6
mencari sendiri, menemukan, menentukan, dan merumuskan, bukan hanya ikut urutan praktikum yang dibuat guru. Penelitian bebas, yang tidak diberi rambu-
rambu seperti biasanya perlu digalakkan. Hubungan guru-siswa dialogis, hubungan guru dan siswa yang ideal
adalah dialogis. Mereka saling membantu dalam mengembangkan diri mereka. Mereka saling terbuka dalam proses belajar mengajar sehingga siswa terbantu
dalam mengembangkan pribadi dan pengetahuan mereka. Dalam hubungan dialogis itu, guru tidak main diktator atau sebagai penguasa, tetapi lebih sebagai
teman yang mendampingi siswa. Siswa pun berani terbuka untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pendapat, dan keinginannya kepada guru. Guru dan siswa dapat
saling kritis dalam mencari kebenaran. Metode pembelajaran yang digunakan selama ini adalah pembelajaran
konvensional. Pembelajaran konvensional ini terdiri dari metode ceramah yang bervariasi dengan metode latihan, diskusi, tanya jawab dan lain-lain. Metode ini
tidak senantiasa jelek bila penerapannya dipersiapkan dengan baik, didukung alat- alat dan media, serta menggunakan batas-batas kemungkinan penggunaan.
Pemilihan metode pembelajaran yang dianggap baik diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik pada siswa. Peningkatan prestasi
belajar ini dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan dengan alat ukur berupa hasil tes.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan:
7
1. apakah penerapan metode pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan
daya kritis siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? 2.
apa sajakah hambatan-hambatan penerapan metode pembelajaran Problem Solving pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
1.3 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari penafsiran yang keliru dalam penelitian tindakan kelas ini. Penegasan istilah dalam penelitian ini
meliputi istilah-istilah sebagai berikut: 1.
Peningkatan Kata “peningkatan” berasal dari kata tingkat yang berarti naik, dengan
imbuhan pe-an kata “tingkat” berubah menjadi “peningkatan” yang artinya penaikan. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud peningkatan
adalah peningkatan kekritisan siswa kelas x SMA N 3 Pemalang. Peningkatan kekritisan ini dilakukan karena berdasar hasil observasi yang dilakukan
sebelumnya ditemukan adanya sikap pasif siswa dalam proses belajar mengajar, kurang adanya hubungan dialogis atau komunikasi dua arah baik
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Oleh sebab itu peneliti mengupayakan untuk meningkatkan daya kritis siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran problem solving, dimana dalam tahapan pembelajarannya siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar.
2. Daya Kritis
8
Daya kritis berangkat dari kata daya dan kritis. Daya adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan kritis adalah tajam
dalam penganalisaan. Jadi daya kritis adalah kemampuan berpikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal, sehingga ada rasa ingin tahu
yang besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada
.
3. Meode pembelajaran Problem solving
Metode pemecahan masalah problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah, seperti masalah gejolak politik dan masalah sosial dunia nyata yang relevan dengan materi mata pelajaran. Dalam proses
pembelajarannya siswa dituntut aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan, sehingga dapat memekarkan daya kritis siswa.
1.4 Tujuan Penelitian