan ektopik. (Boyles, 2004)

Mekanisme di mana douching mempredisposisi kepada penyakit-penyakit pada vagina adalah dengan perubahan flora normal pada vagina. Pada vagina yang sehat, hidrogen peroksida dan Lactobacilli memproteksi dari bakteri endogen (seperti Bacteroides dan Prevotella, genital myoplasmata, dan Gardenerella vaginalis) dan patogen eksogen (Neisseria gonorrheae dan Chlamydia trachomatis) dengan memproduksi bakteriosin, hidrogen peroksida, dan asam laktat, yang menurunkan pH vagina menjadi kadar yang tidak memungkinkan bakteri untuk hidup. Apabila flora terganggu, konsentrasi Lactobacilli yang memproduksi hidrogen peroksida menurun dan digantikan oleh bakteri aerobik fakultatif dan anaerobik secara berlebihan. (Ness, 2002)

Pada prinsipnya, penggunaan bilas vagina yang tidak tepat dapat menyebabkan vaginitis (peradangan vagina akibat ketidakseimbangan flora normal vagina). Dilaporkan cairan pencuci vagina merupakan salah satu


(25)

premodifikasi pH vagina walau dalam pemakaian terbatas. Bahan bilas vagina mengandung berbagai macam zat kimia yang mempunyai efek dalam pemakaiannya.

Tindakan bilas vagina dapat bermanfaat apabila dilakukan sesuai dengan indikasi. Namun jika sampai mengubah kondisi alamiah flora vagina maka besar kemungkinan akan timbul infeksi vagina seperti Vaginitis Candida, Vaginosis Bakterialis, dan Trikomoniasis Vagina. Vaginitis Candida sebagai vaginitis jamur sering disebabkan jamur akan berproliferasi pada respon sensivitas akibat alergen seperti semen pria, spermisid, cairan pencuci vagina, penggunaan antibiotika, atau bahkan infeksi jamur itu sendiri.

Pada Vaginosis Bakterialis, kondisi flora normal vagina berubah dari yang seharusnya didominasi oleh Lactobacillus menjadi kuman-kuman anaerob. Hal ini diperkirakan akibat tindakan bilas vagina dengan antiseptik. Sedangkan Trichomoniasis Vagina disebabkan oleh multifaktor, namun faktor utamanya adalah pasangan yang berganti-ganti. (Pribakti, 2010).

Douching secara reguler mengubah keseimbangan kimiawi pada vagina dan mengakibatkan wanita lebih terpapar kepada infeksi. Douching memaparkan vagina kepada infeksi yang bisa menyebar naik ke atas ke serviks, uterus, dan tuba fallopi. Para peneliti menemui bahwa wanita yang douching mendapat iritasi pada vagina dan juga infeksi seperti Bacterial Vaginosis dan peningkatan bilangan infeksi menular seksual. Selain itu, pelaku douching secara reguler berdepan dengan resiko yang tinggi terhadap penyakit Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu kondisi yang bisa menyebabkan infertilitas, dan bisa juga kematian, jika dibiarkan tanpa pengobatan. Bacterial Vaginosis dan PID dapat menyebabkan efek samping pada kehamilan termasuk infeksi pada bayi, gangguan sewaktu kelahiran, dan kelahiran preterm.

Dengan alasan tersebut, douching tidak lagi direkomendasikan sebagai satu langkah yang selamat untuk membersihkan daerah vagina. Satu-satu cara yang sehat untuk membersihkan daerah vagina adalah dengan membiarkan vagina melakukan proses pembersihan sendiri. (Cornforth, 2009).


(26)

2.1.5. Beberapa Hal yang perlu Dihindari dalam Perawatan Vagina Untuk mengurangi kelembapan di sekitar daerah organ intim wanita, memang sebaiknya penggunakan pantyliner. Namun, sebaiknya pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja sebab pantyliner sangat membantu untuk mengurangi rasa lembab dan basah pada celana dalam. Sama halnya seperti pembalut, pantyliner pun sebaiknya tidak dipakai terus-menerus dari pagi hingga sore hari. Sebaiknya pantyliner juga diganti siang hari meskipun sekilas terlihat kering dan bersih, karena bisa saja di permukaan pantyliner tersebut terdapat cairan keputihan atau sisa air kemih yang menempel. Ini karena, bila tidak segera diganti, maka bakteri dan kotoran akan kontak kembali dengan permukaan luar vagina, sehingga mengakibatkan infeksi dan keputihan abnormal. Pemakaian pantyliner terus-menerus tiap hari juga sangat tidak dianjurkan pada tidak dalam keadaan keputihan, karena pantyliner akan menutup aliran udara disekitarnya sehingga menyebabkan kondisi di sekitar vagina menjadi panas dan semakin lembab. Pantyliner sebaiknya tidak digunakan pada saat haid tapi di luar waktu haid. Jenis apa yang akan dipilih tergantung selera dan ketahanan kulit masing-masing wanita. Yang jelasa ada dua pilihan, yaitu yang mengandung parfum dan non-parfum. (Pribakti, 2010)

Untuk membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan menggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan luar vagina dengan pelan dan menggosoknya dengan tangan. Karena dengan menggosok diharapkan semua kotoran akan terlepas dengan lebih baik. Sekali lagi untuk tisu sebaiknya digunakan setelah membilas permukaan luar dari vagina dengan air dan tujuannya hanyalah untuk mengeringkan. Dalam hal ini pakailah tisu yang tidak mengandung parfum dan berwarna putih. Karena tisu yang demikian tidak mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada vagina.

Terpenting kondisi organ intim wanita harus dalam keadaan kering. Sebab kalau lembab atau basah bisa menjadi tempat bertumbuhnya jamur dan kuman. (Pribakti, 2010)


(27)

2.1.6. Penyakit pada Vagina

Penyakit yang paling umum adalah Candidiasis, yang juga dikenal sebagai Moniliasis atau infeksi jamur. Kumannya yang menyerupai jamur, yang disebut Candida albicans itu, sewaktu-waktu dapat ditemukan di dalam vagina dan menimbulkan infeksi. Tetapi bila keadaan di sekitar vagina berkurang keasamannya, maka organisme Candida ini dapat berkembang biak dengan cepat. Jika hal ini terjadi, anda akan merasakan gatal-gatal di dalam vagina dan vulva, dan mengeluarkan semacam lendir yang kental seperti keju muda yang berbau agak harum. Baik buang air kecil maupun bersenggama dapat menimbulkan rasa sakit.

Candidiasis biasanya cepat berkembang oleh sejenis antibiotika, atau melalui kontaminasi kotoran (yang diseka dari arah dubur ke vagina), melalui hubungan seks, atau juga karena menurunnya daya tahan seseorang (mungkin karena stress emosi, atau kurang gizi).

Pengobatan harus dilakukan oleh dokter, yang akan memberikan sejenis obat anti jamur. Kortison atau sejenis salep anti peradangan dapat mengurangi rasa perih pada vulva.

Jenis penyakit lain yang juga umum terdapat adalah Trichomoniasis (biasanya disebut dengan istilah trich). Dan jenis kuman ini yang paling sering ditularkan melalui hubungan seks. Trichomoniasis vaginalis, suatu organism yang terdiri dari satu sel yang dapat bertahan hidup selama beberapa jam di handuk, seprei, atau bahkan pada tempat duduk toilet, di mana-mana kuman ini tetap dapat menimbulkan infeksi.

Gejalanya adalah keluarnya cairan yang berbusa dan berbau busuk, yang kadang-kadang menimbulkan rasa gatal dan perih di sekitar vagina dan vulva.

Laki-laki juga dapat ketularan trich, tetapi tidak begitu jelas gejalanya. Kuman Trichomoniasis ini tetap aktif di dalam organ reproduksi atau saluran kencing pria tersebut, dan secara tidak diketahui disalurkan kepada partnernya ketika melakukan hubungan seks.

Apabila kuman-kuman Trichomoniasis ini tidak diobati, ia dapat menyerang saluran kencing wanita itu dan menimbulkan cystitis, suatu infeksi


(28)

yang sering terjadi pada wanita dan mudah diobati. Gejala-gejalanya adalah ingin kencing terus disertai rasa sakit waktu kencing. Hingga sekarang, pengobatan yang paling manjur untuk menanggulangi trich adalah metronidazole (dijual di apotik dengan nama Flagyl), yang biasanya diberikan oleh dokter. Meskipun obat ini dapat menyembuhkan trich dalam waktu beberapa hari, pada beberapa wanita obat ini dapat menimbulkan akibat sampingan, seperti rasa mual.

Penyakit vaginitis yang ini adalah Gardnerella, yang ditimbulkan oleh kuman Gardnerella (Hemophilus vaginalis). Gejala yang tampak adalah keluarnya cairan kental keabu-abuan yang berbau sangat amis. Kadang-kadang juga terasa gatal dan perih. Seperti pada Candidiasis, Gardnerella dapat berkembang dari perubahan-perubahan di sekitar vagina, yang dapat menciptakan suatu tempat subur untuk bakteri-bakteri ini. Tetapi sebagaimana „trich‟, iapun sering ditularkan melalui hubungan seks, dan jika tidak diobati ia dapat menimbulkan cystitis. Obatnya yang paling dianjurkan juga adalah Flagyl. (Ernawati, 2005)

2.1.7. Cara Menghindari Infeksi pada Vagina.

 Jangan meninggalkan spons kontrasepsi, diafragma, dan tampon di dalam vagina lebih lama daripada yang ditentukan dalam aturan pemakaiannya.

 Pakailah pakaian dalam dari bahan yang memungkinkan kulit tetap dapat bernafas, misalnya yang terbuat dari bahan katun.

 Bersihkan vagina setiap hari dengan sabun lunak. Mandi di dalam bad-kuip lebih bersih bagi vagina.

 Hindarilah pemakaian kertas toilet yang diberi wangi-wangian dan spray untuk vagina.

 Cara membersihkan tinja harus selalu dari depan ke belakang, untuk menghindari penularan kuman-kuman.

 Janganlah menggunakan handuk orang lain, apalagi masih basah. Hal ini juga berlaku bagi seprei. Banyak wanita mendapat gangguan vagina karena hal ini. (Ernawati, 2005).


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

WaWirijtiir fffffffff

3.2. Definisi Operasional

Kebersihan vagina adalah cara atau usaha yang dilakukan untuk memastikan bagian vagina sentiasa bersih, yang termasuk cara mencuci dan menjaganya.

Tingkat pengetahuan wanita sudah menikah tentang kebersihan vagina bermaksud kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan mengenai kebersihan alat kelamin mereka.

Subjek diambil dari golongan usia sudah menikah yaitu di atas 18 tahun karena menurut hukum Malaysia, usia minimal untuk menikah adalah 18 tahun dengan persetujuan orang tua.

Cara untuk mengukur tingkat pengetahuan penelitian ini adalah dengan cara wawancara. Alat ukur yang akan digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan mengenai identitas, usia, dan tingkat pendidikan responden, serta 8 pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang kebersihan vagina. Skala yang digunakan pada kuesioner adalah skala ordinal.

Wanita Sudah Menikah Mengetahui Kebersihan Vagina


(30)

3.3. Aspek Pengukuran

Pengukuran gambaran pengetahuan wanita sudah menikah di Taman Hussein tentang kebersihan vagina dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan. Bila jawaban responden paling benar akan diberi nilai 2, jawaban kurang benar diberi nilai 1, dan jawaban salah diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah seperti berikut:

Tabel 3.1.

Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

No. Skor

1. A = 2 B = 0 C = 1 2. A = 0 B = 1 C = 2 3. A = 1 B = 2 C = 0 4. A = 2 B = 0 C = 1 5. A = 0 B = 2 C = 1 6. A = 1 B = 0 C = 2 7. A = 2 B = 1 C = 0 8. A = 2 B = 1 C = 0

Dengan memakai skala pengukuran menurut Pratomo (1990), yaitu:

 Baik, jika jawaban responden yang benar >75%

 Sedang, jika jawaban responden yang benar 40-75%

 Kurang, jika jawaban responden yang benar <40% Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu:

 Skor 12-16 : baik

 Skor 6-11 : sedang


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional (potong lintang). Ini merupakan penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik berupa faktor risiko maupun efek atau hasil (Sastroasmoro, 2008). Alasan jenis penelitian ini dipilih adalah karena sesuai untuk memenuhi tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu survei untuk mengetahui tentang tahap pengetahuan wanita sudah menikah mengenai kebersihan vagina, di kota Kuching, Sarawak, Malaysia.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan selama 10 bulan (Februari – Oktober 2010). Tempat penelitian adalah di kota Kuching. Selain dari lokasi yang mudah dicapai oleh peneliti, kawasan perumahan di Taman Hussein dipilih karena mempunyai populasi wanita menikah yang ramai, boleh dikatakan hampir semua penghuni rumah diduduki oleh individu yang sudah berumahtangga. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Yang menjadi populasi target pada penelitian ini adalah seluruh wanita sudah menikah yang tinggal di kawasan perumahan Taman Hussein di kota Kuching, Sarawak, Malaysia dalam tahun 2010. Jumlah populasi penduduk di kawasan perumahan Taman Hussein di kota Kuching adalah sebanyak 150 orang.


(32)

4.3.2. Sampel

Pada penelitian kali ini, cara penarikan sampel yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti tersendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Notoatmodjo, 2005). Teknik ini dipilih karena ia merupakan cara yang paling mudah dan paling sesuai pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, akan diambil diambil sebagian subjek dari populasi untuk diteliti, di mana dari jumlah populasi wanita sudah menikah di Taman Hussein di kota Kuching yang diketahui, maka menurut (Notoatmodjo, 2005) rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah:

n = N 1 + N (d²) n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 10% atau 0.1

Maka, n = 150 1 + 150 (0.1)² = 60 orang

Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada Taman Hussein di kota Kuching adalah berjumlah 150 orang, maka didapati besar sampel adalah sebanyak 60 orang.


(33)

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Wanita yang sudah menikah yang tinggal di kawasan perumahan Taman Hussein, Kuching, Sarawak, Malaysia

2. Berusia 18 tahun ke atas

3. Bersedia untuk mengikuti penelitian ini

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, yang ingin diuji adalah tingkat pengetahuan wanita sudah menikah terhadap kebersihan vagina. Ini dapat diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang terdiri dari 8 pertanyaan yang akan memfokuskan kepada soalan mengenai pengetahuan responden tentang kebersihan vagina. Terlebih dahulu diminta persetujuan yaitu informed consent agar responden mendapat informasi yang cukup untuk sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan.

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari responden itu sendiri dengan menggunakan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dijalankan terlebih dahulu pada 36 orang sampel.

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner.

4.4.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari ketua kawasan perumahan Taman Hussein yang berhubungan dengan jumlah penduduk.

4.4.3. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan SPSS 16.0.


(34)

Kuesioner penelitian ini yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan kurang lebih sebanyak 12 pertanyaan, kemudian dilakukan uji validitas dan didapati sebanyak 8 soal yang valid. Pengujian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0. Sampel untuk uji validitas adalah 36 responden yang diambil dari penduduk dari salah satu kawasan perumahan dari taman yang lain di Kuching (Taman Rahmat). Uji validitas ini dijalankan pada bulan September 2010.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut adalah valid.

4.4.4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS 16.0.

Kuesioner penelitian ini yang disusun sebelumnya telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 36 responden yang diambil dari penduduk dari salah satu kawasan perumahan dari taman yang lain di Kuching (Taman Rahmat). Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan September 2010.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 16.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut adalah reliabel.


(35)

Tabel 4.1.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner Variabel Nomor Total Status Alpha Status

Pertanyaan Pearson Correlation

Pengetahuan 1 0.747 Valid 0.689 Reliabel 2 0.499 Valid Reliabel 3 0.639 Valid Reliabel 4 0.329 Valid Reliabel 5 0.533 Valid Reliabel 6 0.578 Valid Reliabel 7 0.744 Valid Reliabel 8 0.393 Valid Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini, data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara statistik deskriptif dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS versi 16.0 (Statistical Products and Service Solutions).


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner dan menggunakan metode wawancara yang telah diisi oleh peneliti sendiri di rumah setiap responden. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Kuching, Sarawak, yang berlokasi di kawasan perumahan Taman Hussein, Jalan Gamelan, Petra Jaya, 93050, Kuching. Taman Hussein merupakan kawasan perumahan yang dibangunkan pada tahun 1982. Kawasan perumahan ini memiliki luas kawasan sekitar 100 ekar dan terletak kira-kira 4 kilometer dari bandar Kuching. Taman Hussein diduduki oleh kaum bumiputera sahaja, di mana kaum mayoritas terdiri daripada kaum Melayu yang beragama Islam. Populasi penduduk di Taman Hussein adalah 150 orang. Penduduk kawasan perumahan ini juga hampir kesemuanya merupakan individu yang rata-ratanya sudah berumah tangga.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita sudah menikah yang berusia 18 tahun ke atas. Total responden adalah sebanyak 60 orang.

Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi usia dan tingkat pendidikan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat tabel-tabel yang ada di bawah ini.


(37)

Pada penelitian ini jumlah jenis kelamin dibatasi yaitu cuma jenis kelamin perempuan sahaja yang diambil menjadi sampel. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dari responden terhadap kebersihan vagina wanita itu sendiri, maka peneliti tidak memerlukan gambaran pengetahuan dari laki-laki.

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner ada ditanyakan karakteristik responden berdasarkan usia, karena seorang wanita sudah menikah yang berusia atas 18 tahun dapat mempunyai usia yang berbeda. Usia adalah lama seseorang hidup yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu usia <20 tahun, 20 - 35 tahun dan > 35 tahun (Depdikbud, 1997).

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenjang Usia Rentang Usia f (frekuensi) % <20 0 0 20-35 23 38,3 >35 37 61,7 Jumlah 60 100

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa usia responden yang lebih muda adalah lebih sedikit berbanding usia responden yang lebih tua, yaitu responden yang berusia di antara 20-35 tahun sebanyak (38,33%), dan >35 tahun sebanyak (61,17%).

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner ada ditanyakan karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan. Tingkat pengetahuan mengenai kebersihan vagina berdasarkan tingkat pendidikan seseorang dapat bervariasi. Pengetahuan seseorang terhadap kebersihan vagina dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya lingkungan, keluarga, budaya, dan lain-lain,


(38)

Tabel 5.2.

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenjang Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan f (frekuensi) %

Sekolah Rendah 2 3,3

Sekolah Menengah 8 13,3

Diploma 35 58,3

Sarjana Muda 15 25,0

Jumlah 60 100

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan responden adalah sangat bervariasi, yaitu sejak Sekolah Rendah (3,33%), Sekolah Menengah (13,33%), Diploma (58,33%), dan Sarjana Muda (25,00%). Dari hasil tersebut persentase terbesar responden adalah pada yang berpendidikan Diploma, dan persentase terkecil adalah pada yang berpendidikan Sekolah Rendah.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 8 pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap Kebersihan Vagina. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap Kebersihan Vagina. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3. di bawah ini.


(39)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Jawaban Responden

No. Pertanyaan/Pernyataan Benar Salah f % f % 1. Maksud kebersihan vagina 36 60 24 40 2. Material sesuai untuk celana dalam 51 85 9 15 3. Cara penjagaan vagina yang benar 36 60 24 40 4. Penyakit yang timbul jika vagina 42 70 18 30

tidak dijaga dengan bersih

5. Seberapa kerap harus mengganti 45 75 15 25 pembalut wanita

6. Tujuan mengganti pembalut wanita 40 66,7 20 33,3 7. Kapan saja perlu menggunakan 29 48,3 31 51,7

pantyliner

8. Cara mencuci vagina 47 78,3 13 21,7

Berdasarkan tabel 5.3. pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 8 yaitu sebesar 60%, 85%, 70%, 75%, 66,7%, dan 78,3%. sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 7 yaitu sebesar 51,7%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila mendapat skor 12-16, sedang bila mendapat skor 6-11, dan kurang bila mendapat skor 0-5.


(40)

Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan wanita sudah menikah di kawasan perumahan Taman Hussein dapat dikategorikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan F %

Baik 43 71,7

Sedang 17 28,3

Kurang 0 0

Total 60 100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase paling kecil yaitu 0%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang sebanyak 28,3%, dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 71,7%.

5.2. Pembahasan

Perilaku manusia dapat dibagikan kepada 3 yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada pengetahuan tentang kebersihan vagina karena pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap seseorang dan seterusnya menentukan tindakannya dalam sehari-hari. Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk mengukur pengetahuan responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 36 responden (60%) telah menjawab dengan benar tentang maksud kebersihan vagina yang paling tepat yaitu kondisi vagina dalam keadaan asam yaitu pH 3.8-4.5. Menurut Barad (2010), pada wanita yang berusia reproduksi, Lactobacillus sp adalah bakteri yang predominan sebagai flora normal pada vagina. Kolonisasi oleh bakteri ini


(41)

mempertahankan pH vagina dalam kadar yang normal yaitu pH 3.8-4.5, yang akan mencegah pertumbuhan dari bakteri-bakteri yang patogenik. Selain itu, kadar estrogen yang tinggi memelihara ketebalan vagina yang berperan sebagai pertahanan lokal.

Sebanyak 51 responden (85%) telah menjawab dengan benar mengenai jenis material yang paling sesuai untuk celana dalam wanita. Jawaban yang benar adalah kapas, dan bukannya nilon atau satin. Menurut Sacks (2009), untuk mencegah kegatalan pada vagina, gunakan celana dalam yang diperbuat daripada kapas. Pemakaian celana dalam yang diperbuat daripada material sintetik haruslah dielakkan. Pemakaian celana dalam yang diperbuat daripada kapas boleh mengurangkan risiko mendapat infeksi jamur karena kapas menyerap kelembapan dari kulit maka akan menghambat pertumbuhan jamur. Pemakaian celana dalam yang diperbuat dari nilon, satin, dan material sintetik yang lain pula haruslah dicegah karena ia memerangkap panas dan kelembapan, maka menyediakan suasana yang baik untuk pertumbuhan jamur. Kapas dan material alami yang lain mempunyai pengudaraan yang baik, membenarkan kelembapan untuk berevaporasi. (Marcellin, 2009).

Di samping itu, sebanyak 36 responden (60%) mengetahui cara penjagaan vagina yang benar yaitu cukup dengan hanya mencuci dengan air sahaja, tanpa perlu menggunakan produk-produk yang dibeli di apotek, ataupun dengan cara memasukkan bahan kimia ke dalam vagina (douching). Menurut Stoppler (2010), walaupun wanita sering menggunakan douche untuk mencuci vagina setelah menstruasi atau berhubungan seksual, dokter tidak menggalakkan cara pembersihan sedemikian. Vagina mempunyai mekanisme pembersihannya sendiri. Cara douching akan mengeliminasi bakteri komensal (bakteri yang memang hidup di vagina) yang melapisi vagina. Jika vagina wanita tersebut mengeluarkan sekresi yang abnormal, douching malah memperburuk kondisi vagina tersebut. Maka douche tidak disarankan tanpa pengetahuan dokter.

Sebanyak 42 responden (70%) yang mengetahui bahwa penyakit yang boleh timbul jika vagina tidak dijaga dengan bersih adalah Bacterial Vaginosis, penyakit jamur (Candidiasis), dan Trichomoniasis. Hasil tersebut sesuai dengan


(42)

yang ditemukan oleh Stoppler (2010) bahwa menurut teori, infeksi pada vagina bermaksud inflamasi pada vagina yang mengakibatkan sekresi, bau, atau kegatalan. Vagina mempunyai kondisi yang tersendiri dan mempertahankan keseimbangannya dengan kehadiran bakteri komensal dan perubahan hormon pada tubuh wanita itu sendiri. Inflamasi pada vagina berlaku apabila ekosistem vagina diubah oleh obat-obat tertentu, hormon, douche, hubungan seksual, penyakit menular seksual, stress, dan perubahan pasangan seksual. Tiga jenis infeksi vagina yang paling sering adalah Bacterial vaginosis, Candidiasis, dan Trichomoniasis. Simptom-simptom penyakit tersebut hampir sama tetapi pengobatannya adalah berlainan. Bacterial vaginosis adalah penyebab utama terjadinya vaginitis, yang disebabkan perubahan atau ketidakseimbangan jenis-jenis bakteri yang merupakan flora normal pada vagina, yang kemudian mengakibatkan pertumbuhan berlebihan oleh organisme seperti Gardnerella vaginalis. Faktor risikonya termasuk, kehamilan, penggunaan AKDR (alat kehamilan dalam rahim), dan douching. Penyebab kedua adalah infeksi jamur yaitu Candidiasis, yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan pada vagina. Kejadian seperti ini mungkin disebabkan oleh penggunaan douche, perfumed feminine hygiene sprays, penggunaan steroid, kehamilan, dan lain-lain. Antara faktor risikonya adalah vagina yang tidak dijaga dengan bersih seperti penggunaan seluar dalam yang terlalu ketat atau non-cotton karena ini akan meningkat temperatur, kelembapan, dan iritasi lokal.

Sebanyak 45 responden (75%) mengetahui bahwa pembalut wanita seharusnya diganti 3 kali atau lebih dalam sehari. Menurut Cornforth (2009), pembalut wanita harus diganti sekurang-kurangnya 4-8 jam sewaktu menstruasi untuk mencegah penyakit pada vagina, misalnya penyakit Toxic Shock Syndrome (TSS), yang merupakan penyakit yang jarang terjadi namun bisa mengakibatkan kematian. Selain itu, wanita seharusnya menggunakan pembalut wanita yang kadar penyerapan yang rendah karena penggunaan pembalut wanita yang kadar penyerapannya sangat tinggi berpotensi untuk menyebabkan penyakit TSS. Wanita yang paling berisiko untuk TSS adalah yang berusia di bawah 30 tahun, terutama sekali remaja.


(43)

Sebanyak 40 responden (66,7%) yang mengetahui bahwa tujuan mengganti pembalut wanita adalah untuk mengelakkan bakteri bertumbuh, dan bukannya untuk mengelakkan timbulnya bau atau untuk merasa lebih selesa. Menurut kajian yang dilakukan oleh Shands (1998), penggunaan pembalut wanita dan tampon pada waktu yang lama merupakan faktor risiko terjadinya penyakit Toxic Shock Syndrome (TSS) pada wanita yang sedang menstruasi. Dari 64 wanita, 62 orang daripadanya dijumpai bakteri Staphylococcus aureus yang telah diisolasi dari penyakit TSS, dan 7 orang daripada 71 kultur vagina dijumpai pada kontrol yang sehat.

Sebanyak 29 responden (48,3%) yang mengetahui bahwa kita perlu menggunakan pantyliner hanya sewaktu mengalami keputihan, dan bukannya setiap hari, ataupun tidak perlu menggunakan sama sekali. Menurut Pribakti (2010), untuk mengurangi kelembapan di sekitar daerah organ intim wanita, memang sebaiknya penggunakan pantyliner. Namun, sebaiknya pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja sebab pantyliner sangat membantu untuk mengurangi rasa lembab dan basah pada celana dalam. Pemakaian pantyliner terus-menerus tiap hari juga sangat tidak dianjurkan pada tidak dalam keadaan keputihan, karena pantyliner akan menutup aliran udara di sekitarnya sehingga menyebabkan kondisi di sekitar vagina menjadi panas dan semakin lembab. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Farage (1997), penggunaan pantyliner yang mengandung parfum berbanding dengan yang non-parfum, tidak dijumpai peningkatan dari segi jumlah mikroba. Ini menunjukkan bahwa tiada perbedaan di antara jenis-jenis pantyliner yang digunakan. Selain itu, penggunaan pantyliner pada kelompok kontrol tidak menunjukkan peningkatan jumlah bakteri patogen.

Sebanyak 47 responden (78,3%) yang mengetahui bahwa cara yang betul untuk mencuci vagina adalah dari arah depan ke belakang, dan bukannya dari belakang ke depan. Menurut Canadian Women’s Health Network, untuk mencegah iritasi vagina, cara yang betul untuk mencuci vagina adalah dari depan ke belakang setelah membuang air untuk mencegah bakteri dari anus tersebar ke vagina.


(44)

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 43 responden (71,7%) yang berpengetahuan baik, 17 responden (28,3%) yang berpengetahuan sedang, dan tiada responden (0%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang kebersihan vagina pada wanita sudah menikah di kawasan perumahan Taman Hussein berada pada tingkat baik. Menurut asumsi peneliti, hal ini mungkin dikarenakan oleh mayoritas dari sampel merupakan wanita yang beredukasi agak tinggi, yaitu taraf diploma, maka tingkat pengetahuan dan kesedaran mereka mengenai hal-hal penjagaan kebersihan adalah baik. Selain itu, kawasan perumahan Taman Hussein ini terletak di area kota, dan bukannya di kawasan pedalaman. Ini mungkin mempengaruhi tingkat pengetahuan sampel karena mereka mempunyai akses yang lebih luas untuk mencari informasi-informasi tentang kebersihan vagina misalnya dari buku, internet dan lain-lain.

Dari hasil analisa secara keseluruhan dapat dilihat bahwa pengetahuan wanita sudah menikah di Taman Hussein terhadap kebersihan vagina berada pada kategori baik (71,7%). Menurut Notoadmodjo (2005), pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik juga.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

 Pengetahuan wanita sudah menikah di Taman Hussein tentang kebersihan vagina berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 43 responden (71,7%), sedangkan pada kategori sedang sebanyak 17 responden (28,3%), dan pada kategori kurang tidak ditemukan sebarang responden (0%).

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu:

 Masukan kepada penduduk kawasan perumahan Taman Hussein supaya: a. Mengekalkan atau meneruskan cara hidup yang sehat

b. Sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada vagina

c. Sentiasa menggali informasi mengenai kesehatan dan kebersihan pada vagina

d. Memberikan edukasi kepada golongan wanita lain yang belum menikah tentang cara penjagaan kebersihan vagina yang benar


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Baird D.D. et al, 1996. Vaginal douching and reduced fertility. AMJ Public Health: 86(6):844-50.

Barad D., 2010. Vaginal Itching and Discharge. Available from:

http://www.merck.com/mmpe/sec18/ch242/ch242f.html [Accessed 10 November 2010].

Boyles S., 2004. WebMD Health News, To Douche or Not To Douche. Available from: http://women.webmd.com/news/20041015/to-douche-not-to-douche. [Accessed 30 March 2010].

Cornfoth T., 2009. Health’s Disease and Condition: Vaginal Douching. Available from:

http://womenshealth.about.com/cs/azhealthtopics/a/vagdouching.htm. [Accessed 30 March 2010].

Ernawati & S. Edi, 2005. Buku Pintar Perempuan. Edisi ke-1, Jakarta. Delapratasa Publishing, 266-272.

Eschenbach D.A. et al, 1990. Asosiasi antara Vaginal Douching dan Acute Pelvic Inflammatory Disease. Journal of the American Medical Association (JAMA), 263:1936-1941.

Eschenbach D.A et al, 1990. Association Between Vaginal Douching and Acute Pelvic Inflammatory Disease.. Available from : assn.org/cgi/content/abstract/263/14/1936. [Accessed 2 April 2010].


(47)

Farage M.A. et al, 1997. Labial and Vaginal Microbiology: Effects of Extended Pantyliner Use. Infectious Diseases in Obstetrics and Gynecology. 5:252-258.

Imron, M. & Munif A., 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Bahan Ajar untuk Mahasiswa. Cetakan Pertama. Jakarta : Sagung Seto, 14.

Jones L.D., 2009. Setiap Wanita. Edisi ke-1. Jakarta. Penerbit Buku Delapratasa Publishing, 206-207.

Kari B, 2010. Advanced Vaginal Hygiene. Available from:

hygiene. [Accessed 3 May 2010].

Kasjono H.S. & Yasril, 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu, 76-80.

Klebanoff M.A. et al, 2010. Personal Hygienic Behaviors and Bacterial Vaginosis. Sexually Transmitted Diseases, 94-99.

Kopf C., 1999. Douching: Not only unnecessary, but possibly harmful.

Available from:

http://www.cnn.com/HEALTH/women/9910/18/do.not.douche3.wmd/inde x.html . [Accessed 30 March 2010].

Marcellin L.,2009, Dressing Right to Prevent Yeast Infections. Available from: http://www.everydayhealth.com/yeast-infection/clothing.aspx [Accessed 10 November 2009].


(48)

McKee D., Baquero M., and Fletcher J., 2009. Vaginal Hygiene Practices and Perceptions Among Women in the Urban Northeast. Women and Health. 49:321-333.

McKee D., Baquero M., Anderson M,, and Karasz A., 2009. Vaginal Hygiene and Douching: Perspective of Hispanic Men. Culture, Health, and Sexuality. 11:159-171.

McKee D

.

, Baquero M

.

, Anderson M.R

.

, Alvarez A

.

, and Karasz A., 2009. Vaginal Douching among Latinas: Practices and Meaning. Matern Child Health 13(1):98-106.

McKinley M.D & O‟Loughlin V.D., 2008. Reproductive System. In: Queck, K., ed. Human Anatomy. 2nd Ed. New York, NY : The McGraw-Hill Companies, Inc, 853.

Ness R.B. et al, 2002. Douching in Relation to Bacterial Vaginosis, Lactobacilli, and Facultative Bacteria in the Vagina. Obstetric and Gynaecology 100: 765-772.

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 88-92.

Pratomo, H. 1990. Pedoman Usulan Penelitian Badan Kesehatan Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 90-97.

Pribakti B., 2010. Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Panduan Praktis Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi ke-1. Jakarta. Penerbit Buku CV Sagung Seto, 23-28.


(49)

Reed et al, 1999. Praktik Douching di Kecamatan Krembangan, Surabaya. Available from: http://www.mitrainti.org/?q=node/321. [Accessed 2 May 2010].

Sacks D., 2009. Vaginal Itching. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003159.htm [Accessed 10 November 2010].

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto, 92-100.

Shands K. et al, 1998. Toxic Shock Syndrome in Menstruating Women. New England Medical Journal. 303:1436-1442.

Stoppler M., 2010. Vaginal Infections. Available from:

http://www.emedicinehealth.com/vaginal_infections/page14_em.htm#auth or. [Accessed 10 November 2010].

Tortora G.J, & Derrickson B.H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. Volume 2. John Wiley and Sons, 1107-1108.


(50)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Nurul Ain binti Jamil Tempat / Tanggal Lahir : Sarawak / 1 Januari 1988 Agama : Islam

Alamat : No. 7, Lot 1589, Taman Hussein, Jalan Gamelan, Petra Jaya, 93050, Kuching, Sarawak, Malaysia Riwayat Pendidikan : 1. SK Petra Jaya, Kuching

2. SMKA Tun Ahmad Zaidi, Kuching 3. Kolej Matrikulasi Labuan, Wilayah Persekutuan Labuan

4. Universitas Sumatera Utara, Medan 5. Allianze College of Medical Sciences, Kepala Batas


(51)

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

Tingkat pengetahuan wanita sudah menikah tentang kebersihan vagina (vaginal hygiene)

I. Identitas Responden

1) Nama :

2) Usia : 20-35 tahun >35 tahun 3) Pendidikan : Sekolah Rendah

Sekolah Menengah Diploma

Sarjana Muda

II. Pengetahuan (Knowledge)

1) Menurut pengetahuan anda, apakah maksud kebersihan vagina? a. Kondisi vagina dalam keadaan asam (asid) yaitu pH 3.8-4.5 b. Kondisi vagina yang bebas dari sebarang penyakit

c. Kondisi vagina yang tidak berbau, tidak gatal, dan tiada keputihan

2) Menurut pengetahuan anda, apakah material yang sesuai untuk celana dalam?

a. Satin b. Nilon c. Kapas


(52)

3) Menurut pengetahuan anda, bagaimanakah cara penjagaan vagina yang benar?

a. Mencuci dengan produk yang dibeli di apotek (farmasi) b. Mencuci dengan air sahaja

c. Mencuci dengan cara memasukkan bahan kimia ke dalam vagina (douching)

4) Menurut pengetahuan anda, apa saja penyakit yang boleh timbul jika vagina tidak dijaga dengan bersih?

a. Bacterial vaginosis, penyakit jamur (Candidiasis), Trichomoniasis b. Tidak tahu

c. Penyakit menular seksual (Sexually Transmitted Disease)

5) Menurut pengetahuan anda, sewaktu menstruasi, berapa kerapkah anda harus menukar tuala wanita dalam sehari?

a. 1 kali

b. 3 kali atau lebih c. 2 kali

6) Menurut pengetahuan anda, mengapakah anda harus menukar tuala wanita?

a. Untuk mengelakkan timbulnya bau b. Untuk merasa lebih selesa

c. Untuk mengelakkan bakteri bertumbuh

7) Menurut pengetahuan anda, kapan (bila) saja kita perlu menggunakan pantyliner?

a. Hanya sewaktu mengalami keputihan b. Setiap hari


(53)

8) Menurut pengetahuan anda, bagaimanakah cara anda mencuci vagina? a. Dari arah depan ke belakang

b. Dari mana-mana arah c. Tidak tahu


(54)

LAMPIRAN 3

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bernama Siti Nurul Ain Jamil yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan ini meminta kesediaan dan keizinan anda,

Nama : _____________________________________________ Umur : _____________________________________________ Alamat : _____________________________________________ untuk mengikuti survei mengenai kebersihan vagina,

Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Wanita Sudah Menikah tentang Kebersihan Vagina

Jenis Penelitian : Survei

Lokasi Penelitian : Kawasan Perumahan Taman Hussein, Kuching, Sarawak, Malaysia

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita sudah menikah tentang kebersihan vagina

Manfaat Penelitian : Untuk meningkatkan kualitas kebersihan vagina mereka dengan cara memberikan edukasi mengenai penjagaan kebersihan vagina yang benar melalui pemberian lembaran pamphlet


(55)

Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan anda dengan ditanyakan beberapa pertanyaan tentang kebersihan rongga vagina. Selain itu, saya akan meminta anda untuk mengisi kuesioner yang diberikan.

Setelah membaca penjelasan di atas dan memahami sepenuhnya tentang penelitian, jika anda mengizinkan untuk menyertai penelitian ini tanpa sebarang imbalan, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti persetujuan. Atas perhatian dan kesediaannya saya mengucapkan terima kasih.

, , ,

... ( )


(56)

LAMPIRAN 4

DATA INDUK DAN HASIL OUTPUT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA SUDAH MENIKAH TENTANG KEBERSIHAN VAGINA

DI KOTA KUCHING, SARAWAK, MALAYSIA PADA TAHUN 2010

Data Induk Responden:

usia Pendidikan soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 skortotal

1 35 Sarjana 2 2 2 2 2 2 2 2 16

2 55 Sarjana 2 2 1 2 1 2 1 2 13

3 35 Sarjana 1 2 2 2 2 2 2 2 15

4 53 Sarjana 2 2 2 2 1 2 2 1 14

5 35 Diploma 0 2 1 1 1 0 2 2 9

6 54 Sarjana 0 2 1 2 2 2 2 2 13

7 54 Diploma 0 2 2 2 2 2 2 2 14

8 32 Diploma 0 2 1 2 2 2 1 2 12

9 51 Diploma 2 2 2 0 2 0 1 2 11

10 50 Diploma 0 2 1 2 2 2 1 1 11

11 32 Menengah 0 2 2 0 2 0 1 2 9

12 35 Diploma 2 2 2 2 2 2 2 2 16

13 50 Sarjana 2 2 2 0 1 2 1 2 12

14 52 Sarjana 2 2 2 2 2 2 2 1 15

15 32 Diploma 2 2 1 1 2 2 2 2 14

16 40 Menengah 2 1 1 0 1 2 1 1 9

17 27 Diploma 0 2 2 2 2 2 2 2 14

18 35 Diploma 0 2 1 2 2 2 1 1 11

19 40 Diploma 2 2 2 2 2 0 1 2 13

20 31 Diploma 2 2 2 2 2 0 1 2 13

21 41 Sarjana 2 2 2 2 2 2 2 2 16


(1)

23 44 Sarjana 2 2 1 2 2 2 0 2 13

24 33 Sarjana 2 2 2 2 2 2 1 2 15

25 30 Diploma 2 2 1 2 2 2 1 2 14

26 46 Menengah 0 2 2 0 2 0 1 2 9

27 48 Menengah 2 2 1 0 2 0 0 2 9

28 49 Diploma 0 2 2 2 2 2 0 2 12

29 44 Diploma 2 2 1 2 2 0 1 2 12

30 50 Diploma 2 2 1 2 2 0 1 2 12

31 22 Diploma 2 2 1 2 2 0 1 2 12

32 51 Diploma 1 2 2 2 2 0 1 2 12

33 30 Diploma 1 2 1 0 1 2 1 2 10

34 27 Diploma 0 2 2 2 2 1 1 2 12

35 54 Diploma 1 2 2 2 2 2 2 2 15

36 55 Diploma 1 2 1 2 1 2 1 2 12

37 27 Diploma 2 2 2 2 2 2 0 0 12

38 37 Diploma 2 2 2 2 2 2 0 0 12

39 37 Diploma 2 2 2 2 2 2 0 0 12

40 26 Diploma 2 2 2 2 2 2 0 0 12

41 39 Diploma 2 2 2 2 2 0 2 2 12

42 38 Diploma 2 2 2 2 2 0 2 2 12

43 51 Diploma 2 2 2 2 2 0 2 2 12

44 50 Diploma 2 2 2 2 2 0 2 2 12

45 49 Diploma 2 2 2 2 2 0 1 1 12

46 26 sarjana 2 2 2 2 2 2 2 2 16

47 48 diploma 2 2 2 2 2 2 0 0 12

48 23 diploma 2 2 2 2 2 2 2 2 16

49 47 sarjana 2 2 2 2 2 2 0 0 12

50 47 diploma 2 2 2 2 2 2 2 2 16

51 44 diploma 2 2 2 2 2 2 0 0 12

52 25 sarjana 2 2 2 2 2 2 2 2 16

53 30 sarjana 1 1 1 1 1 2 2 2 11

54 51 rendah 1 1 1 1 1 1 2 2 10


(2)

56 25 menengah 1 1 1 1 1 1 2 2 10

57 38 diploma 1 1 1 1 1 2 2 2 11

58 37 menengah 1 1 1 1 1 2 2 2 11

59 37 menengah 1 1 1 1 1 2 2 2 11

60 30 menengah 1 1 1 1 1 2 2 2 11

Total N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Karakteristik Responden:

1. Jenjang Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 18-36

tahun

23 38.3 38.3 38.3

37-55 tahun

37 61.7 61.7 100.00

Total 60 100 100

2. Jenjang Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sekolah

Rendah

2 3.3 3.3 3.3

Sekolah Menengah

8 13.3 13.3 16.6

Diploma 35 58.3 58.3 74.9

Sarjana Muda

15 25.0 25.0 100.0


(3)

Pertanyaan Pengetahuan

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 24 40.0 40.0 40.0

Benar 36 60.0 60.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 9 15.0 15.0 15.0

Benar 51 85.0 85.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 24 40.0 40.0 40.0

Benar 36 60.0 60.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 18 30.0 30.0 30.0

Benar 42 70.0 70.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 15 25.0 25.0 25.0

Benar 45 75.0 75.0 100.0


(4)

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 20 33.3 33.3 33.3

Benar 40 66.7 66.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 31 51.7 51.7 51.7

Benar 29 48.3 48.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 13 21.7 21.7 21.7

Benar 47 78.3 78.3 100.0


(5)

Uji Validitas Pengetahuan

Correlations

soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 skortotal

soal1 Pearson Correlation 1 .216 .503** .081 .616** .296 .685** -.049 .747**

Sig. (2-tailed) .205 .002 .637 .000 .080 .000 .777 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal2 Pearson Correlation .216 1 .137 .166 .085 .290 .258 .227 .499**

Sig. (2-tailed) .205 .425 .333 .622 .086 .128 .183 .002

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal3 Pearson Correlation .503** .137 1 -.144 .367* .141 .644** .051 .639**

Sig. (2-tailed) .002 .425 .404 .028 .414 .000 .768 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal4 Pearson Correlation .081 .166 -.144 1 -.068 .280 -.078 .273 .329*

Sig. (2-tailed) .637 .333 .404 .693 .098 .652 .107 .050

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal5 Pearson Correlation .616** .085 .367* -.068 1 .095 .366* .093 .533**

Sig. (2-tailed) .000 .622 .028 .693 .580 .028 .589 .001

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal6 Pearson Correlation .296 .290 .141 .280 .095 1 .239 .178 .578**

Sig. (2-tailed) .080 .086 .414 .098 .580 .160 .298 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal7 Pearson Correlation .685** .258 .644** -.078 .366* .239 1 .098 .744**

Sig. (2-tailed) .000 .128 .000 .652 .028 .160 .571 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

soal8 Pearson Correlation -.049 .227 .051 .273 .093 .178 .098 1 .393*

Sig. (2-tailed) .777 .183 .768 .107 .589 .298 .571 .018

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

skortotal Pearson Correlation .747** .499** .639** .329* .533** .578** .744** .393* 1

Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .050 .001 .000 .000 .018

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).


(6)

Uji Reliabilitas Pengetahuan

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 36 100.0

Excludeda 0 .0

Total 36 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items