ISBN: 978-602-19590-2-2
penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam menjawab soal matematika yang ditulis dalam dwibahasa?. Berdasarkan pada rumusan masalah
penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam menjawab soal yang ditulis dalam dwibahasa.
2. Kajian Pustaka
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna, Munsyi dalam Uno [8], mengemukakan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu
yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada
performance
dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-
tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan.
Performance
merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati, tetapi juga meliputi perihal yang tidak tampak.
Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari Bahasa Inggris
competence
sama dengan
being competent
dan
competent
sama dengan
having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc
. Menurut Fullan [2],
competence is broad capacities as fully human attribute
.
Competence is supposed to include all
“qualities of personal effectiveness that are required in the workplace”; it is certain that
we have here a very diverse set of qualities indeed: attitudes, motives, interests, personal attunements of all kinds, perceptiveness, receptivity, openness, creativity, social skills
generally, interpersonal maturity, kinds of personal identification, etc. as well as knowledge, undersatandings, action and skills.
Inti dari pengertian kompetensi menurut Fullan tersebut lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseorangmasyarakat daripada apa yang mereka ketahui
what people can do rather than what they know
. Hal ini ditandaskan oleh Houston yang dikutip oleh Samana bahwa kompetensi adalah kemampuan yang ditampilkan guru dalam
melaksanakan kewajibannya memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat Samana [5].
Menurut Knezevich [4], kompetensi adalah kemampuan-kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi. Kemampuan menurut Knezevich merupakan hasil
penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kecerdasan, dan lain-lain yang dimiliki
seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan
kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Spencer and Spencer [7] mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari
seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif danatau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. R.M. Guion dalam Spencer Spencer [7] mendefinisikan
kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir, dalam segala situasi, dan berlangsung terus dalam
periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari
pikiran, sikap, dan perilakunya.
Lebih lanjut Spencer Spencer [7] membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut: 1 Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang
menyebabkan sesuatu. Contohnya, orang yang termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggung jawab
melaksanakannya; 2 Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi
1387
KNM XVI - 3-6 Juli 2012
– UNPAD, Jatinangor
atau informasi. Contoh penglihatan yang baik adalah sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu halnya dengan kontrol diri emosional dan inisiatif adalah lebih kompleks dalam
merespons situasi secara konsisten. Kompetensi sifat inipun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas; 3 Konsep diri, yaitu sikap,
nilai, dan image diri seseorang. Contohnya, kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan seseorang agar dia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari
konsep diri; 4 Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. Contohnya, pengetahuan ahli bedah terhadap urat saraf dalam tubuh manusia;
dan 5 Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah keterampilan program
computer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berfikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.
Spencer Spencer [7] juga mengaktegorikan kompetensi ke dalam dua bagian, yaitu
threshold competences
dan
differentiating competences
.
Threshold competences
adalah karakteristik esensial biasanya pengetahuan atau keterampilan dasar, seperti kemampuan membaca yang seseorang butuhkan untuk menjadi efektif dalam suatu
pekerjaan, tetapi bukan untuk membedakan pelaku superior dari yang rata-rata. Contohnya, pengetahuan pedagang tentang produk atau kemampuan mengisi faktur.
Differentiating competences
membedakan pelaku yang superior dari biasanya. Contohnya, orientasi prestasi yang diekspresikan dalam tujuan seseorang adalah lebih
tinggi dari yang dikehendaki oleh organisasi. Kompetensi menurut Spencer Spencer [7] adalah karakter mendasar dari seseorang yang menyebabkannya sanggup menunjukkan
kinerja efektif atau superior di dalam suatu pekerjaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan
be able to do
seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakulan
be able to do
sesuatu dalam pekerjaannya, tentu harus memiliki kemampuan
ability
dalam bentuk pengetahuan
knowledge
, sikap
attitude
, dan keterampilan
skill
yang sesuai dengan bidang pekerjaanya.
Arti dari pendapat Spencer Spencer [7], kompetensi merupakan faktor utama yang dimiliki individu
the best performer
berprestasi unggul yang membuatnya berbeda dengan
average-performer
berprestasi biasa atau rata-rata. Idealnya uji kompetensi siswa adalah upaya untuk memperoleh siswa yang berprestasi unggul dan dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas pada bidang keahliannya. Implikasi dari pernyataan ini adalah seorang guru atau lembaga dimana guru itu bekerja
harus mampu merancang suatu alat uji kompetensi murid sehingga dapat menghasilkan murid yang memiliki kompetensi profesional yang relevan dengan kebutuhan perguruan
tinggi tempat siswa tersebut melanjutkan sekolah.
3.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Denpasar, dengan pertimbangan sekolah ini merupakan salah satu sekolah RSBI di Kota Denpasar yang sudah menyelenggarakan
pembelajaran matematika menggunakan Bahasa Inggris bilingual lebih dari 3 tahun.
Campbell dan Stanley dalam Arikunto [1] membagi jenis-jenis rancangan penelitian berdasarkan atas baik dan buruknya eksperimen, atau sempurna tidaknya
eksperimen. Secara garis besar mereka mengelompokkan menjadi:
Pre Experimental Design
eksperimen yang belum baik dan
True Experimental Design
eksperimen yang dianggap sudah baik.
Pre Experimental Design
seringkali dipandang sebagai eksperimen
1388
ISBN: 978-602-19590-2-2
yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu sering disebut juga dengan istilah “
quasi experiment
” atau eksperimen pura-pura. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah
mengikuti peraturan-peraturan tertentu. Ada 3 jenis desain yang dimasukkan ke dalam kategori
pre experimental design
, yaitu: 1
One shot case study
, 2
Pre test and Post Test,
dan 3
Static Group Comparison.
Penelitian ini menggunakan model rancangan penelitian
pre experimental design
dengan jenis desain
One-shot case study
. Menurut Arikunto [1] jenis desain
One-shot case study
, peneliti hanya mengadakan
treatment
satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian dilakukan
post test
. Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari: pemberian perlakuan, kemudian
dilaksanakan
post test
. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian materi pelajaran yang akan diujikan, setelah pemberian materi siswa diberikan
post test,
berupa model tes yang terdiri dari sepuluh pasang soal yang dibuat setara,
sepuluh berbahasa Inggris dan sepuluh lagi ditulis dalam bahasa Indonesia dan setiap pasang soal menguji pokok bahasan yang
sama. Model tes diujicobakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Denpasar, yang terdiri dari 4 kelas masing-masing kelas terdiri dari 30-32 siswa, sehingga total sampel penelitian
adalah 119 siswa.
Persiapan metode dalam menguji hipotesis penelitian, variable-variabel penelitian diidentifikasikan terlebih dahulu. Variabel dalam penelitian ini adalah Skor hasil belajar
siswa dalam menjawab soal matematika dalam Bahasa Inggris dan Skor hasil belajar siswa dalam menjawab soal matematika dalam Bahasa Indonesia.
Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Terdapat perbedaan perolehan hasil belajar siswa dalam menjawab soal matematika dalam Bahasa Inggris
dibandingkan dengan soal matematika dalam Bahasa Indonesia. Model uji kompetensi yang dihasilkan melalui pengembangan diharapkan dapat
dipakai sebagai model untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa. Model uji kompetensi yang dirancang adalah sekumpulan pertanyaan yang disusun secara terencana
guna memperoleh informasi tentang siswa. Perancangan model uji kompetensi melalaui beberapa tahapan antara lain adalah penyusunan kisi-kisi. Menurut Jihad and Haris [3]
ada hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kisi-kisi, yaitu membuat daftar kompetensi dasar yang akan diuji, kemudian menentukan indikator, selanjutnya
menentukan jenis tagihan, bentuk dan jumlah butir soal. Setelah rancangan uji kompetensi selesai dibuat, selanjutnya didiskusikan dengan tim pakar yang sudah
berpengalaman dalam bidang ini untuk mendapatkan masukkan sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan dari rancangan ini. Tim pakar adalah orang yang memiliki
kompetensi dibidang matematika dan menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. Setelah diketahui kelemahan rancangan tersebut, maka dilakukan perbaikan.
Perbaikan ini dilakukan oleh peneliti atau guru serta melibatkan tim ahli.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis statistika deskriptif dan inferensial, dengan bantuan
SPSS
versi 15.0
for Windows.
Untuk melihat sebaran data variabel penelitian digunakan statistik deskriptif, untuk melihat
keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya digunakan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan uji t untuk dua sampel bebas
independent sample t test
, dengan taraf signifikansi sebesar 5. Menurut Santoso, S. dan Tjiptono, F. [6], uji t dua sampel independent pada prinsipnya akan membandingkan rata-rata dari dua grup
yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, dengan tujuan apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikan.
1389
KNM XVI - 3-6 Juli 2012
– UNPAD, Jatinangor
4. Hasil dan Pembahasan