EKSISTENSI KOMISI INFORMASI PUBLIK DITINJAU BERDASARKAN ASAS KETERBUKAAN DAN ASAS EFEKTIVITAS

(1)

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD HERIZA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

1. Tim Penguji

Ketua :Sudirman Mechsan, S.H.,M.H ...

Sekretaris /Anggota :Syamsir Syamsu, S.H.,M.H ...

Penguji Utama :Sri Sulastuti S.H.,M.H ...

2. Pejabat Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.H. NIP. 1962110987031003


(3)

Penulis dilahirkan di Kebagusan, pada tanggal 14 juli 1990, anak pertama dari tiga (3) bersaudara putra pasangan dari perkawinan Zulhawas, S.E.,M.M dan Masneli Spd. Menginjak usia enam tahun, penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan, lulus pada tahun 2002. Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurul Iman Gedong Tataan, lulus pada tahun

2005. Melanjut pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Gedong Tataan, lulus tahun 2008.

Kemudian pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Mandiri, Ujian Masuk Lokal (UML). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi baik internal maupun eksternal kampus. Penulis pernah menjadi pengurus BEM-FH, UPT Mahkamah FH, Hima Han FH, serta menjadi Ketua Komisi Kelembagaan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FH pada periode 2010-2011. Penulis juga pernah mengikuti Seminar Daerah dan Nasional yang diselenggarakan oleh Lembaga-lembaga Kemahasiswaan yang ada di Fakultas Hukum Unila.

Tahun 2011, penulis mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Penumangan, Kecamatan Tuba Tengah, Kab. Tulang Bawang Barat. Sampai dengan penulis menyelesaikan skripsi ini, penulis masih terlibat aktif di LBH Bandar Lampung.


(4)

Bismillahhirrahmanirrahim ...

Dengan menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang

Lebih baik kita tidak mengetahui tapi jujur di ucapkan, dari pada kita mengetahui

tapi tidak jujur di ucapkan..

(Muhammad Heriza)

Ketahuilah ..! Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan diminta

pertanggung-jawaban atas kepemimpinan-mu..

"Tiiada suatu rezeki Sang Kuasa yg iaa berikan kepada seorang hamba-Nya yang lebih

luas bagi-Nya, kecuali sabar..

(HR. Al-Hakim)


(5)

Segala Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakanku dengan segala kelebihan dan kekuranganku, karena atas rahmat dan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “EKSISTENSI KOMISI INFORMASI PUBLIK DITINJAU BERDASARKAN ASAS KETERBUKAAN DAN ASAS EFEKTIVITAS”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Selesainya skripsi ini merupakan ikhtiar penulis yang tidak bisa lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Admistrasi Negara Fakultas Hukum Universitas lampung

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H Selaku Sekretaris Jurusan Bagian Hukum Admistrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung


(6)

skripsi ini.

6. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, mencurahkan perhatian dan pemikiran, meluangkan waktu membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Srisulastuti, S.H.,M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat berarti buat penulisan skripsi ini.

8. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan sumbang saran serta kritik yang tentunya berati dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Para Dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan.

10. Papa dan Mama tercinta, Orang Tua yang dengan segala doa dan dukungan tiada hentinya terus memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak akan bisa saya hitung seberapa besar pengorbanan yang telah kalian berikan untuk saya.

11. Deni and Nana, adik yang sangatcaredengan abangnya,thanks.

12. Almamater-Ku Keluarga Besar Universitas Lampung tercinta yang sudah memberi banyak ilmu pengetahuan serta wawasan yang tentu sangat berharga dan berguna untuk menjalani hidup kedepan.

13. Teman-teman seperjuangan Komisariat Hukum Unila.

14. Teman-teman nongkrong, Candra, Andi (Centeng), Imron, Febri, Nai, Indra dan kawan2 Mahusa Lainnya.


(7)

16. Komunitas Warung Mak Sugeng untuk anak Non Reg, mulai dari angkatan 2005 sampai dengan 2008, dan teman-teman lainnya, tanpa terkecuali.

17. Keluarga Besar HmI Komisariat Hukum Unila, tanpa terkecuali.

18. Seluruh penggerak dan partisipan yang terlibat di Dewan Rakyat Lampung (DRL) Hidup Rakyat !!!

19. Keluarga Besar (YLBHI) LBH Bandar Lampung.

20. Seluruh kerabat keluarga yang terlibat dari awal pra tes Mandiri Ujian Masuk Lokal (UML) hingga pasca Wisuda.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, pemerhati dan pengguna hukum, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan. Penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua.Amin

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,


(8)

Halaman BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 9

1.2.1 Permasalahan... 9

1.2.2 Ruang Lingkup... 10

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian... 10

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 11

BA B 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Komisi Negara Sebagai Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaran RepublikIndonesia…... 12

2.1.1 Teori Kewenangan Konstitusional Komisi-Komisi Negara. 14 2.1.2 Pengertian Peraturan Perundang-Undangan... 15

2.1.3 Asas Peraturan Perundang-undangan... 16

2.1.4 Kerangka Peraturan Perundang-undangan ... 17

2.2 Sistem Ketatanegaraan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Pasca-Amandemen ... 18

2.2.1 Struktur Komisi Informasi di Struktur Ketatanegaraan ... 19

2.3 Pengertian Dan Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik .. 21

2.3.1 Pengertian Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik ... 21

2.3.2 Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik... 23

2.4 Pengerttian-Pengertian ... 24

2.4.1 Pengertian Eksistensi ... 24


(9)

2.4.5 Pengertian Informasi Publik... 27

2.4.6 Pengertian Badan Publik ... 31

2.4.7 Pengertian Komisi Informasi ... 32

2.4.8 Pengertian Sengketa Informasi Publik ... 32

2.4.9 Pengertian Mediasi... 32

2.4.10 Pengertian Ajudikasi... 32

2.4.11 Pengertian Pejabat Publik... 32

2.4.12 Pengertian Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.... 32

2.4.13 Pengertian Pemohon Informasi Publik... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah... 34

3.2 Sumber dan Jenis Data ... 35

3.2.1 Data Primer ... 35

3.2.2 Data Sekunder ... 36

3.3 Tehnik Pengumpulan Dan Pengolahan Data... 36

3.3.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 36

3.3.2 Metode Pengolahan Data ... 37

3.4 Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 39

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.1.2 Hasil Pembahasan Rancangan Undang-Undang Komisi Informasi ... 42

4.1.3 Keterbukaan Informasi Dalam Perspektif UU KIP... 47

4.2 Eksistensi Komisi Informasi Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia 48 4.2.1 Lembaga/Badan Penyelenggara Pemerintah Untuk Pelayanan Publik ... 50

4.2.2 Korelasi Keterbukaan Komisi Informasi dengan Penyelenggaraan Negara Yang Bebas Dari KKN (Korupsi,Kolusi,Nepotisme).. 56


(10)

4.3 Tugas dan Tanggungjawab Komisioner Provinsi Lampung Untuk

Menangani Sektor- Sektor Informasi... 59

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 68 5.2 Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Informasi adalah kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk dapat mengembangkan hidupnya baik secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial budaya serta keamanan dalam rangka pengembangan pribadi dan lingkungannya. Oleh karena itu tidak salah jika kebebasan memperoleh informasi publik merupakan bagian dari hak asasi manusia. Bahkan efektifitas pembangunan nasional juga ditentukan oleh adanya komunikasi yang baik antara pemerintah selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan jika ada transpransi informasi publik. (zulkarnaen dkk, 2006 : 1)

Indonesia juga merupakan negara yang sedang berkembang, baik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi maupun didalam sistem pemerintahan. Era globalisasi yang menuntut kebebasan informasi, kebebasan pers dan media massa merupakan suatu sarana penting yang menjadi kebutuhan untuk konsumsi publik, masyarakat yang butuh akan informasi dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkannya melalui berbagai macam media baik media elektronik maupun media lainnya sehingga kebutuhan akan informasi kian meningkat.


(12)

Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi informasi berdampak langsung terhadap era keterbukaan. Saat ini setiap orang mampu menerima informasi langsung dan lebih cepat dari sebelumnya.

Dunia yang sekarang ini sudah memasuki era kebebasan informasi, dalam hal informasi yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemerintahan amatlah penting untuk diketahui oleh publik, karena semakin terbukanya informasi terhadap publik maka semakin terbuka pula peluang masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mendorong serta menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih. Era informasi ini sejalan dengan demokratisasi, pengurangan dominasi pemerintah, pemajuan civil liberties, civil society, hak asasi manusia, pemberdayaaan publik dan ihwal lain yang serupa. Sejak reformasi 1998 Indonesia sudah mulai menuju kearah perubahan yang menuntut keterbukaanya informasi publik, dengan terbukanya informasi kepublik maka peluang rakyat untuk berpartisipasi dalam berbagai kebijakan publik

menjadi lebih besar, karena rakyat yang “open informed” (terbuka dengan

informasi) akan menjadi kekuatan dan aktor dalam proses penetuan dan pengawasan kebijakan publik.

Arus informasi yang lebih baik akan menghasilkan pemerintahan yang efektif dan membantu pengembangan yang lebih fleksibel serta kerjasama antara publik dan pemerintah akan semakin erat karena informasi yang semakin banyak tersedia. Keterbukaan informasi publik memuat masyarakat dapat mengontrol setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Penyelenggaraan kekuasaan dalam negara demokrasi harus setiap saat dapat dipertanggungjawabkan kembali


(13)

kepada masyarakat. Akuntabilitas membawa ke tata pemerintahan yang baik yang bermuara pada jaminan pada hak asasi manusia.

Keterbukaan informasi sejalan dengan salah satu pilar reformasi yakni transparansi. Secara komprehensif Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) mengatur mengenai kewajiban badan publik negara dan badan publik non negara untuk memberikan pelayanan informasi yang terbuka, transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Komisi Informasi (KI) pun dibentuk sebagai lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang Keterbukaan Iformasi Publik (KIP) dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator Komisi Informasi. Sedangkan ajudikasi nonlitigasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh Komisi Informasi.

Pembentukan KI diawali dengan penetapan keanggotaan Komisi Informasi Pusat (KI Pusat) dengan Keputusan Presiden No 48/P tahun 2009 tertanggal 2 Juni 2009 setelah dilakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap para calon oleh DPR RI. KI Pusat beranggotakan 7 komisioner, dengan dua orang dari unsur Pemerintah dan lima dari unsur masyarakat (media massa, kampus, dan LSM). Menurut pasal 24 UU KIP, selain KI Pusat yang berkedudukan di Ibu Kota Negara, wajib dibentuk Komisi Informasi Provinsi (KI Provinsi) yang berkedudukan di ibu kota provinsi dan bila diperlukan dapat dibentuk Komisi


(14)

Informasi Kabupaten /Kota (KI Kab/Kota) berkedudukan di ibu kota Kabupaten/ kota dan masing-masing beranggotakan 5 orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat. KI Provinsi dan KI kabupaten/kota juga bertugas menerima, memeriksa dan memutuskan sengketa-sengketa informasi publik di daerah melalui mediasi dan atau ajudikasi non litigasi. Dalam UU KIP terdapat pengelompokan informasi diantaranya pertama, informasi yang wajib disediakaan dan diumumkan badan publik secara berkala. Contohnya profil, kinerja, dan rencana anggaran badan publik dan laporan keuangan. Kedua, informasi yang wajib disampaikan secara serta merta. Contohnya BMKG wajib menginformasikan prediksi bencana tsunami pasca gempa kepada masyarakat. Ketiga, Informasi yang wajib tersedia setiap saat. Contohnya informasi tentang prosedur pelayanan publik dan tarif. Keempat, informasi yang dikecualikan atau yang dikategorikan rahasia (pasal 17 UU KIP). Contohnya informasi yang dapat mengganggu penyidikan, seperti informasi rencana penggerebekan teroris, informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, informasi yang bias menimbulkan persaingan bisnis yang tidak sehat atau informasi yang bersifat pribadi.

Manfaat UU KIP ini antara lain menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik. Selain itu juga meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, sehingga mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. Ini juga dapat mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik (good governance)


(15)

yaitu yang transparan, efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), sehingga produktivitas masyarakat tinggi dan kesejahteraan dapat tercapai. www.komisiinformasi.go.id

Bahwa penyelenggaraan negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab. Undang - Undang no 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) bertujuan untuk menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses serta alasan pengambilan suatu keputusan publik, mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik, dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yg baik. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yg transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan dan mengetahui alasan kebijakan publik yg mempengaruhi hajat hidup orang banyak , serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan /atau meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi dilingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, dan itu diatur di Pasal 3 UU KIP.


(16)

Penyelenggara negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya. pemerintah sebagai pihak yang menjadi obyek dari UU KIP, seharusnya lebih membuka diri dan tidak setengah hati dalam mendukung hal tersebut. karena memang seharusnya pemerintah itu terbuka dalam pengambilan atau pelaksanaan kebijakan.

Jadi, Komisi Informasi ini adalah Instrumen untuk penegakan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 ( Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme). Keterbukaan informasi menjadi alat penting dalam sistem demokrasi dan era keterbukaan pemerintahan. Kemudian aturan teknis pelaksanaannya maka dibentuk lah Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU No. 14 Tahun 2008) sebagai media pemberi informasi kepada publik/masyarakat. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak dan tanggungjawab masyarakat untuk ikut mewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih dan di wujudkan dalam bentuk: a).hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara, b).hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari Penyelenggaraan Negara, c).hak menyampaikan saran dan pendapat serta bertanggungjawab kebijakan Penyelenggaraab Negara, d).hak memperoleh perlindungan hukum. Maka dari itu sebuah Lembaga Komisi Informasi dimana Lembaga Komisi informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.


(17)

Dalam penyelenggaraan negara juga untuk mewujudkan cita-cita perjuangan Bangsa Indonesia, dan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan reformasi, dibutuhkan adanya semangat, kesamaan visi, persepsi dan misi para penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan yang sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat. Kebutuhan dan tuntutan tersebut menghendaki terwujudnya penyelenggara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab, yang dilaksanakan secara efektif, efisien bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana amanat TAAP MPR-RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan bebas dari KKN. Yang dimaksud dengan Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1.1 UU 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Karena Informasi juga merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Karena itu,kebebasan memperoleh informasi adalah hak setiap orang yang wajib di hormati. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diamanatkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai negara hukum, keterbukaan informasi juga harus tetap menjunjung tinggi aturan / hukum yang berlaku diIndonesia. Karena jika tidak, maka akan menimbulkan pergolakan yang di akibatkan tidak indahnya aturan-aturan dalam


(18)

menyampaikan keterbukaan informasi kepada publik. Aturan-aturan tersebut dapat berupa ;tidak membuka aib orang lain ke muka publik khususnya yang berupa tentang pornografi. Karena itu, seluruh jajaran Komisi Informasi harus menjunjung tinggi konstitusi dan memperjuangkan keterbukaan informasi publik yang bertanggungjawab, mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya, mengembangkan masyarakat informasi, dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik.

Undang-undang Dasar suatu Negara hanya sebagian dari hukum dasarnya negara itu dan merupakan hukum dasar tertulis, disamping itu juga berlaku hukum dasar tidak tertulis ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggara negara, namun tiadak berarti pancasila sama dengan undang Dasar 1945, melainkan sumber tertib hukum republik Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 dapat pula dianggap sebagai produk hukum peraturan perundangan-perundangan merupakan penjabaran tahap pertama dari pancasila atau bila digunakan kata-kata Undang-undang Dasar sendiri, maka pasal-pasal dari Undang-undang Dasar 1945 adalah realisasi dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalm pembukaan, yang pada hakekatnya ialah pancasila.

( Abdussalam, 1977 : 12 )

“Bahwa dalam UUD 1945 Pasal 28 berbunyi ; ‘ setiap orang berhak untuk

berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh , dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dan didalam UU No.14 Tahun 2008 Pasal 21 sudah mengatur bagaimana mekanisme untuk memperoleh suatu informasi.” (UUD 1945, ; 28).


(19)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat fenomena hukum mengenai keterbukaan informasi publik yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat karena tanpa kita sadari, Era globalisasi yang menuntut kebebasan informasi seperti sekarang ini memerlukan peraturan yang dapat mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik, karena dengan terbukanya informasi maka publik akan dapat lebih mudah untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Maka penulis mengangkat berbagai permasalahan yang timbul diatas menjadi sebuah karya ilmiah atau skripsi dengan judul EKSISTENSI KOMISI

INFORMASI PUBLIK DITINJAU BERDASARKAN ASAS

KETERBUKAAN DAN ASAS EFEKTIFITAS.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :

A. Bagaimanakah eksistensi Komisi Informasi Publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia?

B. Bagaimanakah pelaksanaan kewenangan Komisi Informasi Publik dikaitkan dengan asas keterbukaan dan asas efektifitas?


(20)

1.2.2 Ruang Lingkup

Guna menjaga agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan sesuai dengan permasalahan ynag akan dibahas, maka penulis memandang perlu adanya pembatasan permasalahan. Adapun batasan dan menjadi ruang lingkup penulisan skripsi ini adalah pembahasan mengenai eksistensi komisi informasi publik berdasarkan asas keterbukaan dan asas efektivitas. Dan yang menjadi obyek penelitiannya adalah Lembaga KIP di Provinsi Lampung sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berjudul “Eksistensi Komisi Informasi Publik Berdasarkan Asas

Keterbukaan dan Asas fektivitas” mempunyai tujuan dan kegunaan penelitian

sebagai berikut :

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Eksistensi Komisi Informasi Publik dalam struktur ketatanegaraan Indonesia .

b. Untuk mengetahui pelaksanaan kewenangan Komisi Informasi Publik dikaitkan berdasarkan asas keterbukaan dan asas efektivitas.


(21)

1.3.2 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Administrasi Negara.

b. Secara praktis penelitian ini selain untuk meningkatkan pengetahuan dan memeperluas wawasan penulis, diharapkan hasil peneletian ini dapat merupakan rekomendasi/pemikiran/konsep/saran untuk digunakan oleh para pihak yang berkepentingan, baik bagi praktisi, akademisi,pejabat pemerintah, angota komisi informasi ataupun aparat penegak hukum.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eksistensi Komisi Negara Sebagai Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaran Republik Indonesia

Lahirnya komisi-komisi Negara pada sekitar 50 tahun setelah Negara Republik Indonesia ada (eksis) sebagai sebuah negara. Merupakan fenomena kenegaraaan baru apabila dilihat dari sisi sistem ketatanegaran dalam arti tatanan kelembagaannya. Namun dari sisi hakekat bernegara bangsa indonesisa, penting di kaji esensi atau hakekat komisi negara dalam persepektif bernegara bangsa Indonesia, yang pada akhirnya sebagai dasar penentuan eksistensinya dalam system ketatanegaraan Republik Indonesia. Konstitusi negara Republik Indonesia yang telah dirubah dalam pasal 1 ayat 1, 2, 3 jelas menyebutkan karakteristik cita-cita negara modern tersebut : 1). Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, 2). Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, 3). Negara Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian, dalam teori tipe utama negara yang berkembang dalam sejarah, dapat diketahui bahwa negara RI di konstruksikan untuk menjadi negara modern, yaitu negara hukum yang demokratis, dan merupakan nomokrasi Pancasila.

Untuk itu berdasarkan tipe negara Republik Indonesia yang akan terus berkembang sebagai negara modern, maka keberadaan komisi negara bukan


(23)

merupakan suatu masalah dalam kehidupan bernegara bangsa Indonesia. Bahkan merupakan suatu poin titik kemajuan bangsa Indonesia dalam mengorganisasikan negara, sekaligus dalam upaya mengimplementasikan tipe ideal bernegara yaitu nomokrasi Pancasila.

Maka pembentukan komisi-komisi negara ini di bentuk karena lembaga-lembaga negara yang ada belum dapat memberikan jalan keluar dan menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin mengemuka seiring dengan munculnya era demokrasi. Selain itu, kelahiran komisi-komisi negara itu merupakan bentuk ketidakpercayaan publik tehadap lembaga-lembaga yang ada dalam menyelesaikan persoalan ketatanegraan yang dihadapi.

Pembentukan komisi-komisi negara ini di landasi oleh lima hal penting yaitu : A. Tidak adanya kredibilitas lembaga yang telah ada sebelumnya akibat

adanya asumsi (dan bukti) mengenal korupsi yang sistematik, mengakar , dan sulit untuk di berantas

B. Tidak independennya lembaga-lembaga negara yang karena alasan tertentu tunduk di bawah pengaruh suatu kekuasaan tertentu.

C. Ketidakmampuan lembaga-lembaga Negara yang telah ada untuk melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam masa tansisi menuju demokrasi baik karena persoalan internal maupun eksternal.

D. Adanya pengaruh global yang menunujukan adanya kecendrungan beberapa negara untuk membentuk lembaga-lembaga negara ekstra yang disebut lembaga negara mandiri (state auxiliary agency) atau lembaga pengawas (institutional watchdog) yang dianggap sebagi suatu kebutuhan


(24)

dan keharusan karena lembaga-lembaga yang telah ada telah menjadi bagian dari sistem yang harus diperbaiki.

E. Adanya tekanan dari lembaga-lembaga internasional untuk membentuk lembaga-lembaga tersebut sebagai perasyarat bagi era baru menuju demokratiasi.

(Dr. Lukman Hakim, 2010 ; 83,84)

2.1.1 Teori Kewenangan Konstitusional Komisi-Komisi Negara

Secara harfiah kewenangan yang diberikan oleh UUD adalah kewenangan atribusi (oleh UUD). Kewenangan atribusi berkenaan dengan pembagian kekuasaan. Ada dua macam pembagian kekuasaan, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian tiga kekuasaan utama. Yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudisial. Pembagian kekuasaan secara vertikal adalah pembagian kekuasaan vertikal adalah pembagian kekuasaan pemerintah pusat dengan pemerintahan di bawahnya, misalnya antara pemerintah federal dan negara bagian.

Dalam negara kesatuan (Republik Indonesia) juga ada pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui asas desentralisasi. Asas desentralisasi pada dasarnya adalah pelimpahan wewenang dan bukan pembagian kekuasaan secara vertikal. Salah satu cara agar peraturan perundang-undangan dapat berfungsi sebagaimana dikemukakan di atas adalah adanya pemisahan lembaga pembentuk peraturan dengan lembaga yang melaksanakannya. Pengertian wewenang menurut H.D Stout adalah wewenang dapat dijelaskan


(25)

sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik dalam hubungan hukum publik. (Dr.Lukman Hakim, 2010 ; 53)

2.1.2 Pengertian Peraturan Perundang-Undangan

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang pembentukan Peraturan perundang-undangan dinyatakan peraturan perundangan-undangan adalah perturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Dari formulasi yang ditetapkan UU.NO.10 Tahun 2004, untuk dapat disebut sebagai peraturan perundang-undangan harus dapat memenuhi unsur-unsur; peraturan harus tertulis, dibuat oleh lembaga yang berwenang; dan perturan itu mengikat secara umum. Pengertian tertulis disini harus sesuai dengan format tertentu, prosedur tertentu dan diundangkan sebagaimana telah ditentukan. Sedangkan lembaga yang berwenang berkaitan dengan ketentuan dasar dan delegasi serta benuk-bentuk peraturan perundang-undangan. Pengertian mengikat secara umum terkait dengan kewenangan yang dimiliki lembaga / pejabat yang berwenang memuat peraturan tersebut harus mempunyai kewenangan yang bersifat umum pula, yaitu luas tidak bersifat sektoral. (Armen Yasir , 2008 ; 26 ).

Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden (Pasal 1 Ayat (1) dan (3) Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan selanjutnya disebut UU No. 10 Th.2004). A.Ridwan Halim dalam bukunyapengantar tata hukum Indonesiadalam Tanya jawab menguraikan


(26)

: “Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai perturan yang harus

ditaati dalam hidup bermasyarakat”. (Yulies Tiena Masriani, 2004; 6)

2.1.3 Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan

Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang yang baik yaitu ;

1. Kejelasan tujuan;

2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; 3. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan; 4. Dapat dilaksanakan;

5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan; 6. Kejelasan rumusan; dan

7. Keterbukaan.

Dan dalam Materi Muatan Peraturan Perandang-undangan mengandung asas a. Pengayoman;

b. Kemanusian; c. Kebangsaan; d. Kekeluargaan; e. Kenusantaraan;

f. Bhinneka Tunggal Ika; g. Keadilan;

h. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahan; i. Ketertiban Dan Kepastian Hukum; dan/atau.


(27)

(Yuliandri, 2010 ; 151 )

2.1.4 Kerangka Peraturan Perundang-undangan

Lampiran UU No. 10 Th. 2004 mengenai Sistematika Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan terdiri dari IV(empat) bab yang masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Kerangka Peraturan Perundang-undangan; Bab II Hal-hal Khusus;

Bab III Ragam Bahasa Peraturan Perundang-undangan; Bab IV Bentuk Rancangan Perundang-undangan;

Kerangka peraturan Perundang-undnagna yang termuat dalam Bab I diatas terdiri dari

Judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan, (jika diperlukan) dan lampiran

(Jika diperlukan). Isi dari materi muatan dalam undang-undang harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a). Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang meliputi :

1). Hak-hak asasi manusia ;

2). Hak dan kewajiban warga negara;

3).Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara;

4). Wilayah negara dan pembagian daerah; 5). Kewargannegaraan dan kependudukan; 6). Keuangan negara.


(28)

Diperintahkan oleh suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang (Pasal 8 UU No. 10 Th. 2004).

2.2 Sistem Ketatanegaraan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Pasca Amandemen

Dalam kelembagaaan negara, salah satu tujuan utama amandemen UUD 1945 adalah untuk menata keseimbangan (check and balance) antar lembaga negara. Hubungan itu ditata sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada salah satu institusi saja. Apalagi, the central goal of a constitusion is to create the precondition for well-functioning democratic order. Dengan penumpukan kekuasaan pada satu institusi, kehidupan ketatanegaraan yang lebih demokratik tidak mungkin diwujudkan. Secara kronologis substansi pengaturan kelembagaan negara dalam perubahan pertama, UUD 1945 memuat pengendalian kekuasaan presiden dan tugas serta weweanang Dewan Perwakilan Rakyat [selanjutnya disebut DPR] dan presiden dalam hal pembentukan undang-undang. Perubahan kedua, UUD 1945 menata ulang keanggotaan, fungsi, hak, maupun cara pengisiannya.

Perubahan ketiga, membahas ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berikatan dengan tata cara pemilihan dan pemilihan secara langsung, pembentukan lembaga negara baru meliputi Mahkamah Konstitusi [MK]. Dewan Perwakilan Daerah [DPD], dan Komosi Yudisial [KY] serta pengaturan tambahan Bada Pemeriksa Keuangan [BPK], Dan perubahankeempat, UUD 1945, meliputi keanggotaan MPR, pemiliham presiden dan wakil presiden tahap kedua dan kemugkinan presiden/wakil presiden berhalangan tetap, serta kewenanagan presiden. ( Titik TriWulan Tutik, 2010 ; 18).


(29)

2.2.1 Struktur Komisi Informasi di Struktur Ketatanegaraan

Di dalam Struktur atau Herarki Peraturan PerUndang-Undangan, tata urut peraturan Perundang-undangan dimasa depan, diusulkan dibedakan antara peraturan umum dan peraturan yang bersifat khusus, yaitu sebagai berikut:

1. Peraturan Perundang-undangan yang bersifat umum:

a). Undang-Undang Dasar dan Perubahan Undang-Undang Dasar

b).Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) serta peraturan lain yang setingkat dengan Undang-Undang, yaitu Ketetapan-Ketetapan MPR dan MPRS yang bersifat mengatur (regels)

c). Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden d). Peraturan Menteri atau Pejabat setingkat Menteri e). Peraturan Daerah Propinsi

f). Peraturan Gubernur

g). Peraturan Daerah Kabupaten/kota h). Peraturan Bupati/Walikota

2. Peraturan perUndang-Undang yang bersifat khusus:

a). Peraturan Lembaga Negara (Lembaga Tinggi Negara) setingkat Presiden: (i). Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat

(ii). Peraturan Dewan Perwakilan Daerah (iii). Peraturan Mahkamah Agung

(iv). Peraturan Mahkamah Konstitusi (v). Peraturan Komisi Yudisial

(vi). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan

b). Peraturan Lembaga Pemerintahan yang bersifat khusus (independent) (i). Peraturan Bank Indonesia


(30)

(ii). Peraturan Kejaksaan Agung

(iii). Peraturan Tentara Nasional Indonesia (iv). Peraturan Kepolisian Republik Indonesia

c). Peraturan Lembaga-Lembaga Khusus yang bersifat independent: (i). Peraturan Komisi Pemilihan Umum

(ii). Peraturan Pemberantasan Korupsi

(iii). Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (iv). Peraturan Komisi Penyaran Indonesia

(v). Peraturan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (vi). Peraturan komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

(vii). Dan sebagainya.

Dan selanjutnya Lampiran Daftar Badan Publik :

a. Komisi Yudisial (Pasal 24B UUD 1945 dan UU No. 22 Tahun 2004) ;

b. Komisi Pemilihan Umum (Pasal 22 E UUD 1945 dan UU Nomor 22 Tahun 2007) ;

c. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Keppres 48 Tahun 2001 dan UU Nomor 39 Tahun 1999) ;

d. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (UU Nomor 5 Tahun 1999) ; e. Komisi Penyiaran Indonesia (UU Nomor 32 Tahun 2002) ;

f. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Nomor 30 Tahun 2002) ; g. Komisi Perlindungan Anak (UU Nomor 23 Tahun 2002) ;

h. Komisi Informasi (UU Nomor 14 Tahun 2008) ;

i. Komisi Hukum Nasional (Keppres Nomor 15 Tahun 2000) ; j. Komisi Kepolisian (UU Nomor 2 Tahun 2002) ;


(31)

2005) ;

l. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Keppres Nomor 181 Tahun 1998 dan Perpres Nomor 65 Tahun 2005 ; (Lampiran 1 peraturan komisi

informasi daftar badan public

2.3 Pengertian Dan Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik 2.3.1 Pengertian Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) Prinsip-prinsip atau asas-asas penyelenggaraan administrasi negara yang baik sebagian telah diakomodir di dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.

2. Asas Tertib Penyelenggaran Negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian negara.

3. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.


(32)

5. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.

6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku.

7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undngan yang berlaku.

Dalam konteks penyelenggaraan pelayanan publik dalam negara demokrasi paling Tidak harus memenuhi tiga indikator, yakni ;

a. Responsivitas adalah daya tanggap penyedia jasa terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

b. Responbilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

c. Akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.


(33)

2.3.2 Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)

Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik memiliki arti penting dan fungsi sebagi berikut:

1. Bagi Administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiaran dan penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi Negara mempergunakan freies ermessen/melakukan kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian, administrasi negara diharapakan terhindar dari perbuatanonrechmatige daad, deteurnement de pouvoir, abus de droit, ultravires.

2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat dipergunakan sebagai dasar gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No.5 Tahun 1986

3. Bagi Hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan yang dikeluarkan Badan atau Pejabat TUN.

4. Kecuali itu, AAUPB juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu undang-undang. (Ridwan HR, 2011: 239)


(34)

2.4 Pengertian - Pengertian 2.4.1 Pengertian Eksistensi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian Eksistensi diartikan sebagai Keberadaan sesuatu hal apakah diterima atau tidak dalam menjalankan perannya.(kamus umum bahasa Indonesia ; 1990 :213)

Keberadaan dalam hal ini di artikan sebagai posisi tertentu didalam menjalankan perannya sesuai dengan kedudukannya tersebut. Kedukan tersebut sebenarnya adalah wadah yang memiliki hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut dapat dikatakan sebagai pemegang peran dalm menjalankan tugasnya. Jadi bisa dikaitakan bahwa kemunculan lembaga komisi informasi adalah eksistensinya terlahir dari sebuah Undang-Undang No.14 Tahun 2008, yang di mana komisi informasi merupakan lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya.

Pandangan UU KIP dan Eksistensi Informasi Publik dari segi sosial menyatakan Bahawa : Humas Pemerintah mengelola informasi sejalan dengan semangat tranparansi yang di unggulkan oleh UU No.14 Tahun 2008. Dan UUD 1945 pasal 28F, menyebutkan : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Keberadaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan (1) hak setiap orang untuk memperoleh Informasi Publik; (2) kewajiban Badan Publik dalam menyediakan dan melayani permohonan Informasi Publik secara


(35)

cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan caras ederhana; (3) pengecualian Informasi Publik bersifat ketat dan terbatas; (4) kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan informasi.

2.4.2 Pengertian Asas Keterbukaan

adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asas pribadi, golongan, dan rahasia negara. (Ridwan HR,2011 ; 241)

Bahwasanya Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna Informasi Publik.

Dan setiap orang berhak :

a. melihat dan mengetahui Informasi Publik;

b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik;

c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau

d. menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dan larangan-larangan informasi yang tidak bisa di informasikan :

1. Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(36)

3. Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. informasi yang dapat membahayakan negara;

b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat;

c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;

d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau

e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan

2.4.3 Asas Efektivitas

adalah asas yang kegiatannya harus mengenai sasaran yang telah ditetapkan. (Ridwan HR,2011 ; 96)

Jadi sesuai dengan asas tersebut maka KIP mempunyai sebuah perencanaan, adapun tujuannya adalah :

a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;

b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;

c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;

e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;


(37)

f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau

g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.(Pasal 3 Undang-Undang 14 Tahun 2008)

2.4.4 Pengertian Informasi

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

2.4.5 Pengertian Informasi Publik

Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

UU KIP sudah cukup komprehensif mengakomodir kepentingan publik dalam melakukan kontrol terhadap jalannya penyelenggaraan negara. badan-badan publik diberikan kewajiban sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi mengelak dari kewajibannya melayani informasi publik. Badan publik juga tidak bisa secara sepihak untuk menghalangi permintaan informasi dengan dalih apapun termasuk dalih rahasia negara, sebagaimana yang selama ini sering terjadi. Sebab,


(38)

kategori-ketegori informasi yang dirahasiakan, telah dijabarkan secara jelas di dalam pasal tentang pengecualian informasi.

Pasal Penting yang termuat dalam UU KIP : a). Pasal 17

Setiap badan publik wajib membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapat infoemasi publik, kecuali:

1. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon dapat menghambat proses penegakan hukum.

2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

3. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara.

4. Informasi publik apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon dapat mengungkapkan kekayaan alam indonesia.

5. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon,dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.

6. Informasi yamg apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon dapat merugikan kepentingan hubungan luiar negeri.

7. Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang.


(39)

8. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon dapat mengungkapkan rahasia pribadi.

9. Memorandum atau surat-surat antar badan publik atau intra badan publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan komisi informasi atau pengadilan

10. Informasi yang tidak boleh diunhkapkan berdasarkan Undang-Undang b). Pasal 51

“Setiap orang dengan sengaja menggunakan informasi publik secara melawan

hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan / atau

denda paling banyak Rp 5 juta”.

c). Pasal 52

“Badan publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak

memeberikan,dan/atau tidak menerbitkan informasi publik berupa informasi publik secara berkala, informasi publik yang wajib diumumkan secara serta-merta, informasi publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau informasi publik yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai dengan UU ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dikenekan pidana kurungan paling

lama satu tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5 juta”.

d). Pasal 53

“Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, dan/atau menghilangkan dokumen informasi publik dalam bentuk media apa pun yang dilindungi negara dan/atau yang berkaitan dengan


(40)

kepentingan umum dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10 juta”.

e). Pasal 54

“Ayat (1), setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan yang diatur dalam Pasal 17 huruf a, d, f, g, h, i, dan j dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan pidana denda paling banyak Rp10 juta”.

“Ayat (2), setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan yang diatur dalam Pasal 17 huruf c dan e, dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan pidana denda paling banyak Rp20 juta”.

f). Pasal 55

“Setiap orang yang dengan sengaja membuat informasi publik yang tidak benar dan menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan/atau denda paling banyak Rp5 juta”.

g). Pasal 56

“Setiap pelanggaran yang dikenai sanksi pidana dalam UU ini dan juga diancam dengan sanksi pidana dalam UU lain yang bersifat khusus, yang berlaku dalam UU yang lebih khusus tersebut”.


(41)

h). Pasal 57

“Tuntutan pidana berdasarkan UU ini merupakan delik aduan dan diajukan melalui peradilan pidana”.

Jenis-jenis informasi publik:

1. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala a. Informasi yang berkaitan dengan badan publik

b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik c. Informasi laporan keuangan

2. Informasi yang wajib diumumkan secara berkala Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketetiban umum

3. Informasi yang wajib tersedia setiap saat a. Daftar seluruh informasi publik b. Hasil keputusan badan publik

c. Seluruh kebijakan ynga ada berikut dokumen pendukung

d. Rencana kerja proyek, termasuk perkiraan pengeluaran tahunan badan publik

e. Perjanjian badan publik dengan pihak ketiga f. Prosedur kerja pegawai badan publik

Beberapa pengertian-pengertian yang tercakup dalam keterbukaan informasi publik antara lain :

2.4.6 Pengertian Badan Publik

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.


(42)

2.4.7 Pengertian Komisi Informasi

Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi

2.4.8 Pengertian Sengketa Informasi Publik

Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang- undangan

2.4.9 Pengertian Mediasi

Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator komisi informasi

2.4.10 Pengertian Ajudikasi

Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh komisi informasi.

2.4.11 Pengertian Pejabat Publik

Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik

2.4.12 Pengertian Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.


(43)

2.4.13 Pengertian Pemohon Informasi Publik

Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.


(44)

. BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah suatu bentuk atau cara yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat memecahkan suatu permasalahan ( Soerjono Soekanto, 1996: 5).

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabakan oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten, serta diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah ( Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2001: 1).

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah adalah suatu bentuk usaha dalam melakukan gerakan langkah untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas masalah yang diajukan. Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis empiris guna memperoleh hasil penelitian yang benar dan obyektif. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan melihat fakta-fakta yang ada dalam pelaksanaan yang tertuang dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2008 yang ada di Provinsi Lampung.


(45)

Pendekatan dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Tahapan pertama, mengumpulkan bahan-bahan tulisan berupa buku-buku,dokumen-dokumen serta peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang bertalian dengan pokok permasalahan yang akan dipecahkan. selain itu, penulis akan menuliskan bagian-bagian yang merupakan bahan dari materi penulisan.

Tahapan kedua, menyususn kerangka konsepsional yang berhubungan dengan materi skripsi ini berupa pengertian-pengertian dan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini.

Tahapan ketiga, meneliti kembali bahan-bahan tulisan yang telah disusun, disesuaikan dengan kerangaka konsepsional agar pembahasan benar-benar mencapai sasaran untuk memecahkan persoalan.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Dalam penulisan skripsi ini, memerlukan bahan atau keterangan yang terkait dengan permasalahan yang berupa data, sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Data tersebut, Penelitian harapkan dapat diperoleh dari Lembaga Komisi Informasi dan Pelayanan Publik (KIP) Provinsi Lampung.


(46)

3.2.2 Data Sekunder

Adapun data sekunder adalah data yang merupakan bahan baku dari penelitian yuridis empiris, yang terdiri dari:

A. Bahan hukum primer, dalam hal ini hukum yang memempunyai kekuatan hukum mengikat, seperti UU KIP No. 14 Tahun 2008 ,UU No. 28 Tahun 1999, dan UUD 1945.

B. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer berupa bacaan-bacaan lain seperti karya ilmiah, literatur-literatur dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

C. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang berisi pendapat-pendapat para sarjana hukum, pendapat para ahli, serta Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.3 Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di dalam skripsi ini yaitu dengan cara :

A. Studi kepustakaan yaitu dengan cara library research untuk mendapatkan data skunder, yaitu dengan melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentasi dengan cara membaca, mengutip buku-buku, literatur serta-pendapat-pendapat para sarjana atau ahli hukum, dokumen serta informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.


(47)

B. Studi lapangan, yaitu dilakukan untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan cara wawancara terhadap informan dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

3.3.2 Metode Pengolahan Data

Dalam melaksanakan pengolahan data, penulis melakukan serangkaian kegiatan: A. Editing, yaitu memeriksa atau meneliti data yang telah diperoleh untuk

menjamin apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan, juga melakukan pembetulan data yang keliru, menambahkan data yang kurang, melengkapi data yang belum lengkap.

B. Tabulating, yaitu mengelompokkan data-data yang serupa dengan teliti dan teratur, kemudian dijumlahkan berapa banyak items yang termasuk dalam satu kategori sampai terwujud tabel-tabel yang berguna, terutama penting pada data kwantitatif.

C. Klasifikasi Data, yaitu dilakukan dengan cara mengelompokan data sesuai dengan pokok bahasan yang dianalisis.

D. Sistematika Data, yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan, berdasarkan pokok bahasan dan sub bahasan yang diidentifikasi dari rumusan masalah.


(48)

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, deskriptif, yaitu menginterprestasikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang tesususun secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang jawaban dari permasalahan. Selanjutnya jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan metode induktif, yaitu menguraikan data yang diperoleh dengan menempatkan hasil-hasil analisis secara khusus kemudian ditarik kesimpulan secara umum.


(49)

. BAB V PENUTUP

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka kesimpulan dalam skripsi ini adalah Keterbukaan informasi publik bertujuan menjamin dan melembagakan hak publik untuk mengakses informasi penyelenggaraan pemerintahan di semua lini dan semua level birokrasi adalah karena pentingnya pengawasan rakyat terhadap badan-badan publik yang merupakan faktor pendorong dalam menciptakan dan mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan dan mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak , serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan/atau meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, dan itu diatur di Pasal 3 Undang-Undang Komisi Informasi.

Terhadap pejabat yang menutupi informasi publik maka akses rakyat selaku warga negara untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah sangat sulit didapat sehingga hal itu dapat menghambat proses demokratisasi, pemajuan civil liberties, civil society, hak asasi manusia, pemberdayaaan publik dan ihwal lain yang serupa.


(50)

Dengan adanya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik diharapkan dapat menjadi pembuka jalan bagi terwujudnya pemerintah yang baik (good goverment), sehingga praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dapat benar-benar terkikis. Lebih dari itu, Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik menjadi instrumen penting bagi terwujudnya substansi demokrasi yang sedang dibangun.

5.1 Saran

Banyak sekali Badan Publik terutama pemerintah yang kurang dengan baik. Badan Publik, harus melaksanakan kewajibannya yaitu menyediakan dan memberikan informasi, menetapkan standar prosedur operasional, menunjuk dan mengangkat PPID, menyediakan sarana dan prasarana, menetapkan standar biaya, menyediakan anggaran, dan menanggapi keberatan atas informasi yang diminta, serta membuat dan mengumumkan laporan pelayanan informasi. Padahal kebijakan-kebijakan tersebut kebanyakan sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari.

Karena keberhasilan pelaksanaan Undang-Undang keterbukaan Informsi tersebut setidaknya bukan hanya dari kesiapan badan publik sebagai pihak penyedia informasi, melainkan juga dari masyarakat sebagai pengakses. Saya selaku penulis, dengan adanya Undang-Undang No.14 Tahun 2008 (Keterbukaan Informasi Publik) ini supaya agar meminalisir adanya penyimpangan-penyimpangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan berharap kepada masyarakat dapat menggunakan haknya untuk menjadi pemohon informasi, sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan demi terwujudnya Pemerintahan yang


(51)

baik (good goverment) dan Pejabat publik diharapkan segera mematuhi dan menghormati Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Karena Informasi tersebut digunakan sebagai satu media untuk menambah, mengembangkan, meningkatkan demokratisasi dalam kehidupan kita, dan kebebasan untuk mendapatkan informasi itu pula harus direspon oleh penyelenggara kekuasaan didaerah dimana harus disadari oleh semua orang bahwa kebebasan mendapatkan informasi itu adalah hak setiap anggota masyarakat yang harus wajib dipenuhi. Dan manfaat Keterbukaan Informasi juga, merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap manusia untuk mendapatkan informasi dalam rangka mempertahankan dan melestarikan kehidupannya dalam hidup bermasyarakat


(52)

Kansil, C. S. T. 1993.Pengantar Hukum Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. M.saleh, Jinjang. 1986.Pengantar Dalam Hukum Indonesia. jakarta

Abdussalam,1977 .Teori Hukum dan Filsafat hukum di Indonesia (Bunga Rampai).jakarta.

Soeroso, R. 1992.Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika. Jakarta.

HR, Ridwan .2011 .Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Ketrbukaan Informasi Publik. Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundangan-undangan.

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka. Jakarta.

www.komisiinformasi.go.id

http://adronafis28.wordpress.com/2007/07/29/menyambut-uu-keterbukaan-publik http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Keterbukaan_Informasi_Publik Glisen, Jhon dan Frit Gorle.2005.Sejarah Hukum:Suatu Pengantar.Refika

Aditama, Bandung.

HR, Ridawan .2011 .Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yasir, Armen . 2008 .Hukum Perundang-Undangan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.


(53)

Mada Universiti Press.

Yuliandri, 2010 .Asa-Asas Pembentukan Peraturan Perundnag-Undangan Yang Baik.Grafindo Persada.Jakarta.

Tutik, Titik Triwulan .2010.Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945.Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

Winarno, Budi.2007.Kebijakan Publik : teori dan proses. PT.Buku Kita. Jakarta. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 (Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

Hakim, Lukman. 2010. Kedudukan Hukum Komisi Negara Di Indonesia . Program Pasca Universitas Brawijaya. Malang.

http://www.scribd.com/doc/3975864/UU142008TENTANG

-KETERBUKAAN-INFORMASI PUBLLIKwww,ramad anpoh.com Zukarnaen,dkk. 2006.Menggagas Keterbukaan Informasi Publik. Aliansi

Masyarakat Sipil Untuk Demokrasi, Jakarta.

Amirudi, H.Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Soemitro, Rony Hanitijo,1990. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Srimamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Penerbit Universitas Indonesia

Universitas Lampung. 2008. Pedoman Karya Ilmiah.Lampung University, Press. Bandar ;Lampung

Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010. Standar Layanan Informasi Publik.

Peraturan Komisi Informasi No. 2 Tahun 2010.Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 2010. Pelaksanaan Undang-Undang N0. 14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.


(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif,

deskriptif, yaitu menginterprestasikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang

tesususun secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang

jawaban dari permasalahan. Selanjutnya jawaban dari permasalahan dalam

penelitian ini disusun dengan menggunakan metode induktif, yaitu menguraikan

data yang diperoleh dengan menempatkan hasil-hasil analisis secara khusus


(2)

68

.

BAB V PENUTUP

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka kesimpulan dalam skripsi ini adalah

Keterbukaan informasi publik bertujuan menjamin dan melembagakan hak publik

untuk mengakses informasi penyelenggaraan pemerintahan di semua lini dan

semua level birokrasi adalah karena pentingnya pengawasan rakyat terhadap

badan-badan publik yang merupakan faktor pendorong dalam menciptakan dan

mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif

dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan dan mengetahui alasan

kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak , serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan/atau

meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik

untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, dan itu diatur di Pasal 3

Undang-Undang Komisi Informasi.

Terhadap pejabat yang menutupi informasi publik maka akses rakyat selaku

warga negara untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai kebijakan yang

diambil oleh pemerintah sangat sulit didapat sehingga hal itu dapat menghambat

proses demokratisasi, pemajuan civil liberties, civil society, hak asasi manusia,


(3)

goverment), sehingga praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dapat

benar-benar terkikis. Lebih dari itu, Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik

menjadi instrumen penting bagi terwujudnya substansi demokrasi yang sedang

dibangun.

5.1 Saran

Banyak sekali Badan Publik terutama pemerintah yang kurang dengan baik.

Badan Publik, harus melaksanakan kewajibannya yaitu menyediakan dan

memberikan informasi, menetapkan standar prosedur operasional, menunjuk dan

mengangkat PPID, menyediakan sarana dan prasarana, menetapkan standar biaya,

menyediakan anggaran, dan menanggapi keberatan atas informasi yang diminta,

serta membuat dan mengumumkan laporan pelayanan informasi. Padahal

kebijakan-kebijakan tersebut kebanyakan sangat erat kaitannya dengan kehidupan

kita sehari-hari.

Karena keberhasilan pelaksanaan Undang-Undang keterbukaan Informsi tersebut

setidaknya bukan hanya dari kesiapan badan publik sebagai pihak penyedia

informasi, melainkan juga dari masyarakat sebagai pengakses. Saya selaku

penulis, dengan adanya Undang-Undang No.14 Tahun 2008 (Keterbukaan

Informasi Publik) ini supaya agar meminalisir adanya

penyimpangan-penyimpangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan berharap kepada masyarakat

dapat menggunakan haknya untuk menjadi pemohon informasi, sebagai bentuk


(4)

70

baik (good goverment) dan Pejabat publik diharapkan segera mematuhi dan

menghormati Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Karena Informasi

tersebut digunakan sebagai satu media untuk menambah, mengembangkan,

meningkatkan demokratisasi dalam kehidupan kita, dan kebebasan untuk

mendapatkan informasi itu pula harus direspon oleh penyelenggara kekuasaan

didaerah dimana harus disadari oleh semua orang bahwa kebebasan mendapatkan

informasi itu adalah hak setiap anggota masyarakat yang harus wajib dipenuhi.

Dan manfaat Keterbukaan Informasi juga, merupakan suatu kebutuhan yang

sangat mendasar bagi setiap manusia untuk mendapatkan informasi dalam rangka


(5)

M.saleh, Jinjang. 1986.Pengantar Dalam Hukum Indonesia. jakarta

Abdussalam,1977 .Teori Hukum dan Filsafat hukum di Indonesia (Bunga Rampai).jakarta.

Soeroso, R. 1992.Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika. Jakarta.

HR, Ridwan .2011 .Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Ketrbukaan Informasi Publik. Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundangan-undangan.

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka. Jakarta.

www.komisiinformasi.go.id

http://adronafis28.wordpress.com/2007/07/29/menyambut-uu-keterbukaan-publik

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Keterbukaan_Informasi_Publik

Glisen, Jhon dan Frit Gorle.2005.Sejarah Hukum:Suatu Pengantar.Refika Aditama, Bandung.

HR, Ridawan .2011 .Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yasir, Armen . 2008 .Hukum Perundang-Undangan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.


(6)

Masriani, yulies Tiena .2004.Pengantar Hukum Indonesia.Sinar Grafika, Jakarta.

Hadjon,M.Philipus , dkk .2008. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.Gadjah Mada Universiti Press.

Yuliandri, 2010 .Asa-Asas Pembentukan Peraturan Perundnag-Undangan Yang Baik.Grafindo Persada.Jakarta.

Tutik, Titik Triwulan .2010.Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945.Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

Winarno, Budi.2007.Kebijakan Publik : teori dan proses. PT.Buku Kita. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 (Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Hakim, Lukman. 2010. Kedudukan Hukum Komisi Negara Di Indonesia . Program Pasca Universitas Brawijaya. Malang.

http://www.scribd.com/doc/3975864/UU142008TENTANG

-KETERBUKAAN-INFORMASI PUBLLIKwww,ramad anpoh.com

Zukarnaen,dkk. 2006.Menggagas Keterbukaan Informasi Publik. Aliansi Masyarakat Sipil Untuk Demokrasi, Jakarta.

Amirudi, H.Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Soemitro, Rony Hanitijo,1990. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Srimamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Penerbit Universitas Indonesia

Universitas Lampung. 2008. Pedoman Karya Ilmiah.Lampung University, Press. Bandar ;Lampung

Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010. Standar Layanan Informasi Publik.

Peraturan Komisi Informasi No. 2 Tahun 2010.Proses Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 2010. Pelaksanaan Undang-Undang N0. 14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.