Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

(1)

Hubun

di Rua

ngan Beba

ang IGD d

UN

an Kerja

dan ICU R

FAKUL

NIVERS

dengan S

RSUD Ha

Kisara

SKR

O

Siska Do

0811

LTAS K

ITAS SU

2

Stres Kerj

aji Abdul

an

RIPSI

Oleh

olok Sarib

101059

KEPERA

UMATE

012

a Perawa

l Manan S

bu

AWATAN

ERA UTA

at Pelaksa

Simatupa

N

ARA

ana

ang


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema... ix

Abstrak... x

Abstract... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja 1.1 Defenisi Beban Kerja ... 8

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 8

1.3 Jenis Beban Kerja ... 9

1.4 Dampak Beban Kerja ... 10

2. Stres kerja 2.1 Defenisi Stres kerja ... 11

2.2 Mekanisme Stres Kerja ... 11

2.3 Sumber Stres Kerja ... 13

2.4 Gejala-gejala Stres ... 15

2.5 Dampak Stres kerja ... 16

2.6 pencegahan dan Pengendalian Stres kerja ... 17

3. Perawat 4. Beban Kerja dan Stres di Ruang IGD dan ICU BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 21

2. Defenisi Operasional ... 22

3. Hipotesa Penelitian... 25

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28


(7)

7. Pengumpulan Data ... 32 8. Analisa Data ... 33

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 35 2. Pembahasan... 39  

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan... 45 2. Rekomendasi... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden (Inform Consent) 2. Instrumen Penelitian

3. Lampiran Uji Validitas 4. Analisa data

5. Jadwal Tentatif Penelitian 6. Taksasi Dana

7. Riwayat Hidup 8. Surat Izin Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 22

Tabel 5.1. Karakteristik Demografi Responden ... 36

Tabel 5.2. Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja... 37

Tabel 5.3.Rata-rata dan Penyebaran Stres Kerja... 38


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka teori…... 20 Skema 3.1 Kerangka Konseptual ... 21


(10)

Judul : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Nama : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Abstrak

Stres kerja perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan selama empat hari mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2012. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang perawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27(SD=11,483). Sedangkan untuk stres kerja , rata-rata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90(SD=17,426). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat (r = 0,840, p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi.


(11)

Title : The Relationship of Workload with Nurse Stress in Emergency Critical unit and Intensive Care Unit at Haji Abdul Manan Simatupang Hospital Kisaran

Name : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Major : Bachelor of Nursing Year : 2012

Abstract

Nurse work stres is the inability of a nurse in facing the situation and condition in the workplace, one of which is caused by excessive workloads. This study aims to identify an association between the workload and nurse job stress in IGD and ICU Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital. The research design used descriptive correlation. The research was conducted over four days from 22 until June 25, 2012. Based on purposive sampling technique obtained a sample of 30 nurses. Data were analyzed with univariate and bivariate statistical tests. The results of data analysis with univariate statistical tests to show that the workload of the average workload of the nurse executive in the category of being that is moderate 47.27 (SD = 11.483). For the stress of work, the average in the category of not experiencing job stress is 64.90 (SD = 17.426).Pearson correlation test results show that there is a relationship between workload and nurse work stress (r = 0.774, p = 0.000). This study shows that there is a significant relationship between workload and work stress of nurses. The conclusion from this study indicate that workload has a strong relationship with the he nurse work stress.  

   


(12)

Judul : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Nama : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Abstrak

Stres kerja perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan selama empat hari mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2012. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang perawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27(SD=11,483). Sedangkan untuk stres kerja , rata-rata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90(SD=17,426). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat (r = 0,840, p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi.


(13)

Title : The Relationship of Workload with Nurse Stress in Emergency Critical unit and Intensive Care Unit at Haji Abdul Manan Simatupang Hospital Kisaran

Name : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Major : Bachelor of Nursing Year : 2012

Abstract

Nurse work stres is the inability of a nurse in facing the situation and condition in the workplace, one of which is caused by excessive workloads. This study aims to identify an association between the workload and nurse job stress in IGD and ICU Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital. The research design used descriptive correlation. The research was conducted over four days from 22 until June 25, 2012. Based on purposive sampling technique obtained a sample of 30 nurses. Data were analyzed with univariate and bivariate statistical tests. The results of data analysis with univariate statistical tests to show that the workload of the average workload of the nurse executive in the category of being that is moderate 47.27 (SD = 11.483). For the stress of work, the average in the category of not experiencing job stress is 64.90 (SD = 17.426).Pearson correlation test results show that there is a relationship between workload and nurse work stress (r = 0.774, p = 0.000). This study shows that there is a significant relationship between workload and work stress of nurses. The conclusion from this study indicate that workload has a strong relationship with the he nurse work stress.  

   


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan ad alah sumber daya manusia (Depkes RI, 2002 dalam Prihatini, 2007).

Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi rumah sakit. Jika mutu tenaga kerjanya rendah, maka dapat dipastikan mutu pengelolaan dan pelayanan rumah sakitnya juga rendah (Djojodibroto, 1997). Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, diperlukan dukungan sumber daya manusia khususnya perawat, yang mampu mengemban tugas dan terus mengadakan perubahan.

Perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya dituntut untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalitasnya semata dalam melaksanakan semua tindakan medis keperawatan. Seorang perawat juga diharapkan memiliki sensitivitas emosional dalam menghadapi semua pasien yang


(15)

ditanganinya dengan berbagai situasi dan kondisi psikologis (Pieter & Lubis, 2010).

Pada perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan, perlu diingat bahwa tuntutan pengguna jasa rumah sakit saat ini berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Pengguna jasa rumah sakit saat ini tidak hanya menuntut kesembuhan, tetapi juga menuntut pelayanan yang cepat, sopan dan ramah. Pihak pasien menuntut sprei harus selalu bersih, meminta spuit dan jarum yang disposable dan mereka

harus melihat perawat membukanya dari kemasan utuh. Bahkan perawat yang tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja dianggap tidak bonafide

(Djojodibroto, 1997).

Beban kerja yang banyak disertai tuntutan dari pihak keluarga pasien menyebabkan perawat harus selalu bergegas dan terburu-buru dalam melakukan tindakan keperawatan (Djojodibroto, 1997). Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelangkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik (Irwandy, 2007 dalam Prihatini, 2007).

Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari penyebab timbulnya stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada perawat yang bekerja di rumah sakit. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kecemasan,


(16)

ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan (munandar, 2001 dalam Prihatini, 2007).

Secara umum, stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2002). Stres pekerjaan dapat disebabkan oleh beban kerja dan kondisi kerja (Lazarus, dalam Abraham & Shanley, 1992). Dari hasil survei yang dilakukan Dewe (1989), lima sumber stres kerja perawat adalah beban kerja berlebihan, kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, kesulitan terlibat dalam merawat pasien krisis, berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, dan merawat pasien yang gagal untuk membaik Manifestasi dari stres tersebut akan diekspresikan dalam tindakan yang terburu-buru dan tidak optimal. Adapun dampak lain dari stres, antara lain penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, kecelakaan kerja, absenteisme, lesu kerja dan gangguan jiwa ( Abraham & Shanley, 1997).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prihatini (2007), mengenai Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di tiap Ruang Rawat Inap di RSUD Sidikalang terdapat berbagai macam kategori stres kerja pada tatanan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan 66,7% perawat di ruang perawatan bedah mengalami stres kerja sedang, 55,6% perawat di ruang perawatan anak mengalami stres kerja ringan, 57,1% perawat di ruang kebidanan mengalami stres kerja kategori ringan dan 50% perawat di ruang perawatan penyakit dalam mengalami stres kerja kategori ringan.

Studi pendahuluan pada RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran pada 10 September 2011 terhadap 3 orang Perawat IGD dengan menggunakan


(17)

metode wawancara, dapat digambarkan bahwa IGD dan ICU merupakan lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres tinggi. Hal ini dimungkinkan karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat.

Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga pasien sering mengeluh dan memberikan kritikan–kritikan sepihak tanpa mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini pula menjadi penyebab lain stres bagi perawat. Selain itu kondisi pasien yang kritis, ruang IGD dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan keterampilan khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius, serta menuntut ketrampilan khusus untuk dapat melaksanakan pekerjaan di IGD dan ICU. Kondisi kerja tersebut juga merupakan stressor yang kuat terhadap stres pekerjaan bagi Perawat IGD dan

ICU.

Atas dasar uraian tersebut untuk memberikan masukan guna meningkatkan produktifitas dan kualitas asuhan keperawatan di ruang IGD dan ICU perlu adanya penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.


(18)

2. Rumusan Masalah 2.1Masalah

Ruang IGD dan ICU memiliki kecenderungan stres kerja yang tinggi karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada beban kerja yang menuntut perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang? “.

3. Tujuan Penelitian 3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada perawat di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

3.2Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

2) Mengidentifikasi stres kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

3) Mengidentifikasi hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

   


(19)

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut :

4.1 Manfaat Teoritis

Menguji secara empiris apakah ada hubungan antara beban kerja pada perawat dengan stres kerja Perawat di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Rumah Sakit

Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi pada perawat.

2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan pengetahuan serta informasi mengenai beban kerja dan stres kerja perawat secara mendalam, sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitan beban kerja dengan stres kerja dan diharapkan beban kerja berlebih dan stres kerja dapat dihindari.


(20)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan beban kerja dan stres kerja perawat.

4. Bagi Perawat

Sebagai gambaran nyata tentang pengaruh beban kerja terhadap stress kerja perawat di lingkungan kerja, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya stres kerja dan sebagai informasi penting bagi Perawat IGD dan ICU agar mereka dapat mempersiapkan diri, sehingga mengurangi tekanan mental saat bekerja.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja

1.1 Defenisi Beban kerja

Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :

a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti; 1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.


(22)

2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

1.3Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar (2001) ada 2 jenis beban kerja, yaitu :

1.3.1 Beban kerja kuantitatif, meliputi :

a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja. b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus

dikerjakan.

c. Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam kerja.


(23)

1.3.2 Beban kerja kualitatif, meliputi :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.

b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis.

c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas. d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat. f. Tugas memberikan obat secara intensif.

g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.

1.4 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000).


(24)

2 Stres Kerja

2.1Defenisi Stres Kerja

Secara sederhana, stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang baik secara fisik maupun mental, terhadap sesuatu di lingkungannya yang dirasa mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2001).

Stres merujuk pada kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap perasaan yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas dan ketidaknyamanan (Minner, 1992 dalam Prihatini, 2007)

Dalam kaitan pekerjaan, stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial. Stres yang terlalu rendah mengakibatkan pekerja cenderung menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya, stres yang berlebihan mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan (Smet, 1994).

2.2Mekanisme Stres Kerja

Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama yaitu reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme pertahanan diri. Tahap kedua; reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stres ini terus berlanjut maka akan sampai ke tahap ketiga, yaitu kelelahan yang


(25)

timbul karena mekanisme pertahanan diri telah kolaps (layu) (Nasution, 2000

dalam Prihatini, 2007).

Menurut Selye (dalam Abraham & Shanley, 1997) ada 3 fase atau tahapan stres berdasarkan respons individu terhadap stres yang diterima antara lain :

a. Fase Reaksi Alarm

Merupakan respon siaga dimana pada fase ini terjadi perubahan fisiologis pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan adrenalin, sehingga meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pernapasan dangkal dan cepat. Darah mengalir ke otot dan otak serta menjauh dari kulit (menyebabkan wajah menjadi pucat dan dingin pada area tangan dan kaki), otot-otot leher, bahu dan punggung bagian bawah menjadi tegang (posisi dan ukuran otot-otot inilah yang menjadi tanda nyata adanya stres).

b. Fase Resistensi

Fase ini terjadi apabila respon adaptif tidak mengurangi stres dan orang yang mengalami stres dalam waktu yang lama dapat menstimulasi pengeluaran hormon Adrenalin yang menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang menyempit dengan semakin meningkatnya penggumpalan darah. Hal ini dapat berujung pada terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke atau jantung koroner. Tekanan darah yang meningkat dapat juga menyebabkan kerusakan ginjal.

   


(26)

c. Fase Kepayahan/Kelelahan

Fase ini terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah hancur sebagai akibat kerusakan selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya pemulihan, akan memacu terjadinya penyakit yang lebih serius atau kemunduran, sehingga seseorang tersebut tidak mampu lagi mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakan.

2.3Sumber Stres Kerja

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit tetapi juga dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar terhadap jatuh sakitnya seorang tenaga kerja (Munandar, 2001)

Menurut Cooper (1983) sumber stres kerja terdiri dari:

a. Lingkungan kerja ; kondisi kerja yang buruk berpotensi

menyebabkanpekerja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas.

b. Beban kerja berlebih (work overload) ; dapat menjadi beban kerja

berlebih kuantitatif dan kualitaif. Beban kerja kuantitatif terjadi bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang mengakibatkan mudah lelah. Sedangkan beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.


(27)

c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi

pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan bekerja dan lain sebagainya.

d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan.

Sedangkan dari beberapa analisa yang dilakukan Dewe (1989), dihasilkan 5 sumber utama stres kerja antara lain :

1) Beban kerja yang berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga perawat.

2) Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai kerja keras yang dilakukan, dan gagal bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain.

3) Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan yang cepat.

4) Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosisal dan emosional pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga dan


(28)

merawat pasien yang sulit untuk bekerja sama dengan tindakan yang akan dilakukan.

5) Merawat pasien yang gagal membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama perawatan.

2.4Gejala-gejala Stres Kerja

Menurut Anoraga (2001) gejala stres meliputi : a. Gejala fisik :

Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain. b. Gejala mental :

Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah tersinggung, gelisah, dan putus asa.

c. Gejala sosial atau perilaku

Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar. Beehr (dalam Prihatini, 2007) membagi gejala stres menjadi tiga aspek, yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku.

Gejala psikologis Gejala fisik Gejala perilaku

Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi

dan tekanan darah Menunda, menghindari pekerjaan Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi

adrenalin Produktivitas menurun

Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras


(29)

Tabel 1.2. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku. 2.5Dampak Stres Kerja

Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada din manusia sebagai usaha mengatasi stres (Margiati, 2000 dalam Prihatini, 2007).

Menurut Lubis (2006, dalam Prihatini, 2007), stres kerja dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut ;

a. Stres kerja fisik, meliputi hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan menstruasi dan lain-lain.

Mengurung diri Mudah lelah fisik Absensi meningkat

Depresi Kematian Banyak/kurang makan

Merasa terasing Gangguan

kardiovaskular Nafsu makan hilang

Kebosanan Gangguan pernapasan Tindakan resiko tinggi

Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas

Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik

Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri

Hilang daya konsentrasi Kanker

Hilang kreativitas Ketegangan otot


(30)

b. Stres kerja psikologis, meliputi gangguan psikis yang ringan sampai berat. Gangguan psikis yang ringan , seperti mudah gugup, tegang, marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi, gangguan psikis berat, seperti depresi dan ansietas.

2.6Pencegahan dan pengendalian Stres kerja

Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990, dalam Prihatini, 2007) adalah sebagai berikut

1. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban kerja yang ringan.

2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.

3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.

4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan yang lain.

5. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.

Sedangkan pengendalian stres menurut Quick (1997, dalam Prihatini, 2007) adalah dengan cara :

a. Organisasional, yaitu memodifikasi tuntutan kerja, meningkatkan hubungan kerja.


(31)

b. Individual, yaitu memanajemen persepsi tentang stres, memanajemen lingkungan kerja, menghindari beban kerja yang berlebih, dan

c. Menghindari respon terhadap stres.

3. Perawat

Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60% dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah suatu profesi yang mengkhususkan pada upaya penanganan dan perawatan pasien. Fungsi perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada pasien baik dalam keadaan sakit maupun sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal (Hamid, 2001 dalam Prihatini, 2007)

4. Beban Kerja dan Stres Kerja di Ruang IGD dan ICU

IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan ICU (Intensive Care Unit) merupakan

pelayanan rumah sakit yang beroperasi selama 24 jam, di mana pelayanan dan konsultasi langsung diberikan oleh dokter jaga yang berada di rumah sakit setiap hari serta didukung dengan tersedianya pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi dan perawat yang profesional. IGD dan ICU merupakan lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres kerja yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan


(32)

khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat, (Putrono, 2002).

Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga pasien sering mengeluh dan memberikan kritikan–kritikan sepihak tanpa mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini dapat pula menimbulkan stres kerja bagi perawat, di samping kondisi pasien yang kritis, ruang IGD dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan keahlian khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius, serta menuntut ketrampilan khusus untuk dapat melaksanakan pekerjaan di IGD dan ICU. Kondisi kerja tersebut juga merupakan


(33)

Skema 1 . Kerangka Teori Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat.

Gejala Stres Kerja :

‐ Cemas,bingung, marah ‐ Hilang konsentrasi dan

mudah bosan

‐ Lelah, berkeringat dan jantung berdebar-debar ‐ Sakit kepala dan perut ‐ Otot tegang dan sendi

terasa nyeri

‐ Produktivitas menurun ‐ Perilaku sabotase

(Beehr, 1987) Stres Kerja :

‐ Psikologis ‐ Fisiologis ‐ Perilaku (Beehr, 1987)

Sumber stres kerja ‐ Lingkungan kerja ‐

Deprivational stress

‐ Pekerjaan beresiko tinggi

(Cooper, 1983) Faktor yang Mempengaruhi

beban Kerja:

a. Faktor internal b. Faktor eksternal:

‐ Tugas – tugas ‐ Organisasi kerja ‐ Lingkungam kerja (Manuaba, 2000)

Jenis beban kerja : a. Beban kerja

kuantitatif

b. Beban kerja kualitatif (Munandar, 2001)

‐ Beban kerja

Gejala Stres kerja : ‐ Cemas, bingung,

marah

‐ Hilang konsentrasi dan mudah bosan

‐ Lelah, berkeringat dan jantung berdebar-debar ‐ Sakit kepala dan sakit

perut

‐ Otot tegang dan sendi terasa nyeri

‐ Produktivitas menurun ‐ Perilaku sabotase


(34)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep berfungsi untuk menghubungkan variabel-variabel yang akan diteliti.

Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Beban Kerja dengan Stres

Kerja Perawat

Independen Beban kerja

1) Observasi pasien secara ketat 2) Banyak dan beragamnya pekerjaan 3) Kontak langsung perawat-pasien 4) Rasio perawat-pasien

5) Pengetahuan dan keterampilan perawat

6) Tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang diberikan 7) Harapan pimpinan rumah sakit 8) Tuntutan keluarga pasien

9) Pengambilan keputusan yang tepat 10) Menghadapi pasien tidak berdaya

Dependen

Stres Kerja Perawat Meliputi : meningkatnya tekanan darah, mudah lelah, ketegangan otot, kecemasan, marah, sensitif, komunikasi tidak efektif, konsentrasi menurun, ketidakpuasan kerja, menunda pekerjaan,

produktivitas kerja menurun, minum minuman keras, sabotase, absensi meningkat, dan kriminalitas.


(35)

3.2 Defenisi Operasional

Merupakan penjelasan dari semua variabel dan istilah yang dipergunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca atau peneliti dalam mengartikan makna penelitian.

Variabel Defenisi

operasional Alat ukur Hasil ukur skala

Independen

Beban kerja

perawat

Beban kerja adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang terdiri dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran, yang meliputi :

- Observasi pasien secara ketat selama jam kerja

- Banyak dan beragamnya pekerjaan

- Kontak langsung perawat dan pasien

- Rasio perawat dan pasien

- Pengetahuan dan

keterampilan perawat

- Tanggung

Kuesioner dengan menggunakan skala likert

yang terdiri dari 17 pernyataan.

Beban kerja :

- Ringan : 17 – 33

- Sedang : 34 – 50

- Berat : 51 - 68


(36)

Dependen Stres kerja perawat terhadap pemberian asuhan keperawatan pasien kritis

- Harapan

pimpinan rumah sakit

- Pengambilan keputusan secara cepat dan tepat

- Pemberian obat secara intensif

- Menghadapi

pasien tidak berdaya atau koma Ketidakmampuan perawat untuk menghadapi situasi dan kondisi kerja yang berkaitan dengan lingkungan IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang Kisaran, yang meliputi gejala-gejala seperti :

- Meningkatnya

tekanan darah

- Meningkatnya

sekresi adrenalin

- Gangguan

lambung

- Mudah lelah

- Sering berkeringat

Kuesioner dengan menggunakan skala likert

yang terdiri dari 31 pernyataan.

Stres kerja:

- Tidak stres kerja : 31 – 77

- Stres kerja : 78 - 124


(37)

- Kepala pusing

- Ketegangan

otot

- Sulit tidur

- Kecemasan

dan ketegangan

- Bingung, marah dan sensitif

- Memendam

perasaan

- Komunikasi

tidak efektif

- Mengurung

diri

- Depresi

- Merasa terasing

- Kebosanan

- Ketidakpuasan kerja

- Lelah mental

- Menurunnya

intelektual

- Hilang daya

konsentrasi

- Hilang kreativitas

- Hilang semangat hidup

- Menunda atau

menghindari pekerjaan

- Produktivitas menurun

- Minum

minuman keras

- Gangguan

lambung

- Perilaku sabotase

- Absensi meningkat


(38)

3.3Hipotesa

Berdasarkan kerangka penelitian di atas adapun hipotesa dari penelitian ini adalah:

Ha = ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat

- Nafsu makan

hilang

- Tindakan resiko tinggi

- Kriminalitas

- Interpersonal tidak baik

- Cenderung bunuh diri.


(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji kesahihan hipotesis. Sesuai tujuan penelitian maka desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan metode cross sectional, dimana peneliti mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data kedua variabel hanya satu kali pada satu saat. Dalam penelitian ini akan dilihat efek suatu fenomena (stres kerja) yang dihubungkan dengan penyebab (beban kerja), (Nursalam, 2008).

2. Populasi, sampel dan teknik sampling a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmojo, 1993). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Berdasarkan data yang diperoleh, populasi penelitian di ruang IGD sampai bulan desember 2011 sebanyak 23 orang dan di ruang ICU sebanyak 7 orang sehingga populasi pada penelitian ini berjumlah 30 perawat pelaksana.  


(40)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang dan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 1993). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling. Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana seluruh populasi dijadikan objek penelitian (Nursalam, 2008). Berdasarkan survei yang dilakukan , diperoleh jumlah sampel sebanyak 23 orang dari ruang IGD dan 7 orang dari ruang ICU, sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang

3. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi Penelitian yang dipilih peneliti adalah RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran yang beralamatkan di Jalan Haji Abdul Manan Simatupang, Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 juni sampai 25 Juni 2012 atau selama empat hari. Alasan pemilihan rumah sakit ini sebagai objek penelitian adalah karena RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran merupakan salah satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat dimana pekerjaan pada instalasi tersebut memiliki beban kerja yang tinggi dan dan ditemukan adanya keluhan perawat yang mengarah pada gejala stres kerja. 4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden akan menandatangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi responden.


(41)

Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak – haknya (Autonomy), Kerahasiaan data calon responden

dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan inisial namanya saja untuk menjaga semua kerahasiaan semua informasi yang diberikan (Anonimity). Peneliti juga memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (Confidentiality), hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2009) 5. Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu tentang data demografi, tentang beban kerja, dan tentang stres kerja.

a. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi meliputi nama (inisial), jenis kelamin, status perkawinan, usia, agama, pendidikan terakhir,dan lama bekerja. Data demografi calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden tanpa dianalisa terhadap beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD RSUD Haji Abdul Manan Simatupang .

b. Kuesioner beban kerja

Kuesioner tentang beban kerja terdiri dari 17 pernyataan dimana 13 pernyataan penulis adopsi dari instrumen beban kerja perawat IGD dari Nursalam dan 4 pernyataan yang penulis modifikasi sendiri berdasarkan Munandar (2001, dalam Prihatini,2007). Kuesioner ini juga digunakan untuk mengkategorikan


(42)

beban kerja ringan, sedang , dan berat. Kuesioner ini menggunakan skala likert

dimana pernyataan ini memiliki empat kode, yaitu “1= Beban Kerja Berat”, “2 = Beban Kerja Sedang”, “3 = Beban Kerja Ringan” dan “4 = Tidak Menjadi Beban Kerja”. Pada pernyataan kuesioner ini, jika responden menjawab “1” maka skornya 4, “2” skornya 3, “3” skornya 2, dan “4” skornya 1.

Skor maksimum dalam kuesioner beban kerja kuantitatif adalah jumlah pernyataan x skor tertinggi, menjadi 17 x 4 =68 dan skor minimumnya adalah jumlah pernyataan x skor terendah menjadi 17x1= 17. Sehingga rentang nilai untuk beban kerja yaitu, Ringan = 17 - 33, Sedang = 34 - 50 dan Berat = 51 - 68. Menurut rumus Statistik Sudjana (2002) dimana p = rentang kelas/banyak kelas. P merupakan panjang kelas, rentang kelas adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah yaitu 51, dan banyak kelas ada 3 yaitu beban kerja ringan, sedang, dan berat sehingga didapat nilai p = 17.

c. Kuesioner stres kerja perawat

Kuesioner tentang stres kerja terdiri dari 31 pernyataan yang penulis adopsi dari instrumen stres kerja dari Nursalam dan dimodifikasi dari gejala stres kerja dalam buku Anoraga, Panji (2001) dengan judul buku Psikologi Kerja dan

dalam Penelitian Stres kerja Beehr (1987, dalam Prihatini, 2007). Kuesioner ini juga digunakan untuk mengkategorikan stres kerja menjadi dua, yaitu tidak stres kerja dan stres kerja. Kuesioner ini menggunakan skala likert dimana pernyataan

ini memiliki 4 kode pilihan, yaitu “1 = Selalu”, “2 = Sering”, “3 = Kadang-kadang”, dan “4 = tidak Pernah”. Pada pernyataan kuesioner ini, jika responden menjawab “1” maka skornya 1, “2” skornya 2, “3” skornya 3, dan “4” skornya 4 .


(43)

Skor maksimum dalam kuesioner stres kerja adalah jumlah pernyataan x skor tertinggi menjadi 31 x 4 = 124 dan skor minimumnya adalah jumlah pernyataan x skor terendah menjadi 31 x 1=31 sehingga rentang nilai untuk stres kerja yaitu Tidak Stres Kerja : 31 – 77 dan Stres Kerja : 78 – 124. Menurut rumus Statistik Sudjana (2002) dimana p = rentang kelas/banyak kelas. P merupakan panjang kelas, rentang kelas adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah yaitu 93, dan banyak kelas ada 2 yaitu tidak stres kerja dan stres kerja sehingga didapat nilai p = 47.

6. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen a. Uji validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrument tersebut mampu mengukur apa saja yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu, (Setiadi, 2007). Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (Content Validity)

yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki (Notoadmojo, 1993). Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua dosen keperawatan yang ahli di bidang manajemen keperawatan . Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada dua orang penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut


(44)

menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pernyataan dalam tes (Sukardi, 2009). Kuesioner dikatakan valid apabila nilai

content validity index lebih dari 0,80. Dari hasil uji yang dilakukan oleh para ahli,

didapatkan nilai content validity index beban kerja adalah 0,955 (lampiran 2) dan

stres kerja 0,951 (lampiran 2) yang artinya instrumen tersebut valid untuk digunakan.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap variabel yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan pada 20 orang perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU Rumah Sakit Swasta Ibu Kartini Kisaran. Uji reliabilitas ini digunakan dengan menggunakan analisis cronbach alpha, yaitu dengan memasukkan data yang

diperoleh untuk diproses secara komputerisasi. Alasan digunakannya cronbach alpha, sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan skala likert (Yunus, 2006). Menurut Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Dari hasil uji reabilitas yang dilakukan terhadap 20 orang responden reliabilitas dan kemudian dihitung dengan cronbach alpha , maka diperoleh nilai reliabilitas instrumen beban kerja


(45)

adalah 0,764 (lampiran 3) dan nilai reliabilitas instrumen stres kerja adalah 0,710 (lampiran 3) yang artinya kedua kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan.

7. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, (Nursalam, 2008).

1. Prosedur Administrasi

Prosedur pengumpulan data dimulai dengan prosedur administrasi yaitu dengan meminta surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU untuk diserahkan kepada Kepala Keperawatan di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang dengan melampirkan proposal penelitian untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian Setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Keperawatan, peneliti membawa surat persetujuan tersebut ke bagian tata usaha RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran untuk mendapatkan surat balasan yang menyatakan bahwa peneliti diberi izin untuk mengambil data di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Proses mengurus administrasi berlangsung dari tanggal 19 Juni sampai 22 Juni 2012, dan izin penelitian boleh dijalankan pada tanggal 22 Juni 2012.

2. Prosedur Pengumpulan data


(46)

mendatangi perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU untuk memberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan meminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Jika calon responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, calon responden kemudian menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed consent.). Pada penelitian ini, semua calon responden bersedia untuk

berpartisipasi dan mengikuti prosedur penelitian yang telah disepakati. Pada hari pertama, tanggal 22 Juni 2012 penelitian dilakukan pada shift sore pukul 15.00 pada 3 perawat pelaksana di ruang IGD dan 1 perawat pelaksana di ruang ICU. Pemberian kuesioner berlangsung selama 10 menit. Berdasarkan beberapa pertimbangan peneliti, kuesioner yang telah diberikan untuk diisi oleh perawat pelaksana diberikan kembali kepada peneliti keesokan harinya sesuai jadwal shift perawat tersebut. Begitu juga pada shift pagi dan malam. Penelitian berlangsung dari tanggal 22 sampai 25 Juni 2012 atau selama 4 hari.

8. Analisa data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan data dari responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. (Nursalam, 2008)

Statistik univariat digunakan untuk menyajikan data – data demografi perawat, yang meliputi jenis kelamin, umur, agama, suku, pendidikan terakhir responden, lama responden bekerja, beban kerja dan stres kerja perawat


(47)

Statistik bivariat yaitu uji analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Statistik Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat itu bermakna atau tidak. Sebelum melakukan uji statistik bivariat, peneliti terlebih dahulu melakukan uji normalitas dengan metode Shapiro Wilk karena sampelnya ≤ 50 dengan nilai kemaknaan (p > 0,05). Setelah dilakukan uji normalitas, didapat p = 0,153 untuk beban kerja p = 0,422 (lampiran 4) dan untuk stres kerja p = 0,334 (lampiran 4), yang berarti distribusi data adalah normal. Karena masalah skala pengukuran kedua variabel adalah numerik (interval), dan distribusi data adalah normal, maka uji korelasi yang digunakan adalah uji parametrik, yaitu uji pearson. Sebab uji pearson adalah analisa data yang digunakan untuk menguji korelasi dari dua variabel penelitian dengan masalah skala pengukuran numerik (interval). Dari hasil analisa akan diperoleh nilai p, jika p < 0,005 maka Ho ditolak, ini berarti ada hubungan beban kerja dengan stres kerja. Hasil analisa yang diperoleh adalah p = 0,840 (lampiran 4) yang berarti terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang.

       


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan mengenai hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul manan Simatupang kisaran.

1. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 22 Juni 2012 sampai 25 Juni 2012. Penelitian ini melibatkan 30 perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul manan Simatupang kisaran. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, beban kerja, stres kerja perawat dan hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat.

1.1.Karakteristik demografi responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku, pendidikan terrakhir dan lama bekerja. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis terhadap hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan yaitu 21 orang (70%). Dilihat dari usianya, 12 orang (40%) berada pada rentang 28 – 31 tahun . Berdasarkan status perkawinan, mayoritas responden dengan status menikah berjumlah 17 orang (56,7%). Dilihat dari agama, sebanyak 25 orang (83,3%) beragama Islam. Dilihat dari suku responden,


(49)

sebanyak 13 orang (43,3%) adalah suku Batak. Berdasarkan pendidikan terakhir , mayoritas pendidikan terakhir responden adalah DIII Keperawatan yaitu sebanyak 27 orang (90%). Dilihat dari lama bekerja, sebagian besar lama bekerja responden yaitu 13 orang (43,3%) berada di rentang 5 – 7 tahun. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi dan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Data Demografi

Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Subtotal 9 21 30 30,0 70,0 100 Usia

24 - 27 tahun 28 - 31 tahun 32 – 35 tahun 36 – 40 tahun

Subtotal 10 12 7 1 30 33,3 40 23,3 3,3 100 Status Perkawinan Menikah Belum Menikah Subtotal 17 13 30 56,7 43,3 100 Agama Islam Kristen Subtotal 25 5 30 83,3 16,7 100 Suku Batak Melayu Jawa Minang Lain-lain Subtotal 13 6 8 2 1 30 43,3 20,0 26,7 6,7 3,3 100


(50)

Lanjutan tabel 5.1 Pendidikan Terakhir SPK DIII Keperawatan S1 keperawatan Subtotal 27 1 30 90,0 3,3 100 Lama Bekerja

2 - 4 tahun 5 – 7 tahun 8 – 10 tahun

Subtotal 8 13 9 30 26,7 43,3 30,0 100

1.2. Beban kerja

Hasil analisa data beban kerja perawat IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran diperoleh mean 47,27 (SD = 11,483). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata klasifikasi beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran berada pada kategori sedang (lihat pada tabel 5.2).

Tabel 5.2. Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Variabel Mean SD

Beban kerja 47,27 11,483

1.3Stres kerja

Hasil analisa data stres kerja perawat IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran diperoleh mean = 64,90 (SD = 17,426). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tidak mengalami stres kerja.


(51)

Tabel 5.3 Rata –rata dam Penyebaran Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

Variabel Mean SD

Stres kerja 64,90 17,426

1.4 Hubungan beban kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Hasil uji statistik secara komputerisasi menggunakan uji pearson diperoleh koefisien korelasi beban kerja dengan stres kerja perawat yang diperoleh yaitu 0,840 yang berarti korelasi beban kerja dengan stres kerja perawat tinggi dan P Value 0,000 <0,05 yang berarti hipotesa alternatif diterima . Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel .

Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Pearson Beban Kerja dengan Stres Kerja di ruang IGD RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Kisaran (N=30)

Variabel 1 Variabel 2 ρ P value


(52)

2. Pembahasan

Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahsan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang kisaran.

2.1 Beban Kerja

Dari hasil penelitian tentang beban kerja yang dapat dilihat pada tabel 5.2, menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja di ruang IGD dan ICU adalah 47,27 (SD = 11,483) dimana berada pada rentang nilai 34 – 50, yaitu kategori beban kerja sedang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Putrono (2002), bahwa perawat IGD dan ICU beresiko tinggi mengalami beban kerja berlebih karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pekerjaan yang membutuhkan perhatian, pengetahuan, dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Teori lain dikemukakan oleh Munandar (2001), bahwa fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat.

Menurut Manuaba (2000) , setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis


(53)

dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu. Adapun faktor yang mempengaruhi beban kerja yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang meliputi tugas-tugas keperawatan yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya, hal ini dikarenakan perawat selain menjalankan tugas pokoknya memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, juga harus melaksanakan tugas tambahan yang lain (misalnya : menulis resep, menetapkan diagnosa penyakit, mengambil obat di apotik, menyuntik pasien, mengambil hasil laboratorium, melakukan tindakan pengobatan), disamping itu dikarenakan juga kurangnya jumlah tenaga perawat dibanding dengan jumlah pasien .

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dengan judul Hubungan Beban Kerja Perawat IGD dengan Waktu Tanggap Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien di IGD Badan

Pelayanan Kesehatan RSU Kabupaten Magelang yang menunjukkan hasil beban

kerja perawat IGD 75% berat, 25% ringan. Penelitian terkait dilakukan oleh Prihatini, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,3% beban kerja di ruang perawatan berada pada kategori sedang, 77,8% beban kerja berada pada kategori sedang, 71,4% beban kerja ruang perawatan kebidanan berada pada kategoru sedang dan 100% beban kerja di ruang perawatan penyakit dalam juga berada di kategori sedang. Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh dengan hasil yang diperoleh bahwa perawat dengan beban kerja berat 55,7% dan beban kerja ringan 44,3%.


(54)

2.2 Stres Kerja

Dari hasil penelitian tentang stres kerja di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang yang dapat dilihat pada tabel 5.3 didapat bahwa dari 30 perawat pelaksana diperoleh mean = 64,90 (SD=17,426) yang menunjukkan bahwa rata-rata perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tidak mengalami stres kerja dan 33,3% perawat pelaksana mengalami stres kerja. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa memang beberapa perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini didukung teori yang dikemukakan oleh Philip (1996), bahwa Perawat memiliki kemungkinan yang sangat luas kaitannya dengan kejadian stres kerja seperti dampak dari tuntutan terhadap tingkat keahlian tertentu yang tinggi, tim kerja dengan profesi dan situasi yang bervariasi, pelayanan keperawatan 24 jam, input yang sering memancing emosional perawat. Hal ini juga didukung oleh Hudak (1997) yang menyatakan bahwa stres kerja perawat IGD dan ICU dikarenakan perawat IGD dan ICU berbeda dengan perawat bagian lain. Tingkat pekerjaan dan pengetahuan perawat IGD dan ICU lebih kompleks karena diberi tanggung jawab untuk mempertahankan keseimbangan pasien untuk berjuang melewati kondisi kritis/terminal yang mendekati kematian. Hal ini didukung oleh Davis dan Newstrom (dalam Margiati, 1999) dimana stres kerja disebabkan oleh tugas yang terlalu banyak dan stes kerja akan bertambah jika beban kerja yang didapat tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi perawat. Berdasarkan penelitian Mealer, didapatkan hasil bahwa dari


(55)

230 perawat ICU, 54 perawat mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Arifin dengan judul Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres

Kerja Perawat ICU Di RSUD DR. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan yang

menunjukkan 76,9% perawat mengalami stres kerja sedang dan 23,1% mengalami stres kerja ringan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat IGD dan ICU beresiko tinggi mengalami stress kerja.

2.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres kerja di ruang IGD RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Berdasarkan tabel 1.4 menunjukkan bahwa adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik Pearson p=0.000 <0,05 dengan tingkat korelasi kuat sebesar (r = 0,840 dan p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat dimana terjadinya peningkatan beban kerja akan diiringi dengan peningkatan stres kerja. Hal ini didukung oleh teori Munandar (2001), dimana jika beban kerja perawat tinggi, seharusnya tinggi pula tingkat stres kerja yang dialami oleh perawat, dimana beban kerja sedang yang tidak segera diatasi akan menambah tingkat stres dalam bekerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cooper (1983, dalam Prihatini, 2007), dimana stres kerja pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan kerja, beban kerja berlebih, dan


(56)

(2006) tentang beban kerja dan perasaan kelelahan menyimpulkan adanya hubungan beban kerja di lingkungan kerja yang merupakan gejala fisik dari stres kerja, artinya semakin berat beban kerja maka semakin tinggi pula tingkat stress kerja yang dialami perawat. Hal ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Cooper (1983), dimana perawat yang mengalami stres kerja ini disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tidak segera diatasi serta tuntutan peran (tugas) yang lain yaitu tugas non keperawatan. Akibatnya timbul berbagai keluhan yang meliputi perawat merasa cepat lelah walau sudah istirahat, sulit untuk berkonsentrasi serta merasa sakit kepala pada saat atau setelah bekerja yang merupakan gejala dari stres kerja.

Namun dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa ternyata tidak semua beban kerja yang sedang menyebabkan stres kerja yang sedang pula pada perawat. Terdapat beberapa perbedaan respon perawat terhadap beban kerja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Munandar (2002, dalam Soekardjo, 2007), dimana setisap perawat memiliki mekanisme atau strategi koping dengan sumber dan kemampuan yang berbeda-beda dalam mengatasi stres, sehingga stres yang sama akan mempunyai dampak dan reaksi yang berbeda pada setiap individunya. Mekanisme koping yang efektif pada responden akan menghasilkan adaptasi yang berakhir dengan perilaku konstruktif (upaya menyelesaikan masalah secara asertif), sehingga responden mengalami stres kerja ringan dan sebaliknya, mekanisme koping yang tidak efektif berakhir dengan perilaku menyimpang (maladaptif atau destruktif) dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan, sehingga responden mengalami stres kerja sedang mapun berat.


(57)

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Prihatini yang menunjukkan adanya hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat dimana didapat keofisien korelasi sebesar( r = 0,885 dan p = 0,019). Penelitian lain yang terkait dilakukan oleh Sukardjo yang menunjukkan hasil p value = 0,041 , p value < 0,05 yang berate bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat.


(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat diambil

kesimpulan mengenai hubungan beban kerja dengan stress kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata beban kerja pada ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah 47,27 (SD=11,483) dimana rata-rata beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran berada pada kategori sedang.

2. Rata-rata stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah 64,90 (SD=17,426) dimana rata-rata perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tidak mengalami stres kerja.

3. Hasil uji statistik ditemukan hubungan yang signifikan (sangat kuat) antara beban kerja dengan stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan koefisien korelasi sebesar (r=0,840dan p=0,000).


(59)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas , maka saran-saran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Dari hasil penelitian didapatkan beban kerja perawat IGD dan ICU tinggi dan stres kerja sedang sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi pada perawat.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan pengetahuan serta informasi mengenai beban kerja dan stres kerja perawat secara mendalam, sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitan beban kerja dengan stres kerja dan diharapkan beban kerja berlebih dan stres kerja dapat dihindari.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan – keterbatasan seperti jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk penelitian mendatang diharapkan agar jumlah responden lebih dimaksimalkan lagi.

4. Bagi Perawat


(60)

dapat mengantisipasi stres kerja dengan cara mempersiapkan fisik dan mental, mengikuti pelatihan dan pengembangan keahlian, juga membentuk lingkungan sosial yang sehat antara sesama perawat untuk menghindari beban kerja berlebih yang dapat mengakibatkan stres kerja.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham & shanley. (1997). Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta :

EGC

Andreas, A. (2008). Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja Perawat ICU.

http://eprints.undip.ac.id/10782/1/(jurnal)-andreas_agung_k.pdf

Anoraga. (2001). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arifin. (2007). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres Kerja Perawat ICU di RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan

http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/65420814114_abs.pdf Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Dahlan, S.M. (2008). Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat, Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS (Edisi 3). Jakarta : Salemba Medika

Djojodibroto. (1997). Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates

Fraser. (1992). Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo

Manuaba. (2000). Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya : Guna Widya

Munandar. (2001). Stres dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prihatini. (2007). Analisis Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan


(62)

Riwidikdo, H. (2008). Statistika Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Widiasarana Indonesia

Sukardi. (2009). “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara


(63)

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Nama Peneliti : Siska Dolok Saribu

Judul Penelitian : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU.

Hasil penelitian ini akan dijadikan bahan masukan bagi pihak rumah sakit untuk dapat dijadikan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit didalam pengambilan keputusan pembuatan kebijakan baru untuk kedepannya.

Oleh karena itu, diharapkan perawat-perawat di ruang IGDdan ICU dapat bekerjasama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti berjanji akan menghargai hak perawat IGD dan ICU dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan data, pengolahan, maupun dalam penyajian laporan nantinya. Keikutsertaan perawat-perawat adalah sukarela sehingga bebas untuk menolak ikut serta di dalam penelitian ini tanpa ada sanksi.

Oleh karena itu, melalui penjelasan yang singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi perawat-perawat IGD dan ICU dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih.

Kisaran, Juni 2012 Responden


(64)

Lampiran 2 INSTRUMENT PENELITIAN

A. Data Demografi Nama :

Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban 2. Beri tanda ( √ ) pada kotak yang disediakan

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan 1 jawaban yang sesuai menurut responden

No. responden : 1. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

2. Usia ….

3. Status perkawinan

Menikah belum menikah

4. Agama …. 5. Suku

Batak Jawa Lain-lain

Melayu Minang

6. Pendidikan terakhir

SPK S1 Keperawatan

DIII Keperawatan 7. Lama bekerja di IGD …


(65)

LEMBAR KUESIONER

B. Beban Kerja Perawat IGD dan ICU

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda alami.

Kode :

4 = tidak menjadi beban kerja 3 = beban kerja ringan

2 = beban kerja sedang 1 = beban kerja berat

NO PERNYATAAN 1 2 3 4

Beban Kerja Kuantitatif

1 Melakukan observasi pasien secara ketat selama jam kerja

2 Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan pasien 3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus

dilakukan demi keselamatan pasien 4 Kontak langsung perawat dengan pasien

di ruang IGD secara terus-menerus selama jam kerja

5 Kurangnya tenaga perawat IGD dibanding dengan pasien kritis 6 Membuat dokumentasi asuhan

keperawatan yang telah dilakukan 7 Menyampaikan informasi mengenai

status kesehatan pasien kepada pasien dan keluarganya

8 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan diberikan kepada pasien dan keluarganya


(66)

Beban Kerja kualitatif

10 Pengetahuan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD dan ICU

11 Keterampilan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD dan ICU

12 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas

13 Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien

14 Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang tepat

15 Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien IGD dan ICU

16 Setiap saat menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.

17 Tugas pemberian obat-obatan secara intensif


(67)

C. Stres Kerja Perawat IGD dan ICU

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda alami.

Kode :

- 4 = Selalu

- 3 = Sering

- 2 = kadang-kadang

- 1= Tidak Pernah

NO PERNYATAAN 1 2 3 4

Stres fisik

1 Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja 2 Saya merasa denyut nadi meningkat saat bekerja 3 Saya kehilangan napsu makan

4 Saya merasa tangan terasa capek saat bekerja 5 Saya kesulitan tidur pada shift malam

6 Tangan saya berkeringat saat bekerja 7 Betis saya terasa pegal saat bekerja

Stres psikologis

Pada saat bekerja saya : 8 Merasa cemas dan tegang

9 Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun


(68)

tidak cukup

12 Berpikir hal-hal kecil terlalu detail 13 Merasa jenuh dan tidak bersemangat 14 Merasa bingung

15 Merasa tidak puas

16 Menghindari pekerjaan yang sulit

17 Merasa terasing dari perawat-perawat lainnya

18 Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti 19 Merasa tidak efektif dalam berkomunikasi dengan

teman kerja

Stres perilaku / social

20 Saya menghindar dari masalah saat bekerja 21 Saya merasa produktivitas kerja saya menurun 22 Saya menunda pekerjaan yang sulit

23 Napsu makan saya menurun

24 Saya melakukan tindakan kekerasan terhadap rekan kerja jika mereka membuat saya kesal saat bekerja

25 Saya berlaku curang saat bekerja

26 Saya melakukan tindakan yang dapat merugikan pasien

27 Saya malas masuk kerja

28 saya merasa ingin bunuh diri karena gagal melakukan pekerjaan

29 Saya berselisih dengan teman kerja


(69)

31 Saya tidak menghiraukan pasien yang sedang merintih


(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

Perhitunga

Beban ker CVI = tota CVI = 65/ CVI= 0,95

Stres kerja CVI=total CVI=118/ CVI=0,95

an uji validi

rja

al nilai/total /68

55

a

l nilai/toyal /124

1

itas

l maksimum

maksimum m


(81)

Lampiran 4

Data demografi

Statistics

jeniskelamin usia statusperkawinan agama suku

pendidikanter

akhir lamabekerja

N Valid 30 30 30 30 30 30 30

Missi

ng 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.70 29.63 1.43 1.17 2.07 1.97 5.97

Std. Deviation .466 3.681 .504 .379 1.143 .320 2.385

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 9 30.0 30.0 30.0

perempuan 21 70.0 70.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 24 2 6.7 6.7 6.7

25 2 6.7 6.7 13.3

26 1 3.3 3.3 16.7

27 5 16.7 16.7 33.3


(82)

30 7 23.3 23.3 70.0

31 1 3.3 3.3 73.3

32 3 10.0 10.0 83.3

34 1 3.3 3.3 86.7

35 3 10.0 10.0 96.7

40 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

rentang usia responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 24-27 10 33.3 33.3 33.3

28-31 12 40.0 40.0 73.3

32-35 7 23.3 23.3 96.7

36-40 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

statusperkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menikah 17 56.7 56.7 56.7

belum menikah 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 25 83.3 83.3 83.3


(83)

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 25 83.3 83.3 83.3

kristen 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 13 43.3 43.3 43.3

melayu 6 20.0 20.0 63.3

jawa 8 26.7 26.7 90.0

minang 2 6.7 6.7 96.7

lain-lain 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

pendidikanterakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SPK 2 6.7 6.7 6.7

DIII Keperawatan 27 90.0 90.0 96.7

S1 keperawatan 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

lamabekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(84)

3 3 10.0 10.0 16.7

4 3 10.0 10.0 26.7

5 7 23.3 23.3 50.0

6 3 10.0 10.0 60.0

7 3 10.0 10.0 70.0

8 5 16.7 16.7 86.7

10 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

rentang lama bekerja responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2-4 8 26.7 26.7 26.7

5-7 13 43.3 43.3 70.0

8-10 9 30.0 30.0 100.0


(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

Lampiran 6 Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

- Biaya kertas dan tinta print proposal Rp 70.000,- - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 30.000,-

- Biaya internet Rp 50.000,

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 80.000,-

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp 100.000,-

- Transportasi Rp 100.000,-

3. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp 150.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 150.000,-

- Biaya sidang skripsi Rp 200.000,-

- Souvenir Rp 300.000,-

4. Biaya tidak Terduga Rp 133.000,-

Jumlah Rp 1.463.000,-


(90)

Lampiran 7 Riwayat Hidup

Nama : Siska Dolok Saribu

Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran, 13 januari 1990

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg Haji Arif No 37 Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1996-2002 : SD Swasta Cokroaminoto kisaran 2. 2002-2005 : SLTPN 1 Kisaran

3. 2005-2008 : SMA N 1 Kisaran


(91)

(92)

(93)

(1)

(2)

Lampiran 6 Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

- Biaya kertas dan tinta print proposal Rp 70.000,- - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 30.000,-

- Biaya internet Rp 50.000,

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 80.000,-

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp 100.000,-

- Transportasi Rp 100.000,-

3. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp 150.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 150.000,-

- Biaya sidang skripsi Rp 200.000,-

- Souvenir Rp 300.000,-

4. Biaya tidak Terduga Rp 133.000,-

Jumlah Rp 1.463.000,-

 


(3)

Lampiran 7 Riwayat Hidup

Nama : Siska Dolok Saribu Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran, 13 januari 1990

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg Haji Arif No 37 Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1996-2002 : SD Swasta Cokroaminoto kisaran 2. 2002-2005 : SLTPN 1 Kisaran

3. 2005-2008 : SMA N 1 Kisaran


(4)

(5)

(6)