Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Pada dasarnya, kelompok kerja akan berpengaruh pada kepuasan kerja. Rekan kerja yang ramah dan kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja bagi pegawai individu. f. Kondisi kerjalingkungan kerja Jika kondisi kerja bagus lingkungan sekitar bersih dan menarik misalnya, maka pegawai akan lebih bersemangat mengerjakan pekerjaan mereka, namun bila kondisi kerja rapuh lingkungan sekitar panas dan berisik misalnya, pegawai akan lebih sulit menyelesaikan pekerjaan mereka. Walaupun uraian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor kepuasan kerja cukup variatif, namun As’ad 2001 berpendapat bahwa dengan sepuluh faktor kepuasan kerja nampaknya jauh lebih beragam. Kesepuluh faktor diuraikan sebagai berikut: a. Kesempatan untuk maju, dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja. b. Keamanan kerja, sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi pegawai pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan pegawai selama kerja. c. Gaji, lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya. d. Perusahaan dan manajemen, dimana perusahaan dan manajemen yang baik adalah faktor yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini pula yang menentukan kepuasan kerja pegawai. e. Pengawasan supervisi, bagi pegawai, supervisor dianggap sebagai figure ayah dan sekaligus atasan. Supervisi yang buruk berakibat absensi dan turn over. f. Faktor intrinsik dari pekerjaan, dimana atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi kepuasan. g. Kondisi kerja, termasuk disini adalah kondisi kerja, ventilasi, penyinaran, kantin, dan tempat parkir. h. Aspek sosial, merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang kepuasan atau ketidakpuasan dalam pekerjaan. i. Komunikasi, di mana komunikasi yang lancar antara pegawai dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami, dan mengakui pendapat ataupun prestasi pegawai. Keadaan ini akan sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap pekerjaan. j. Fasilitas, termasuk didalamnya fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.

2.3 Hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja

Tenaga keperawatan sebagai bagian dari sistem ketenagaan kesehatan, diharapkan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pelayanan kesehatan secara nasional dan global Achir Yani, 2002. Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai apabila ada keseimbangan antara jumlah tenaga dengan beban kerja perawat di suatu rumah sakit Depkes RI, 2002. Dalam membuat perencanaan ketenagaan harus benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan dampak pada beban kerja yang tinggi, yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan keperawatan. Sistem kerja yang tidak dirancang dengan baik dapat menyebabkan keluhan subyektif, beban kerja menjadi tidak efektif dan tidak efisien, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja, sehingga produktivitas kinerjapun menjadi menurun Bina Diknakes, 2001. Kurangnya tenaga keperawatan baik kuantitas maupun kualitas akan sangat mengganggu pada asuhan keperawatan yang diberikan, karena akan semakin menambah beratnya beban kerja, yang pada gilirannya mengakibatkan prestasi kerja menurun dan kepuasan kerjapun berkurang, hal ini juga dapat mengakibatkan kepuasan pasien turut berkurang Depkes RI, 2003. Berdasarkan hasil survey Nasional yang dilakukan Anna 2001 bahwa salah satu hal yang menyebabkan kualitas pelayanan keperawatan menurun adalah beban kerja yang tinggi 2928 responden, waktu istirahat yang kurang 5711 respoden, merasa kelelahan 3617 responden. Menurut Irwady 2007 bahwa beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan khususnya perawat , dimana 53,2 waktu benar-benar produktif digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9 digunakan untuk kegiatan penunjang. Analisa beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek- aspek seperti tugas- yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun

Dokumen yang terkait

Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

48 193 93

Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

0 36 110

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

1 4 75

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KETIKA HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KETIKA MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 13

HUBUNGAN BEBAN KERJA, STRESS KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANGAN NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR.

0 4 52

HUBUNGAN BEBAN KERJA, STRESS KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANGAN NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR.

0 0 9

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD  (Studi Korelasi Di RSUD Jombang 

0 2 114

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Antara Beban Kerja Perawat dengan Penerapan Kompensasi Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Muntilan - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT ICU, IMC DAN IGD DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI ICU, IMC DAN IGD DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA - DIG

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING DI RUANG IGD RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 25