Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-pasien Hipertensi yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan
HASIL PENELITIAN
Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-pasien Hipertensi
yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam
Malik Medan
Oleh:
JEGATHES JODE
070100254
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
2010
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PENELITIAN
Judul Hasil Penelitian: Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-Pasien Hipertensi yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam
RSUP H.Adam Malik Medan Nama : Jegathes Jode
NIM : 070100254
Dosen Pembimbing Dosen Penguji I
(dr. T.Ibnu Alferally,SpPA) (dr.Mutiara Indah Sari)
Dosen Penguji II
(dr.RinaAmelia,MARS)
(3)
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan 2010
ABSTRAK
Objektif : Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kesakitan yang tinggi. Merokok merupakan kebiasaan hidup yang dapat
mempengaruhi tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan.
Metode : Penelitian ini dilakukan mengikut kaedah studi deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling. Penelitian melibatkan 43 orang responden yang menderita hipertensi yang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan dengan karateristik sampel berjenis kelamin laki-laki dan merokok ataupun tidak merokok. Alat ukur yang digunakan untuk melihat gambaran kebiasaan merokok adalah kuesioner yang telah
dikembangkan. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik batang.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 41 orang dari 43 responden. Data yang didapatkan dari kebiasaan merokok tersebut adalah: menghisap rokok >20 batang setiap hari ada sebanyak 26 orang (63,4%),
menghisap rokok secara dalam ada sebanyak 27 orang (65,8%), menghisap rokok selama > 10 tahun ada sebanyak 36 orang (87,8%), dan mengkonsumsi rokok nonfilter ada sebanyak 27 orang (65,9%).
(4)
ABSTRACT
Objective : Hypertension is a highly prevalent disease. Smoking is one of the main cause of hypertension. This study is aimed to view the description of the influence of smoking towards hypertension in hypertensive patients who undergoes medication in Internal Department of RSUP H.Adam Malik.
Method : This is descriptive study. Accident sampling technique is used. This study involves 43 respondents characterized by male hypertensive patients who undergoes medication in Internal Department of RSUP H.Adam Malik, both who smoke and do not smoke. Questionnaire is used as the measuring instrument for the smoking habit variable. Data is analyzed through descriptive method and is presented in tables and graphics.
Results and conclusion : Study result shows the description of how smoking habits play an influence towards hypertension in hypertensive patients who undergoes medication in Internal Department of RSUP H.Adam Malik with 41 respondent with smoking habit, 26 people (63,4%) who smoke more than 20 cigarettes per day, 27 people (65,8%) who smoke in deep inhalation, 37 people (87,8%) who smoke for more than 10 years and 27 people (65,9%) who smoke non-filtered cigarettes.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kemudahan yang diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-Pasien Hipertensi yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan” dengan baik.
KTI ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing saya, dr.T.Ibnu Alferally, SpPA yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan KTI ini dan juga kepadasemua pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan KTI ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan penelitian ini.Untuk itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan KTI ini. Semoga apa yang disampaikan secara tertulis dalam KTI ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, 27 November 2010 Penulis,
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN……… i
DAFTAR ISI ……… ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Rumusan Masalah………. 3
1.3. Tujuan Penelitian……… 3
1.4. Manfaat Penelitian……….. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Merokok……… 5
2.1.1. Kebiasaan Merokok……….. 5
2.1.2. Kategori Perokok………. 5
2.1.3. Jumlah Rokok yang Dihisap……….. 6
2.1.4. Lama Menghisap Rokok………. 6
2.1.5. Cara Menghisap Rokok ……… 7
2.1.6. Jenis Rokok yang Dihisap…………. 7
2.1.7. Bahan-bahan yang Terkandung Dalam Rokok 8 2.2.Hipertensi... 11
2.2.1. Pengertian Hipertensi ... 11
2.2.2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi ... 11
2.2.3. Patogenesis... 13
2.2.4. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi... 15
2.3.Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi 18
(7)
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 20
3.2. Definisi Operasional... 20
3.2.1. Hipertensi... 20
3.2.2. Jumlah Rokok yang Dihisap ... 20
3.2.3. Cara Menghisap Rokok... 21
3.2.4. Lama Menghisap Rokok... 21
3.2.5. Jenis Rokok yang Dihisap... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 22
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 22
4.2.1. Waktu Penelitian... 22
4.2.2. Tempat Penelitian ... 22
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
4.3.1. Populasi Penelitian... 23
4.3.2. Sampel Penelitian... 23
4.4. Teknik Pengumpulan Data... 23
4.4.1. Instrumen Pengumpulan Data... 23
4.4.2. Uji Validitas... 24
4.4.3. Uji Reabilitas... 24
4.5. Pembahasan... 24
DAFTAR PUSTAKA... 26 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1 Distribusi Responden menurut Umur……… 26 5.2 Distribusi Responden menurut Berat Badan………….. 27 5.3 Distribusi Responden menurut Kebiasaan Merokok…. 27
5.4 Distribusi Responden menurut Jumlah Rokok yang Dihisap……….…29 5.5 Distribusi Responden menurut Cara Menghisap Rokok…………...….30 5.6 Distribusi Responden menurut Lama Menghisap Rokok………… 31 5.7 Distribusi Responden menurut Jenis Rokok yang Dihisap…. 32 5.8 Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Jumlah Rokok………… 32 5.9 Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Cara Menghisap Rokok ……… 34 5.10 Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Lama Menghisap Rokok…. 35 5.11 Distribusi Cara Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap. 36 5.12 Distribusi Lama Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap
37
(9)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
5.1 Distribusi Responden menurut Kebiasaan Merokok………. 28 5.2 Distribusi Responden menurut Jumlah Rokok yang Dihisap 29 5.3 Distribusi Responden menurut Cara Menghisap Rokok 30 5.4 Distribusi Responden menurut Lama Menghisap Rokok 31 5.5 Distribusi Responden menurut Jenis Rokok yang Dihisap 32 5.6 Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Jumlah Rokok…. 33 5.7 Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Cara Menghisap Rokok 34 5.8 Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Lama Menghiap Rokok 35
5.9 Distribusi Cara Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap. 37 5.10 Distribusi Lama Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap
38
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti 2. Kuesioner
3. Master Data 4. Uji Validitas 5. Uji Reliabilitas
(11)
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan 2010
ABSTRAK
Objektif : Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kesakitan yang tinggi. Merokok merupakan kebiasaan hidup yang dapat
mempengaruhi tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan.
Metode : Penelitian ini dilakukan mengikut kaedah studi deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling. Penelitian melibatkan 43 orang responden yang menderita hipertensi yang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan dengan karateristik sampel berjenis kelamin laki-laki dan merokok ataupun tidak merokok. Alat ukur yang digunakan untuk melihat gambaran kebiasaan merokok adalah kuesioner yang telah
dikembangkan. Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik batang.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 41 orang dari 43 responden. Data yang didapatkan dari kebiasaan merokok tersebut adalah: menghisap rokok >20 batang setiap hari ada sebanyak 26 orang (63,4%),
menghisap rokok secara dalam ada sebanyak 27 orang (65,8%), menghisap rokok selama > 10 tahun ada sebanyak 36 orang (87,8%), dan mengkonsumsi rokok nonfilter ada sebanyak 27 orang (65,9%).
(12)
ABSTRACT
Objective : Hypertension is a highly prevalent disease. Smoking is one of the main cause of hypertension. This study is aimed to view the description of the influence of smoking towards hypertension in hypertensive patients who undergoes medication in Internal Department of RSUP H.Adam Malik.
Method : This is descriptive study. Accident sampling technique is used. This study involves 43 respondents characterized by male hypertensive patients who undergoes medication in Internal Department of RSUP H.Adam Malik, both who smoke and do not smoke. Questionnaire is used as the measuring instrument for the smoking habit variable. Data is analyzed through descriptive method and is presented in tables and graphics.
Results and conclusion : Study result shows the description of how smoking habits play an influence towards hypertension in hypertensive patients who undergoes medication in Internal Department of RSUP H.Adam Malik with 41 respondent with smoking habit, 26 people (63,4%) who smoke more than 20 cigarettes per day, 27 people (65,8%) who smoke in deep inhalation, 37 people (87,8%) who smoke for more than 10 years and 27 people (65,9%) who smoke non-filtered cigarettes.
(13)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000). Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani L., 2006).
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun
diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140 – 159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 – 99 mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan
diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sustrani L., 2004).
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada golongan usia 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2000 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita
hipertensi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003). Menurut Darmojo Boedhi (1993), bahwa 50% orang yang diketahui hipertensi pada negara
berkembang hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan 12,5% yang diobati secara baik. Penelitian yang membandingkan hipertensi pada wanita dan pria oleh
(14)
Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh prevalensi hipertensi 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita, sedangkan di daerah kota Jakarta didapatkan prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita (Arjatmo T. dan Hendra U., 2001).
Tabiat merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Mangku S., 1997).
Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya
beracun, antara lain Carbon Monoxide (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah cramp, sehingga tekanan darah naik,
dinding pembuluh darah dapat robek (Smet,B.,1994). Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi pada hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan
mempercepat atherosclerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah (Sianturi G., 2003). Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active Smoker), tetapi juga bagi perokok pasif (Passive Smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Mangku S., 1997).
(15)
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk gambaran kebiasan merokok pada pasien-pasien yang menderita hipertensi yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pada orang-orang yang menderita hipertensi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi dilihat dari jumlah rokok yang dihisap.
b. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi dilihat dari cara menghisap rokok.
c. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi dilihat dari lama merokok.
d. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi dilihat dari jenis rokok yang dihisap.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi dan akibat yang ditimbulkannya.
(16)
2. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa kebiasaan merokok dapat menjadi salah satu faktor penyebab penyakit hipertensi.
3. Untuk Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya tentang upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi dalam hubungannya dengan merokok.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Merokok
2.1.1. Kebiasaan Merokok
Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab
kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin (Mangku S., 1997).
2.1.2. Kategori Perokok
(17)
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok
yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak
mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996). 2. Perokok Aktif
Menurut (Bustan,M.N., 2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
2.1.3. Jumlah Rokok yang Dihisap
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Perokok Ringan disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.
2. Perokok Sedang disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari.
3. Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang per hari (Bustan,M.N., 2000).
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku S., 1997).
(18)
2.1.4. Lama Menghisap Rokok
Menurut (Bustan,M.N., 2000) lamanya seseorang merokok dapat diklasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah
sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini (Smet B., 1994). Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku S., 1997).
Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan . dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan (Mangku S., 1997).
2.1.5. Cara Menghisap Rokok
Menurut Bustan (2000), cara manghisap rokok dapat dibedakan menjadi : 1. Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal).
2. Ditelan sampai ke dalam mulut (dimulut saja). 3. Ditelan sampai di kerongkongan (isapan dalam).
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Dengan menghisap
sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO
yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Bustan, 2000).
(19)
2.1.6. Jenis Rokok yang Dihisap
Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan–bahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah) (Mangku S., 1997).
Menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Rokok kretek mengandung 60–70 tembakau, sisanya 30%–40% cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh mengandung eugenol yang dianggap
berpotensi menjadi penyebab kanker pada manusia dan terkait dengan zat kimia satrol yang menjadi salah satu penyebab kanker ringan. Sesuai data Diperindag volume eksport rokok per november 2002 mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dolar AS. Kadar nikotin yang ada pada rokok seharusnya adalah 1,5 mg dan kadar tar sebesar 20 mg dan menggunakan tembakau Virginia. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku S., 1997). Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok (Bustan,M.N., 2000).
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun. Antara lain Karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000). Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di
(20)
(pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Selain zat CO merokok juga mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit
(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer (Sianturi,G., 2003).
2.1.7. Bahan-Bahan yang Terkandung Dalam Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian
partikel (Sianturi,G.,2003).
Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap
No Bagian partikel Bagian gas
1. 2. 3. 4. 5. Tar Indol Nikotin Karbolzol Kresol Catatan :
Keseluruhan bersifat karsinogen dan iritan serta bersifat toksik yang lain.
Karbon monoksida Ammoniak Asam hydrocyanat Nitrogen oksida Formaldehid Catatan :
Keseluruhan zat ini bersifat karsinogen, mengiritasi, racun bulu getar alat pernafasan, dan bersifat racun yang lain.
(21)
Sumber: (Mangku S., 1997).
1. Nikotin
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak.
2. Karbon Monoksida
Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Mangku S., 1997).
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker.
Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
(22)
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek
karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Mangku S., 1997).
4. Timah Hitam (Pb)
Merupakan Partikel Asap Rokok Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang
habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Mangku S., 1997).
2.2. Hipertensi
2.2.1. Pengertian Hipertensi
Menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg (Mansjoer A., 2000). Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (Corwin,Elizabeths J.2000).
2.2.2 Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi factor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan,
(23)
jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Sustrani L., 2006).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg) Normotensi
Hipertensi ringan Hipertensi perbatasan Hipertensi sedang dan berat Hipertensi sistolik terisolasi Hipertensi sistolik perbatasan
<140 140-180 140-160 >180 >140 140-160 <90 90-105 90-99 >105 <90 <90
Sumber: (Mansjoer A., 2000)
Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic hypertension). Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut, jika keadaan ini dijumpai pada masa dewasa muda lebih banyak dihubungkan sirkulasi hiperkinetik dan diramalkan dikemudian hari tekanan diastoliknya juga ikut meningkat. Batasan ini untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam keadaan sakit mendadak. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau sistoliknya 140 mmHg atau lebih (Robbins & Coatran, 2005 ).
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18 Tahun Menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure
(24)
Normal Prehipertensi
Hipertensi stadium I Hipertensi stadium II Hipertensi stadium III
<120 dan <80 120-139 atau 80-89 140-159 atau 90-99 >160 atau <100 >180 atau >110 Sumber: (Mansjoer A., 2000)
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga (Arjatmo T, Hendra U, 2001). Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan jenis yang penyebab spesifik tidak diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui. Penderita hipertensi sekunder ada 5%-10% kasus. Pada hipertensi penyebab dan patofisiologinya sudah diketahui sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan (Arjatmo T, Hendra U, 2001). Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani L., 2004).
(25)
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Wardoyo, 1996).
2.2.3. Patogenesis
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer
sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. (Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membrane sel, aktivitas saraf simpatis dan renin,
(26)
angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel.
(Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan
kebutaan(Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002). Menurut Sustrani L. (2004) gejala–gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar.
2.2.4. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi
1. Faktor Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi. Penelitian yang
dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup. Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal kanak-kanak (Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
(27)
2. Faktor Berat Badan (Obesitas atau Kegemukan)
Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) Rumus untuk IMT adalah berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) (Soeharto I., 2001).
3. Stres Pekerjaan
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggungjawab bagi manusia.Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan
(Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Smet B., 1994).
Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan kecelakaan kerja (Suma’ mur, 1998) Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian,
(28)
stres yang muncul akibat mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising, atau bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran, menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba (Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
4. Faktor Jenis Kelamin (Gender)
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi (Sustrani L., 2004)
5. Faktor Usia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi (Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
6. Faktor Konsumsi Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia (Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
(29)
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani L., 2004).
7. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Soeharto I., 2001).
8. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo T. dan Hendra U., 2001). Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali (Beevers, Gareth, D.,Lip, Gregory Y.H., Eoin, O.,2002).
2.3. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan
(30)
baik seperti merokok. Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi
sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani L., 2004). Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “cramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Soeharto I., 2001).
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO
menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding
pembuluhdarah). Dengan demikian CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah. Selain zat CO asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard (Soeharto I., 2001).
Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen jantung serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menggangu kerja otak, saraf dan bagian tubuh yang lain (Soeharto I., 2001). Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombo (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah penggumpalan darah. Akibat penggumpalan (trombosit) akan merusak pembuluh darah perifer. Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain
(31)
pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer maupun pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan tekanan darah sistole 10-25 mgHg dan menambah detak jantung 5-20 kali persatu menit (Mangku S., 1997).
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Hipertensi
Menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg
(Mansjoer A.,2000).
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (Corwin, Elizabeths J., 2001).
3.2.2. Jumlah Rokok yang Dihisap
Faktor resiko :
- Jumlah rokok yang dihisap
- Cara menghisap rokok - Lama menghisap rokok
- Jenis rokok
(32)
Jumlah rokok yang dihisap adalah banyaknya rokok yang dihisap penderita per hari. Data diperoleh melalui wawancara dengan responden. Jumlah rokok yang dihisap dikelompokan menjadi:
1. Perokok ringan bila menghisap rokok < 10 batang per hari. 2. Perokok sedang bila menghisap rokok 10-20 batang per hari.
3. Perokok berat bila menghisap rokok >20 batang per hari (Bustan,M.N., 2000).
3.2.3. Cara Menghisap Rokok
Cara menghisap rokok adalah cara atau sikap responden dalam menghisap rokok. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Cara menghisap
rokok dapat dikelompokkan menjadi:
1. Menghisap dimulut saja yaitu dihisap kemudian ditelan ke dalam mulut 2. Menghisap dangkal yaitu begitu menghisap langsung dihembuskan.
3. Menghisap dalam yaitu menghisap rokok dengan cara ditelan sampai kedalam kerongkongan (Bustan,M.N., 2000).
3.2.4. Lama Menghisap Rokok
Lama menghisap rokok adalah waktu pertama kali merokok sampai dengan penderita terdiagnosis sebagai penderita hipertensi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi: 1. Menghisap rokok < 10 tahun.
2. Menghisap rokok > 10 tahun (Bustan,M.N., 2000).
3.2.5. Jenis Rokok yang Dihisap
Jenis rokok yang dihisap adalah bentuk sediaan rokok yang dihisap oleh responden. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1. Non Filter.
(33)
pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer maupun pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan tekanan darah sistole 10-25 mgHg dan menambah detak jantung 5-20 kali persatu menit (Mangku S., 1997).
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Hipertensi
Menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg
(Mansjoer A.,2000).
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (Corwin, Elizabeths J., 2001).
3.2.2. Jumlah Rokok yang Dihisap
Faktor resiko :
- Jumlah rokok yang dihisap
- Cara menghisap rokok - Lama menghisap rokok
- Jenis rokok
(34)
Jumlah rokok yang dihisap adalah banyaknya rokok yang dihisap penderita per hari. Data diperoleh melalui wawancara dengan responden. Jumlah rokok yang dihisap dikelompokan menjadi:
1. Perokok ringan bila menghisap rokok < 10 batang per hari. 2. Perokok sedang bila menghisap rokok 10-20 batang per hari.
3. Perokok berat bila menghisap rokok >20 batang per hari (Bustan,M.N., 2000).
3.2.3. Cara Menghisap Rokok
Cara menghisap rokok adalah cara atau sikap responden dalam menghisap rokok. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Cara menghisap
rokok dapat dikelompokkan menjadi:
1. Menghisap dimulut saja yaitu dihisap kemudian ditelan ke dalam mulut 2. Menghisap dangkal yaitu begitu menghisap langsung dihembuskan.
3. Menghisap dalam yaitu menghisap rokok dengan cara ditelan sampai kedalam kerongkongan (Bustan,M.N., 2000).
3.2.4. Lama Menghisap Rokok
Lama menghisap rokok adalah waktu pertama kali merokok sampai dengan penderita terdiagnosis sebagai penderita hipertensi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.
Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi: 1. Menghisap rokok < 10 tahun.
2. Menghisap rokok > 10 tahun (Bustan,M.N., 2000).
3.2.5. Jenis Rokok yang Dihisap
Jenis rokok yang dihisap adalah bentuk sediaan rokok yang dihisap oleh responden. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Untuk kepentingan analisis skala dikategorikan menjadi:
1. Non Filter.
(35)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan suatu keadaan atau suatu fenomena (Arikunto, 2007). Pemilihan desain deskriptif dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dari penelitian, yaitu ingin mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2010 – Agustus 2010. Waktu tersebut diambil sebagian dari waktu yang telah ditentukan oleh pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam buku ”Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah” untuk pengumpulan data penelitian.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut adalah karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan, rujukan, dan punya pengunjung yang relatif besar mengingat rumah sakit tersebut adalah salah satu rumah sakit umum (pemerintah) terbesar di Sumatera Utara.
(36)
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien-pasien yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik dengan kriteria inklusi: laki-laki, menderita hipertensi, merokok ataupun tidak merokok, serta bersedia mengikuti penelitian. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah perempuan dan tidak bersedia mengikuti penelitian.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling, suatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2006). Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan rumus: n = Z α2pq/d2.
Dengan memasukkan nilai p = 0.5, q = 0.5, d = 0.15, dan Z α = 1.96 serta tingkat
kepercayaan yang dikehendaki sebesar 85% dan tingkat ketepatan relatif 15% (Sugiyono, 2006). Maka diperoleh 43 sampel.
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Instrumen Pengumpulan Data
Ada beberapa macam lembar formulir yang digunakan, yaitu: 1. Formulir A
Formulir A merupakan lembaran informed consent yang memberikan penjelasan mengenai penelitian kepada responden.
2. Formulir B
Formulir B merupakan surat persetujuan orang untuk menjadi responden. 3. Formulir C
Formuliur C merupakan lembaran yang mengandung data-data demografi responden dan tekanan darah.
(37)
Formulir D merupakan kuisioner yang dijawab oleh responden tentang kebiasaan merokok mereka.
4.4.2. Uji Validitas
Validitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Validitas konstrak pada instrumen penelitian ini diuji dengan korelasi produk momen (Pearson Correlation) dengan menggunakan bantuan program komputer (SPSS versi 17.0). Setiap butir pertanyaan dikatakan valid apabila korelasi pearson (r hitung) lebih besar dari r tabel. Validitas konstrak ini penting untuk mengukur sifat atau bangunan-pengertian (construct) tertentu. Untuk pengesahan validitas hasil (output) dari validitas konstak dengan menggunakan SPSS versi 17.0 dapat dilihat pada bagian ‘lampiran’.
4.4.3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas instrumen penelitan (angket) pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Koefisien Reliabilitas Alpha dengan bantuan program komputer (SPSS versi 17.0). Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika nilai r lebih besar dari 0,60. Hasil (output) dari uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 17.0 dapat dilihat pada bagian ‘lampiran’.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari penilaian jawaban kuesioner sampel dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan juga grafik batang. Selanjutnya data dari tabel maupun diagram tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Proses pengolahan dan analisis data ini menggunakan bantuan komputer dengan software program SPSS versi 17.0.
(38)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh
pemerintah pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Km. 12. RSUP H.Adam Malik Medan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan, rujukan, dan punyai pengunjung yang relatif besar.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden. Umur Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pasien-pasien yang mempunyai hipertensi yang berjumlah 43 orang . Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki umur antara 61-70 tahun yaitu sebanyak 14 orang (32,5%). Sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berumur 21-30 dan 31-40
(39)
tahun yang masing-masing sebanyak 2 orang (4,7%). Lebih jelasnya berikut ini disajikan distribusi umur dari responden:
Tabel 5.1. Distribusi Responden menurut Umur
Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
21-30 2 4,7
31-40 2 4,7
41-50 6 13,9
51-60 11 25,6
61-70 14 32,5
71-80 8 18,6
Total 43 100,0
Berat Badan Responden
Data berat badan responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2. Distribusi Responden menurut Berat Badan
Berat Badan (Kg) Frekuensi Persentase (%)
41-50 4 9,3
51-60 14 32,6
61-70 15 34,9
71-80 8 18,6
81-90 1 2,3
91-100 0 0
101-110 1 2,3
Total 43 100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki berat badan antara 61-70 kg yaitu sebanyak 15 orang (34,9%).
5.1.3. Hasil Analisis Statistik Kebiasaan Merokok
(40)
Data dari responden yang memiliki hipertensi dihubungkan dengan kebiasaan merokok dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Responden menurut Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase (%)
Ya 41 95,3
Tidak 2 4,7
Total 43 100,0
Dari tabel di atas diketahui bahwa penderita hipertensi dengan kebiasaan
merokok adalah sebanyak 41 orang (95%). Sedangkan penderita hipertensi yang tidak merokok adalah sebanyak 2 orang (4,7%).
Untuk lebih jelasnya, distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:
Gambar 5.1. Distribusi Responden menurut Kebiasaan Merokok
Jumlah Rokok
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa dari 41 responden yang merokok dalam penelitian ini sebagian besar responden menghisap lebih dari 20 batang per hari yaitu sebanyak 26 orang (63,4%). Diikuti Responden yang menghisap rokok 10-20 batang setiap harinya adalah sebanyak 9 orang (22,0%)
(41)
dan responden yang menghisap rokok kurang dari 10 batang setiap harinya adalah sebanyak 6 orang (14,6%). Lebih jelasnya distribusi jumlah rokok yang dihisap responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4. Distribusi Responden menurut Jumlah Rokok yang Dihisap Jumlah Rokok per Hari
(Batang)
Frekuensi Persentase (%)
<10 6 14,6
10 – 20 9 22,0
>20 26 63,4
Total 41 100,0
Untuk lebih jelasnya, distribusi responden berdasarkan jumlah rokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:
(42)
Cara Menghisap Rokok
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui sebagian besar responden dalam penelitian ini menghisap rokok secara dalam yaitu sebanyak 27 orang (62,8%). Untuk responden yang menghisap rokok secara dangkal adalah sebanyak 12 orang (27,9%) dan hanya sebanyak 2 orang (4,7%) yang menghisap rokok di mulut saja. Lebih jelasnya distribusi responden berdasarkan cara menghisap rokok dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.5. Distribusi Responden menurut Cara Menghisap Rokok Cara Merokok Frekuensi Persentase (%)
Di mulut 2 4,9
Dangkal 12 29,3
Dalam 27 65,8
Total 41 100,0
Untuk lebih jelasnya, distribusi responden berdasarkan cara rokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:
Gambar 5.3. Distribusi Responden menurut Cara Menghisap Rokok
(43)
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menghisap rokok lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 36 orang (87,8%). Sementara yang menghisap rokok di bawah 10 tahun adalah sebanyak 5 orang (12,2%). Untuk lebih jelasnya, lama menghisap rokok responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6. Distribusi Responden menurut Lama Menghisap Rokok Lama Merokok
(Tahun)
Frekuensi Persentase (%)
<10 5 12,2
>10 36 87,8
Total 41 100,0
Distribusi responden berdasarkan lama merokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:
Gambar 5.4. Distribusi Responden menurut Lama Menghisap Rokok
Jenis Rokok
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menghisap rokok jenis non-filter yaitu sebanyak 27 orang (65,9%). Sementara
(44)
yang menghisap rokok jenis filter adalah sebanyak 14 orang (34,1%). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.7. Distribusi Responden menurut Jenis Rokok yang Dihisap Jenis Rokok Frekuensi Persentase (%)
Filter 14 34,1
Non filter 27 65,9
Total 41 100,0
Untuk lebih jelasnya, distribusi responden berdasarkan jenis rokok digambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:
Gambar 5.5. Distribusi Responden menurut Jenis Rokok yang Dihisap
Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Jumlah Rokok
Tabel 5.8. Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Jumlah Rokok Jenis
Rokok
Jumlah Rokok Total
< 10 batang 10-20 batang > 20 batang
N % N % N % N %
Filter 0 0 5 35,7 9 64,3 14 34,1
Non filter 6 22,2 4 14,8 17 63,0 27 65,9
(45)
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 14 orang responden yang menghisap rokok jenis filter terdapat 5 orang (35,7%) yang mengkonsumsi rokok sebanyak 10-20 batang setiap hari, 9 orang (64,3%) yang mengkonsumsi rokok sebanyak > 20 batang setiap hari dan tidak terdapat yang mengkonsumsi rokok < 10 batang setiap hari.
Sedangkan dari 27 orang yang menghisap rokok jenis non filter terdapat 6 orang (22,2%) yang mengkonsumsi rokok < 10 batang setiap hari, 4 orang (14,8%) yang mengkonsumsi rokok 10-20 batang setiap hari dan 17 orang (63,0%) yang mengkonsumsi rokok > 20 batang setiap hari.
Untuk lebih jelasnya, distribusi jenis rokok berdasarkan jumlah rokok dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 5.6. Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Jumlah Rokok
Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Cara Merokok
(46)
Jenis Rokok
Cara Merokok Total
Di mulut Dangkal Dalam
N % N % N % N %
Filter 1 7,1 4 28,6 9 64,3 14 34,1
Non filter 1 3,7 8 29,6 18 66,7 27 65,9
Total 2 4,9 12 29,3 27 65,8 41 100,0
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 14 orang yang menghisap rokok jenis filter terdapat 1 orang (7,1%) yang menghisap rokok dimulut saja, 4 orang (28,6%) yang menghisap rokok secara dangkal dan 9 orang (64,3%) yang menghisap rokok secara dalam.
Untuk lebih jelasnya, distribusi jenis rokok berdasarkan cara merokok dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 5.7. Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Cara Menghisap Rokok
Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Lama Merokok
(47)
Jenis Rokok
Lama Merokok Total
< 10 tahun > 10 tahun
N % N % N %
Filter 4 28,6 10 71,4 14 34,1
Non filter 1 3,7 26 96,3 27 65,9
Total 5 12,2 36 87,8 41 100
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 14 orang responden yang menghisap rokok jenis filter terdapat 4 orang (28,6%) yang menghisap rokok selama < 10 tahun dan 10 orang (71,4%) yang menghisap rokok selama > 10 tahun.
Sedangkan dari 27 orang responden yang menghisap rokok jenis non filter terdapat 1 orang (3,7%) yang menghisap rokok selama < 10 tahun dan 26 orang (96,3%) yang menghisap rokok selama > 10 tahun.
Untuk lebih jelasnya, distribusi jenis rokok berdasarkan lama merokok dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 5.8. Distribusi Jenis Rokok berdasarkan Lama Menghisap Rokok
Distribusi Cara Merokok berdasarkan Jumlah Rokok
Tabel 5.11. Distribusi Cara Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap Cara
Merokok
Jumlah Rokok Total
(48)
N % N % N % N %
Di Mulut 1 50,0 1 50,0 0 0 2 4,9
Dangkal 4 33,3 5 41,7 3 25,0 12 29,3
Dalam 1 3,7 3 11,1 23 85,2 27 65,8
Total 6 14,6 9 22,0 26 63,4 41 100,0
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 2 orang responden yang merokok secara dimulut saja terdapat 1 orang (50,0%) yang mengkonsumsi rokok < 10 batang, 1 orang (50,0%) mengkonsumsi rokok 10-20 batang setiap hari dan tidak terdapat yang mengkonsumsi rokok > 20 batang setiap hari.
Dari 12 orang responden yang menghisap rokok secara dangkal terdapat 4 orang (33,3%) yang mengkonsumsi rokok < 10 batang setiap hari, 5 orang (41,7%) yang mengkonsumsi rokok 10-20 batang setiap hari dan 3 orang (25,0%) yang mengkonsumsi rokok > 20 batang setiap hari.
Dari 27 orang responden yang menghisap rokok secara dalam terdapat 1 orang (3,7%) yang mengkonsumsi rokok < 10 batang setipa hari, 3 orang (11,1%) yang megkonsumsi 10-20 batang setiap hari dan 23 orang (85,2%) yang
mengkonsumsi rokok > 20 batang setiap hari.
Untuk lebih jelasnya, distribusi cara merokok berdasarkan jumlah rokok dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
(49)
Distribusi Lama Merokok berdasarkan Jumlah Rokok
Tabel 5.12. Distribusi Lama Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap Lama
Merokok
Jumlah Rokok Total
< 10 batang 10-20 batang > 20 batang
N % N % N % N %
< 10 tahun 1 20,0 3 60,0 1 20,0 5 12,2 > 10 tahun 5 13,9 6 16,7 25 69,4 36 87,8
Total 6 14,6 9 22,0 26 63,4 41 100,0
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 5 orang responden yang menghisap rokok selama < 10 tahun terdapat 1 orang (20,0%) yang menghisap rokok sejumlah < 10 batang setiap hari, 3 orang (60,0%) yang menghisap rokok sejumlah 10-20 batang setiap hari dan 1 orang (20,0%) yang menghisap rokok sejumlah > 20 batang setiap hari.
Sedangkan dari 36 orang responden yang menghisap rokok selama > 20 tahun terdapat 5 orang (13,9%) yang menghisap rokok sejumlah < 10 batang setiap, 6 orang (16,7%) yang menghisap rokok sejumlah 10-20 batang setiap hari dan 25 orang (69,4%) yang menghisap rokok sejumlah > 20 batang setiap hari.
(50)
Untuk lebih jelasnya, distribusi lama merokok berdasarkan jumlah rokok dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 5.10. Distribusi Lama Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap
Distribusi Lama Merokok berdasarkan Cara Merokok
(51)
Lama Merokok
Cara Merokok Total
Di Mulut Dangkal Dalam
N % N % N % N %
< 10 tahun 0 0 2 40,0 3 60,0 5 12,2
> 10 tahun 2 5,6 10 27,8 24 66,7 36 87,8
Total 2 4,9 12 29,3 27 65,8 41 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 5 orang responden yang menghisap rokok selama < 10 tahun terdapat 2 orang (40,0%) yang menghisap rokok dengan cara dangkal, 3 orang (60,0%) yang menghisap rokok secara dalam dan tidak terdapat yang menghisap rokok secara di mulut saja.
Sedangkan dari 36 orang responden yang menghisap rokok selama > 10 tahun terdapat 2 orang (5,6%) yang menghisap rokok secara dimulut saja, 10 orang (27,8%) yang menghisap rokok secara dangkal dan 24 orang (66,7%) yang menghisap rokok secara dalam.
Untuk lebih jelasnya, distribusi lama merokok berdasarkan cara merokok dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 5.11. Distribusi Lama Merokok berdasarkan Cara Menghisap Rokok
(52)
Kebiasaan merokok pada penelitian ini dilihat dari empat variabel, yaitu jumlah rokok yang dihisap, cara merokok, lama rokok yang dihisap, dan jenis rokok yang dihisap.
Ditinjau dari segi jumlah rokok yang dihisap ternyata kebanyakan penderita hipertensi merokok dengan jumlah di atas 20 batang per hari. Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap, maka dalam tempo setahun, bagi perokok yang merokok sebanyak 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, maka akan semakin besar pula kecenderungan seseorang untuk
menderita hipertensi. Menurut Mangku, S (1997) ,hal ini adalah karena beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan), suatu saat dosis
racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, pada perokok-perokok berat dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 20 batang setiap hari akan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih cepat dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisapnya kurang dari 10 batang setiap harinya. Jika dilihat dari cara merokok ternyata kebanyakan penderita hipertensi merokok secara dalam. Menurut G. Sianturi (2003) bahwa asap rokok utamanya
mengandung gas CO yang dapat menimbulkan desaturasi hemoglobin,
menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu
pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Selain zat CO, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga
merangsang peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO, dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah
penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Dengan penghisapan yang dalam maka zat-zat beracun tersebut volumenya akan lebih
(53)
banyak masuk ketubuh sehingga dampaknya akan lebih cepat tampak bila dibandingkan dengan merokok yang dihisap secara dangkal.
Setelah penelitian ini dilakukan, ternyata didapatkan data bahwa sebagian besar penderita hipertensi merokok selama lebih dari 10 tahun. Menurut pendapat Mangku, S (1997) bahwa beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya. Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.
Dari jenis rokok yang hisap diketahui bahwa ternyata kebanyakan penderita hipertensi menghisap rokok jenis non-filter. Ini kemungkinan besar disebabkan karena pada rokok jenis yang non-filter zat-zat racun seperti nikotin, tar, gas CO, dan lain-lain kandungannya lebih banyak dibandingkan dengan jenis rokok filter selain tidak adanya filter (penyaring) pada rokok jenis non-filter. Menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg Hal ini akan mengakibatkan zat-zat racun tersebut akan lebih banyak masuk ke dalam tubuh dibandingkan dengan rokok jenis filter dan
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah sehingga lama-kelamaan akan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
(54)
BAB 6
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi di RSUP H.Adam Malik Medan adalah mayoritasnya perokok yaitu sebanyak yaitu sebanyak 41 orang daripada 43 responden. Gambaran dari mayoritas kebiasaan merokok tersebut adalah: menghisap rokok > 20 batang setiap hari ada sebanyak 26 orang (63,4%), menghisap rokok secara dalam ada sebanyak 27 orang (65,8%), menghisap rokok selama > 10 tahun ada sebanyak 36 orang (87,8%), dan mengkonsumsi rokok nonfilter ada sebanyak 27 orang (65,9%).
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi rokok khususnya rokok-rokok jenis non filter.
2. Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko hipertensi hendaknya dilakukan terus-menerus baik oleh pemerintah maupun instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi.
3. Untuk peneltian selanjutnya, dapat dijadikan sebagai acuan dan diharapkan mengambil populasi yang lebih spesifik dan lebih besar. 4. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat mengendalikan faktor perancu
atau counfounding factor dengan analisis lebih lanjut sehingga dapat menilai kebiasaan merokok dengan indikator jenis, jumlah, cara, dan lama merokok.
(55)
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T, Hendra U., 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI.
Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 56-114; 134-150.
Beevers, Gareth, D., Lip, Gregory Y. H., Eoin, O., 2002. ABC of Hypertension, 5th
ed. Blackwell Publishing. Available from: [Accessed 21 March 2010].
Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Corwin, Elizabeths J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U. Jakarta: EGC.
Hartati, Kris, 2007. Penderita Hipertensi. Available from:
Harahap, J., Fujiati, I.I., Wahyuni, A.S., Amelia, R., 2009.
Panduan Penulisan Proposal Penenlitian dan Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Ismael, S., and Sastroasmoro, S., 1995. Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binurupa Aksara.
(56)
Dalam FK Unud. RSUP Sanglah Denpasar, Divisi Geriatri. Available from:
Mangku, S., 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta:Gramedia Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 34; 46-50; 112-136.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. 2001. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Robbins and Coatran, 2005. Pathologic Basis of Disease.7th ed. Elsevier.
Sianturi, G., 2003. Merokok dan Kesehatan. Available from:
[Accessed 15 March 2010].
Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Indonesia.
Soeharto I., 2001. Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik. Yayasan Pembina Kardiovaskuler Indonesia. Available from:
. [Accessed 13 March 2010].
Soamole, I., 2004. Hubungan Antara Sikap Terhadap Merokok dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Available from:
(57)
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 21; 55-60; 267 280.
Suma’mur P.K. 1998. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.
Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wardoyo, 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku Agency.
(58)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Jegathes Jode
Tempat/Tanggal Lahir : Segamat,Johor,Malaysia / 22 Juni 1986 Agama : Hindu
Alamat : No.33/41, Jln.Drg Nazir Alwi, Pintu 4, Kampus USU, Medan
20155, Indonesia
Riwayat Pendidikan : 1. UPSR SRK Mambau 2. PMR SMK King George V 3. SPM SMK King George V 4. STPM SMK King George V
5. MATRICULATION OF FOUNDATION IN MEDICINE
Kolej Sentral, Pahang, Malaysia.
6. Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2007
Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi : Board member of Kelab Kebudayaan India Malaysia Medan Sesi 20
(59)
FORMULIR A
INFORMED CONSENT
Yth : Saudara
Saya, Jegathes Jode, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ingin membuat penelitian gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi.
Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan Formulir C untuk mengumpul data-data demografi responden dan Formulir D yaitu kuisioner tentang kebiasaan merokok. Data-data dibutuhkan untuk melakukan kajian dan analisa tentang penelitian ini. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan.
Saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk bekerjasama dalam menjawab soalan-soalan penelitian saya. Setiap data adalah rahsia, tidak akan disebarluas serta hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian sahaja. Segala kerjasama dari saudara/saudari amatlah saya hargai.
(60)
FORMULIR B
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :
Umur : Alamat : No HP :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul : GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN-PASIEN HIPERTENSI YANG DATANG BEROBAT KE BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUP H. ADAM MALIK MEDAN, saya bersetuju untuk ikut serta dalam uji penelitian ini.
Medan,………… 2010
Mengetahui, Penanggungjawab penelitian,
..………. (JEGATHES JODE)
Yang menyatakan, Responden,
………...
(61)
FORMULIR C DATA RESPONDEN
NAMA :
UMUR :
BERAT BADAN : TEKANAN DARAH :
FORMULIR D
KUISIONER (WAWANCARA) I. Data Demografi
1.Kode (diisi oleh peneliti) :
2. Usia :
3. Berat Badan :
4. Jenis kelamin : a. ( ) laki-laki b. ( ) perempuan 5. Alamat
6. Pendidikan terakhir : a. ( ) tidak sekolah b. ( ) SD
c. ( ) SMP
d. ( ) SMU
e. ( ) Perguruan tinggi 7. Pekerjaaan :
(62)
Pertanyaan:
1. Apakah Bapak perokok? a. Ya
b. Tidak
2. Rokok apa yang biasanya Bapak hisap? a. Filter
b. Non filter
3. Berapa batang rokok yang Bapak hisap tiap hari? a. < 10 batang per hari
b. 10 – 20 batang per hari c. > 20 batang per hari
4. Bagaimana cara Bapak menghisap rokok tersebut? a. Di mulut saja
b. Dangkal c. Dalam
5. Sudah Berapa lama Bapak merokok sebelum terkena hipertensi ? a. < 10 tahun
(1)
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 21; 55-60; 267 280.
Suma’mur P.K. 1998. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.
Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wardoyo, 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku Agency.
(2)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Jegathes Jode
Tempat/Tanggal Lahir : Segamat,Johor,Malaysia / 22 Juni 1986
Agama : Hindu
Alamat : No.33/41, Jln.Drg Nazir Alwi, Pintu 4, Kampus USU, Medan
20155, Indonesia
Riwayat Pendidikan : 1. UPSR SRK Mambau 2. PMR SMK King George V 3. SPM SMK King George V 4. STPM SMK King George V
5. MATRICULATION OF FOUNDATION IN MEDICINE
Kolej Sentral, Pahang, Malaysia.
6. Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2007
Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi : Board member of Kelab Kebudayaan India Malaysia Medan Sesi 20
(3)
FORMULIR A
INFORMED CONSENT
Yth : Saudara
Saya, Jegathes Jode, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ingin membuat penelitian gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi.
Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan Formulir C untuk mengumpul data-data demografi responden dan Formulir D yaitu kuisioner tentang kebiasaan merokok. Data-data dibutuhkan untuk melakukan kajian dan analisa tentang penelitian ini. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan.
Saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk bekerjasama dalam menjawab soalan-soalan penelitian saya. Setiap data adalah rahsia, tidak akan disebarluas serta hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian sahaja. Segala kerjasama dari saudara/saudari amatlah saya hargai.
(4)
FORMULIR B
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :
Umur : Alamat : No HP :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul : GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN-PASIEN HIPERTENSI YANG DATANG BEROBAT KE BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUP H. ADAM MALIK MEDAN, saya bersetuju untuk ikut serta dalam uji penelitian ini.
Medan,………… 2010
Mengetahui, Penanggungjawab penelitian,
..………. (JEGATHES JODE)
Yang menyatakan, Responden,
………...
(5)
FORMULIR C DATA RESPONDEN
NAMA :
UMUR :
BERAT BADAN : TEKANAN DARAH :
FORMULIR D
KUISIONER (WAWANCARA) I. Data Demografi
1.Kode (diisi oleh peneliti) :
2. Usia :
3. Berat Badan :
4. Jenis kelamin : a. ( ) laki-laki b. ( ) perempuan 5. Alamat
6. Pendidikan terakhir : a. ( ) tidak sekolah b. ( ) SD
c. ( ) SMP
d. ( ) SMU
e. ( ) Perguruan tinggi
(6)
Pertanyaan:
1. Apakah Bapak perokok? a. Ya
b. Tidak
2. Rokok apa yang biasanya Bapak hisap? a. Filter
b. Non filter
3. Berapa batang rokok yang Bapak hisap tiap hari? a. < 10 batang per hari
b. 10 – 20 batang per hari c. > 20 batang per hari
4. Bagaimana cara Bapak menghisap rokok tersebut? a. Di mulut saja
b. Dangkal c. Dalam
5. Sudah Berapa lama Bapak merokok sebelum terkena hipertensi ? a. < 10 tahun