Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

(1)

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN

STRESS KERJA PERAWAT DI TIAP RUANG

RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

TESIS

OLEH

LILIS DIAN PRIHATINI

057010015/KK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

INAP RSUD SIDIKALANG

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Dalam Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kekhususan Kesehatan Kerja, Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

LILIS DIAN PRIHATINI

057010015/KK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN

STRESS KERJA PERAWAT DI TIAP RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

Nama Mahasiswa : LILIS DIAN PRIHATINI

Nomor Pokok : 057010015

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KEKHUSUSAN KESEHATAN KERJA

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM Ketua

Dra.Sri Supriyanti, M.Si Ir. Mbue Kata Bangun,MS Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,

Dr. Drs.R.Kintoko Rochadi,MKM Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc Tanggal Lulus : 31 Agustus 2007


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM Anggota : Dra. Sri Supriyanti, MSi

Ir.Mbue Kata Bangun, MS Dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK Ir. Kalsum, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2007


(6)

ABSTRACT

LILIS DIAN PRIHATINI

Stress emerged on nurse due to various factors, such as work load. Load of nurses in hospital including physical task and mentally task. This research is purposed to find out the relationship between work load with work stress on nurse in every room of Region General Hospital Sidikalang.

The research used cross sectional design of 30 nurses as samples which work in surgical room 6 nurses, children section 9 nurses, midwifery section 7 nurses and internist section 8 nurses. Data analyzed by analytical approach which use product moment correlation and one way Anova testing.

The result show that there are significant relationship between workg load and work stress of all nurses in all overnight room, with significant level an\d various coefficient correlation. In surgical room there are correlation of work load to work stress with coefficient correlation about 0,885. Nurses in children section, coefficient correlation about 0,705, in midwife section coefficient correlation about 0,756, internist\section , coefficient correlation about 0,797.

The result of one way Anova testing show that there is no significant differentiation of work load off all nurses in all room with work stress.

The research recommended the necessity of average work load for nurses by perform rotation system to prevent surfeit for nurse if work in one room for long time period. The necessity to keep average work stress by improve their ability to balancing internal and external work load when performing service in hospital. The possibility to make following research about related factors with load and work stress in hospital.


(7)

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PERAWAT DI TIAP RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

ABSTRAK

LILIS DIAN PRIHATINI

Stress pada perawat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah beban kerja. Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel beban kerja dengan stress kerja pada perawat di tiap ruangan rawat inap RSUD Sidikalang.

Penelitian menggunakan rancangan cross sectional terhadap 30 orang perawat sebagai sampel yang bertugas di ruangan bedah 6 orang, ruangan anak 9 orang, ruangan kebidanan 7 orang dan ruangan penyakit dalam 8 orang. Analisis

data secara analitik menggunakan uji korelasi product moment pearson untuk menguji hubungan kerja dengan stress kerja dan untuk menguji perbedaan beban kerja dengan stress kerja ditiap ruangan digunakan uji statistik one way Anova.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat di seluruh ruang rawat inap, dengan tingkat signifikan dan koefisien korelasi yang bervariasi. Pada ruang perawatan bedah terdapat hubungan beban kerja dengan stress kerja dengan koefisien korelasi sebesar 0,885. Pada perawat yang bertugas di ruang perawatan anak, koefisien korelasi sebesar 0,705, di ruang perawatan kebidanan, koefisien korelasi sebesar 0,756, ruang perawatan penyakit dalam, koefisien korelasi sebesar 0,797.

Hasil uji one way Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan beban kerja dan stress kerja perawat di seluruh ruang perawatan.

Rekomendasi penelitian ini adalah perlu dipertahankan beban kerja yang sedang pada perawat dengan melakukan upaya sistem rotasi bagi perawat di ruang perawatan RSUD Sidikalang sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada perawat apabila bekerja pada satu ruangan dalam jangka waktu lama yang dapat menimbulkan stress kerja. Perlu dipertahankan tingkat stress kerja yang sedang pada perawat dengan meningkatkan kemampuan dalam diri perawat untuk menyeimbangkan beban internal dan beban eksternal yaitu memisahkan beban kerja pada keluarga (rumah) dengan beban kerja pada saat melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Dimungkinkan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang terkait dengan beban dan stress kerja perawat di rumah sakit.


(8)

Segala Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melindungi dan menyertai Saya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan kepada

1. Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dra. Sri Supriyantini, M.Si dan Bapak Ir. Mbue Kata Bangun,MS yang telah banyak meluangkan waktu dan sumbang saran pemikiran dalam membimbing penulis mulai dari awal sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

2 Ibu Prof.Dr.Ir. Chairun Nisa B, MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan ini.

3 Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM sebagai Ketua Jurusan Kekhususan Program Studi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana USU dan Ibu dr.Halinda Lubis, MKKK sebagai Sekretaris Program yang turut mendukung dalam menyelesaikan studi ini.

4 Seluruh Dosen pengajar Kekhususan Program Studi Kesehatan kerja Sekolah Pascasarjana USU yang telah menberikan ilmu kepada saya selama mengikuti pendidikan .

5 Bapak dr. Budiman Simanjuntak, MKes selaku Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Dairi beserta staf yang memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan ini

6 Bapak dr.Reinfil Capah, MKes selaku Direktur RSUD Sidikalang yang turut membantu dalam kelancaran pendidikan penulis.

7 Suamiku GTD Sihite, DCN, MKes, anak-anakku Theodora TA Sihite dan Joel TB Sihite yang telah mendukung dengan semangat,kasih sayang dan doa selama penulis menjalankan pendidikan.


(9)

8 Teman-teman mahasiswa Kekhususan Program Studi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana angkatan 2005 atas dorongan, bantuan dan kerjasama yang telah kita bina selama ini.

9 Seluruh Staf administrasi Kekhususan Program Studi Kesehatan Kerja

Sekolah Pascasarjana USU yang telah membantu kelancaran administrasi dengan tulus ikhlas

10 Teman-teman di RSUD Sidikalang dan Medan yang telah memberi semangat dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini

Secara khusus Penulis juga mengucapkan terima kasih tidak terhingga kepada ;

Ayahnda YH Ratih BSc ( Alm) yang telah meninggal tanggal 27 Juni 2007 atas perannya yang sedemikian besarnya dalam mendidik dan membesarkan penulis.

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini, sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tesis ini.

Medan, 31 Agustus 2007


(10)

Nama : Lilis Dian Prihatini Tempat/Tanggal Lahir : Palangkaraya, 2 September 1964

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Komplek RSUD Sidikalang no. 13 B Sidikalang

Telpon. (0627 22968)

Riwayat Pendidikan

1. SD Katolik ” Don Bosco” Palangkaraya tahun 1970 – 1976 2. SMP Katolik ” ST Paulus” Palangkaraya tahun 1976 - 1980 3. SMF ISFI Banjarmasin Banjarmasin tahun 1980 – 1983 4. Akademi Gizi DepKes Jakarta tahun 1984 - 1988 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan tahun 2000 - 2002 6. Magister Kekhususan Program Studi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana USU

Medan tahun 2005 – 2007.

Riwayat Pekerjaan ;

1. Ka. Instalasi Gizi RSUD Sidikalang tahun 1990 - 2000

2. Pl.Sie Perawatan II RSUD Sidikalang tahun 2002 - 2003 3. Pl.Sie Pelayanan II RSUD Sidikalang tahun 2004 - 2005


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 10

1.4.Hipotesis Penelitian ... 11

1.5.Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Stress Kerja ... 13

2.1.1. Pengertian Stress Kerja ... 13

2.1.2. Tahapan Stress Kerja ... 14

2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Stress Kerja ... 16

2.1.4. Gejala-gejala Stress Kerja ... 20

2.1.5. Dampak Stress Kerja ... 22

2.1.6. Pencegahan dan Pengendalian Stress Kerja... 23

1.2.Beban Kerja ... 24

2.2.1. Pengertian Beban Kerja ... 24

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 25

2.2.3. Dampak Beban Kerja ... 26

2.2.4. Penilaian Beban Kerja ... 26

2.3.Perawat ... 28

2.4.Beban Kerja dan Stress Kerja Unit Rawat Inap ... 29

2.5.Hubungan Antara Beban Kerja dan Stress Kerja... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Lokasi dan Waktu ... 35

3.2. Rancangan Penelitian ... 35

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.4. Metode dan Alat ... 36

3.5. Validitas dan Reliabilitas... 38

3.6. Variabel Penelitian ... 39

3.7. Analisa Data ... 39

3.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 40


(12)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 47

4.2. Deskripsi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang ... 48

4.3. Identitas Responden ... 52

4.4. Beban Kerja Perawat... 53

4.5. Stress Kerja Perawat ... 54

4.6. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat ... 57

4.7. Perbedaan Beban Kerja Perawat Berdasarkan Ruangan ... 59

4.8. Perbedaan Stress Kerja Perawat Berdasarkan Ruangan... 60

4.9. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat ... 61

4.9.1. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Perawatan Bedah... 61

4.9.2. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Perawatan Anak ... 62

4.9.3. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Perawatan Kebidanan... 64

4.9.4. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Perawatan Penyakit Dalam ... 64

4.10. Perbedaan Beban Kerja setiap Ruangan ... 65

4.11. Perbedaan Stress Kerja Perawat setiap Ruangan ... 67

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Saran ... 68

5.2. Kesimpulan ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi 2. Kuesioner

3. Master Data 4. Hasil uji Statistik


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Kategori Berat Ringan Beban Kerja berdasarkan Metabolisme,

Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Menurut Christensen.. 28 Tabel 3.1. Kategori Beban Kerja ... 41 Tabel 3.2. Kisi-kisi Variabel bebas ... 44 Tabel 3.3. Jadwal Penelitian ... 46 Tabel 4.1. Distribusi Identitas Responden Perawat di Ruang Rawat Inap

RSUD Sidikalang ... 53 Tabel 4.2. Distribusi Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD

Sidikalang ... 54 Tabel 4.3. Distribusi Stress Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD

Sidikalang ... 55 Tabel 4.4. Korelasi antara Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang

Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang ... 59 Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Beban Kerja Perawat Berdasarkan Ruang

Rawat Inap RSUD Sidikalang ... 59 Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan Stress Kerja Perawat Berdasarkan Ruang


(14)

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Dalam era globalisasi sekarang ini, kita rasakan bahwa batas antar benua sudah semakin tidak jelas. Hal ini memudahkan bagi suatu negara untuk menanamkan modalnya serta mengembangkan usahanya ke negara lain. Oleh karena itu persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Suatu organisasi yang tidak dapat menjawab tantangan tersebut, dapat dipastikan semakin lama akan semakin terancam kelangsungan hidupnya.

Agar tetap dapat berkiprah di era pasar bebas yang penuh persaingan tersebut, masalah kualitas sumber daya manusia merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan, karena sumber daya manusia merupakan salah satu asset yang menentukan maju mundurnya suatu organisasi.

Demikian pula halnya dalam bidang pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit, tak terlepas dari dampak adanya era globalisasi tersebut. Rumah sakit sebagai sebuah institusi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan telah mengalami beberapa perubahan yang mendasar. Pada awal perkembangannya rumah sakit adalah sebuah lembaga yang bersifat sosial. Tetapi dengan masuknya rumah sakit swasta serta pemodal baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing, menjadikan rumah sakit lebih mengacu sebagai suatu industri yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang kini berkembang di rumah sakit bukan saja menyangkut masalah bangunannya (seperti ukuran, kompleksitas, jumlah unit), jumlah kualifikasi staf medis atau non medis, sistem keuangan serta


(16)

sistem informasi, tetapi menyangkut pula pada kualitas pelayanan pekerja kesehatan dalam memberikan pelayanan.

Dalam bidang pelayanan kesehatan, pemerintah telah mencanangkan visi “Indonesia Sehat 2010”, dimana dalam visi tersebut pemerintah bertekad untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh (Bambang, 2002).

Dalam mencapai visi tersebut, salah satu strategi yang harus dilakukan adalah meningkatkan profesionalisme, termasuk profesionalisme masyarakat pekerja rumah sakit. Pekerja di rumah sakit merupakan kelompok masyarakat yang turut berperan dalam mencapai “Indonesia Sehat 2010”. Oleh karena itu pekerja rumah sakit merupakan sumber daya manusia yang harus dibina agar menjadi produktif dan berkualitas ( Dep Kes ,2003).

Melihat kondisi diatas maka sudah seharusnya pekerja di rumah sakit menjadi sasaran prioritas program kesehatan dan keselamatan kerja, karena pemeliharaan kesehatan sangatlah penting untuk mendukung visi “Indonesia Sehat 2010” (Bambang, 2002).

Pekerja kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pekerja rumah sakit banyak terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Mereka selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerjanya (Dep Kes ,2003).


(17)

3

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam sehari. Rumah sakit membuat pemisahan terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu pelayanan pasien yang memerlukan penanganan emergensi, tidak emergensi dan yang di opname. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar 60 % dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat di rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat. (Hamid, 2001).

Dalam menjalankan profesinya perawat rawan terhadap stress. Menurut survei di Perancis (dalam Frasser, 1997) ditemukan bahwa persentase kejadian stress sekitar 74 % dialami perawat. Sedangkan di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (2006) terdapat 50,9% perawat mengalami stress kerja.

Demikian pula halnya di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa perawat RSUD tersebut, diasumsikan bahwa banyak perawat RSUD tersebut yang mengalami stress kerja. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan nyeri otot dan sendi, jantung berdebar, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, perasaan lelah, serta nafsu makan menurun. Menurut Anoraga (2001) hal ini merupakan gejala-gejala adanya stress kerja.


(18)

Sesuai dengan profesinya, perawat di RSUD Sidikalang dituntut untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam upaya membantu pasien mengatasi masalahnya. Tuntutan tersebut dapat menyebabkan terjadinya stress.

Menurut Spielberger (dalam Handoyo, 2001) stress diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Menurut Goldberger dkk (dalam Leila, 2002) menambahkan bahwa stress kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan yang disebabkan oleh stressor dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan fisik, sistem organisasi dan individu. Ditambahkan oleh Spielberger (dalam Handoyo, 2001) bahwa stress disebabkan oleh adanya tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.

Terdapat berbagai faktor penyebab dari stress. Menurut Hurrel (dalam Munandar,2001) faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stress dikelompokkan dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karier, hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan organisasi. Pertama, kategori faktor –faktor intrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas, untuk fisik misalnya kebisingan, panas sedangkan tugas mencakup beban kerja, kerja malam dan penghayatan dari resiko dan bahaya. Kedua, peran individu dalam organisasi artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Ketiga, pengembangan karier merupakan pembangkit stress potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan,promosi berlebih atau promosi yang kurang.


(19)

5

Keempat, hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terlihat dari kepercayaan yang rendah, minat yang rendah dalam pemecahan masalah organisasi. Sedangkan untuk yang ke lima yaitu struktur dan organisasi, kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi.

Seperti halnya stress pada umumnya, stress pada perawat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah beban kerja. Menurut Manuaba (2000) beban kerja dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan, organisasi dan lingkungan kerja. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Ilmi (2003) bahwa terdapat lima besar urutan stressor pada perawat. Pertama dikarenakan beban kerja yang berlebihan (sebanyak 82,2 %), selanjutnya dikarenakan pemberian upah tidak adil (57,9 %), kondisi kerja (52,3 %), beban kerja yang kurang (48,6 %) , dan tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan (44,9 %).

Perawat adalah profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan tuntutan kerja yang bervariasi, tergantung pada karakteristik-karakteristik tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik tugas (yang membutuhkan kecepatan, kesiagaan, serta kerja shift), karakteristik organisasi, serta karakteristik lingkungan kerja baik lingkungan kerja fisik maupun sosial. Selain itu perawat juga dibebani tugas tambahan lain dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya, misalnya menangani administrasi, keuangan dan lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia (2005) bahwa terdapat 78,8% perawat melaksanakan tugas kebersihan, 63,6% melakukan tugas administrasi dan lebih dari 90% melakukan tugas non keperawatan (misalnya


(20)

menetapkan diagnosa penyakit, membuat resep dan melakukan tindakan pengobatan) dan hanya 50 % yang melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsinya.

Menurut survei di Perancis (dalam Frasser, 1997) ditemukan bahwa persentase kejadian stress sekitar 74 % dialami perawat. Mereka mengeluh terhadap lingkungan kerjanya yang menuntut kekuatan fisik dan ketrampilan. Sedangkan di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (2006) perawat mengalami stress kerja, menyatakan keluhan sering merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat, yang antara lain dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi dan pekerjaan yang menyita waktu.

Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental. Beban kerja bersifat fisik meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong brankart pasien. Sedangkan beban kerja yang bersifat mental dapat berupa bekerja dengan shift atau bergiliran, kompleksitas pekerjaan (mempersiapkan mental dan rohani pasien dan keluarga terutama bagi yang akan memerlukan operasi atau dalam keadaan kritis), bekerja dengan ketrampilan khusus dalam merawat pasien, tanggung jawab terhadap kesembuhan serta harus menjalin komunikasi dengan pasien.

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan perawatan kesehatan terhadap masyarakat di Kabupaten Dairi dan merupakan rumah sakit rujukan bagi puskesmas – puskesmas yang ada di sekitarnya Unit Perawatan Rawat Inap yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang terdiri dari Ruang perawatan Bedah, Ruang Perawatan Anak, Ruang Perawatan


(21)

7

Kebidanan dan Ruang Perawatan Dewasa. Berdasarkan data RSUD Sidikalang (2006) terdapat 60 perawat di Ruang Rawat Inap.

Adanya perbedaan penanganan pasien di rumah sakit terutama di ruangan rawat inap dapat merupakan beban kerja bagi perawat. Perawatan pada pasien anak-anak atau bayi, pasien bedah, pasien penyakit dalam dan pasien kebidanan dalam penanganannya mempunyai cara dan ketrampilan yang tidak sama dengan resiko yang berbeda. Penanganan pada ruangan bedah, perawat dituntut untuk dapat melakukan komunikasi pada pasien terutama untuk menyiapkan mental dan rohaninya dalam menghadapi operasi dan setelah operasi, mendorong brankart pasien menuju kamar operasi, mengangkat pasien, merawat luka bekas operasi dan menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi pada luka tersebut. Beban perawat di ruangan bedah lainnya selain mereka juga dituntut untuk melaksanakan administrasi dan mencatat perkembangan pasien yang dirawat,mereka juga menghadapi erangan atau rintihan pasien setelah sadar dari pengaruh obat bius setelah operasi. Untuk penanganan anak atau bayi sakit, perawat harus mempunyai ketrampilan khusus misalnya dalam pemasangan infus karena vena pada pasien tersebut sangat halus, peralatan yang digunakan berbeda dengan peralatan pemasangan infus pada pasien dewasa serta rawannya pasien anak atau bayi terhadap infeksi, cara mengangkat bayi atau anak berbeda dengan mengangkat pasien dewasa, mencatat perkembangan pasien anak dan kegiatan administrasi ruangan. Beban kerja di ruangan kebidanan adalah penanganan pada ibu yang mau melahirkan dan sesudah melahirkan baik dengan cara biasa atau operasi, menyiapkan mental pasien dalam menghadapi proses persalinan, mendorong brankat pasien ke ruangan bersalin atau ke kamar operasi


(22)

,mengangkat pasien ketempat tidur setelah bersalin atau operasi, memandikan pasien, merawat kebersihan pasien dan mencatat perkembangan pasien serta melaksanakan administrasi ruangan. Sedangkan beban kerja perawat di ruangan penyakit dalam adalah selain harus mengerjakan administrasi dan mencatat perkembangan pasien, perawat juga membantu pasien ke kamar mandi, menyiapkan peralatan emergency seperti oksigen, menyiapkan mental rohani pasien dan keluarga dalam menghadapi masa-masa kritis, serta bekerja harus menggunakan alat pelindung diri seperti masker karena pada umumnya pasien di ruangan penyakit dalam adalah penderita penyakit menular seperti TBC, tipus dan penyakit infeksi menular lainnya.

Dari gambaran diatas terlihat bahwa perawat menghadapi beban kerja yang bervariasi berat ringannya maupun jenisnya di setiap ruang rawat inap. Beban kerja di ruang rawat inap pada ruangan bedah yang terutama adalah beban fisik dan kedua beban mental. Di ruang anak yang terbanyak adalah beban mental. Sedangkan pada ruang kebidanan yang banyak dihadapi perawat adalah beban kerja fisik, sedangkan di ruangan penyakit dalam yang banyak dihadapi perawat adalah beban mental, karena mereka harus menghindari resiko penularan penyakit dari pasien terhadap dirinya.

Lingkungan rumah sakit sebagaimana lingkungan organisasi lainnya menuntut adanya penyesuaian diri dari individu yang menempatinya. Oleh karena itu dengan beban kerja yang ada dapat menyebabkan stress kerja pada perawat di rumah sakit.


(23)

9

Berkaitan dengan alasan tersebut maka peneliti perlu mengkaji tentang hubungan beban kerja dengan stress kerja pada perawat terutama pada Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang. Penelitian ini belum pernah diadakan di RSUD Sidikalang sehingga sangat relevan jika permasalahan ini diangkat sebagai judul tesis “Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja pada Perawat di tiap ruangan rawat inap RSUD Sidikalang ”

1.2.Perumusan Masalah.

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang merupakan pelayanan jasa dalam bidang pelayanan kesehatan yang dilaksanakan selama 24 jam. Pekerja yang terbanyak adalah perawat, yang bekerja pada unit rawat inap. Dalam melaksanakan pelayanannya, perawat pada ruangan rawat inap harus menghadapi pekerjaan yang membutuhkan kecekatan, ketepatan, ketrampilan, keahlian, kesiagaan, kekuatan fisik dalam menangani pasien yang sesuai dengan jenis penyakitnya. Penanganan perawatan yang berbeda pada ruang rawat inap dapat menjadi beban bagi perawat, sehingga ini akan mempengaruhi terjadinya stress kerja. Namun sejauh mana peranan beban kerja tersebut terhadap terjadinya stress kerja belum diketahui. Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.


(24)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara beban kerja dengan stress kerja pada perawat di tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah

1. Mengetahui beban kerja pada Perawat di ruang perawatan bedah. 2. Mengetahui beban kerja pada Perawat di ruang perawatan anak. 3. Mengetahui beban kerja pada Perawat di ruang perawatan kebidanan. 4. Mengetahui beban kerja pada Perawat di ruangan perawatan penyakit

dalam

5. Mengetahui stress kerja pada Perawat di ruang perawatan bedah 6. Mengetahui stress kerja pada Perawat di ruang perawatan anak. 7. Mengetahui stress kerja pada Perawat di ruang perawatan kebidanan. 8. Mengetahui stress kerja pada perawat di ruang perawatan penyakit dalam 9. Mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di

ruang perawatan bedah.

10.Mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan anak

11.Mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan kebidanan.

12.Mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan penyakit dalam


(25)

11

13. Mengetahui perbedaan beban kerja Perawat di ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak, ruang perawatan kebidanan dan ruangan

perawatan penyakit dalam.

14. Mengetahui perbedaan stress kerja Perawat ruang perawatan bedah,ruang perawatan anak, ruang perawatan kebidanan dan ruang perawatan penyakit dalam.

1.4. Hipotesa penelitian

1. Ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan bedah RSUD Sidikalang

1. Ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan anak RSUD Sidikalang

2. Ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan kebidanan RSUD Sidikalang

3. Ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di ruang perawatan penyakit dalam

4. Terdapat perbedaan beban kerja antara Perawat di ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak , ruang perawatan kebidanan dan ruangan perawatan penyakit dalam

5. Terdapat perbedaan stress kerja antara Perawat di ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak, ruang perawatan kebidanan dan ruangan perawatan penyakit dalam.


(26)

1.5. Manfaat Penelitian 1 Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Dairi sebagai pemilik Rumah Sakit Umum Sidikalang dalam menentukan kebijakan peningkatan kesehatan pekerja rumah sakit 2. Pimpinan Rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan program peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit terutama bagi Perawat agar dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

3. Penelitian lain

Rekomendasi untuk penelitian lain untuk mengkaji variabel lain diluar model penelitian ini, sehingga dapat dirumuskan berbagai konsep baru dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja Perawat.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stress Kerja

2.1.1. Pengertian Stress Kerja

Stress adalah suatu respon adaptif, melalui karakteristik individu dan atau proses psikologis secara langsung terhadap tindakan, situasi dan kejadian eksternal yang menimbulkan tuntutan khusus baik fisik maupun psikologis individu yang bersangkutan. Pendapat lain mengatakan bahwa stress adalah tanggapan yang menyeluruh dari tubuh terhadap tuntutan yang datang kepadanya (Nasution, 2000)

Miner (1992) menyatakan bahwa stress merujuk pada kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap perasaan yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan atau hal yang sejenis.

Dalam kaitan dalam pekerjaannya, Smet (1994) secara spesifik menjelaskan bahwa stress kerja sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial.

Stress yang terlalu rendah cenderung membuat pekerja menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya stress yang berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan.


(28)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stress kerja adalah respon adaptif, tanggapan, penyesuaian diri pada suatu kondisi antara individu dan lingkungan. Stress yang rendah dan berlebihan akan menyebabkan lesu,malas,cepat bosan,kehilangan efisiensi,kecelakaan kerja dan kelelahan fisik.

2.1.2.Tahapan Stress Kerja

Timbulnya stress kerja pada seorang tenaga kerja melalui tiga tahap yaitu tahap pertama : reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya beberapa gejala/tanda,namun masih dapat diatasi oleh mekanisme pertahanan diri.

Tahap kedua ; reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stress ini terus berlanjut terus dan mekanisme pertahanan diri tidak sanggup berfungsi lagi maka berlanjut ke tahap ketiga, yaitu kelelahan yang timbul akibat mekanisme adaptasi telah kolaps (layu). (Nasution, H.R,2000).

Menurut Hans Selye (1963) dalam Nurmiati Amir ( Jiwa,Indonesia Phychiatric, Quarterly : XXXII:4) bahwa ada tiga fase atau tahapan stress adalah sebagai berikut ;

a. Tahap reaksi waspada, pada tahap ini dapat terlihat reaksi psikologis” fight or flight syndrome ” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada stressor. Tanda fisik akan muncul adalah curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir kekepala dan ekstremitas. Sehingga banyak organ tubuh yang terpengaruh, maka gejala stress akan mempengaruhi denyut nadi dan ketegangan


(29)

15

otot. Pada saat yang sama daya tahan tubuh akan berkurang dan bahkan bila stressor sangat besar atau kuat dapat menimbulkan kematian.

b. Tahap melawan, pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stressor. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stress akan menurun,tubuh akan secepat mungkin berusaha normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stressor tidak dapat diatasi atau terkontrol maka ketahanan tubuh beradaptasi akan habis dan individu tidak akan sembuh.

c. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap awal stress yang tubuh individu terbiasa. Energi penyesuaian terkuras dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari berbagai sumber penyesuaian yang di gambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala penyesuaian terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, bisul, kolitis. Tanpa ada usaha untuk melawan atau mencegahnya kelehan bahkan kematian dapat terjadi. Bila tubuh terekspos pada stressor yang sama pada waktu yang lama secara terus menerus, maka tubuh yang semula telah terbiasa menyesuaikan diri akan kehabisan energi untuk beradaptasi. Daya tahan tubuh terhadap stressor tidak


(30)

dapat dianggap dapat bertahan selamanya karena suatu saat energi untuk adaptasi itu akan habis.

2.1.3.Faktor – faktor Penyebab Stress Kerja

Menurut Hurrel ( dalam Munandar,2001) sumber stress yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stress. Sebagian dari waktu manusia adalah untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seorang pekerja. Pembangkit stress di pekerjaan merupakan pembangkit stress yang besar terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stress dikelompokkan dalam lima kategori,yaitu ;

a. Faktor intrinsik dalam pekerjaan

Faktor intrinsik dalam pekerjaan katagorinya adalah tuntutan fisik dan tuntutan tugas,tuntutan fisik : kondisi fisik misalnya faktor kebisingan, panas, penerangan dan lain sebagainya, sedangkan faktor tugas mencakup ; kerja malam.beban kerja dan penghayatan dari resiko bahaya. Tuntutan fisik yaitu kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan psikologis seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stress, tuntutan tugas menurut penelitian menunjukkan bahwa shift kerja /kerja malam merupakan sumber stress bagi pekerja pabrik roti. Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stress.


(31)

17

b. Peran dalam organisasi,

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya,namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baiknya fungsi peran merupakan pembangkit stress yang meliputi konflik peran dan ketidak jelasan kerja.

c. Pengembangan karir

Pengembangan karir merupakan pembangkit stress yang potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi yang berlebih atau promosi yang kurang.

d.Hubungan dalam pekerjaan

Hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejalanya dalam kepercayaan yang rendah, minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi, komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja,ketegangan psikologis dalam bentuk kepuasan kerja yang menurun dan penurunan kondisi kesehatan.

e. Struktur dan Iklim organisasi

Faktor stress yang dikenali dalam katagori ini adalah terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan .


(32)

Teori lain mengatakan terdapat dua faktor penyebab atau sumber stress yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen atau hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedangkan faktor personal berupa kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial ekonomi keluarga, dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. (Dwiyanti, 2001)

Hasil penelitian Singarimbun (2004) menyatakan bahwa faktor – faktor yang menpengaruhi stress terutama pada wanita pekerja adalah status kawin, umur, pendidikan dan jarak tempat tinggal. Menurut penelitian Badra (2004) dan Iswanto (2001) ada hubungan antara motivasi (instrinsik dan akstrinsik ) dengan kinerja serta ada hubungan stress kerja dengan kinerja. Kepribadian memberikan kontribusi terhadap hubungan stress kerja dengan kinerja. Tingkat stress yang paling tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang semakin menurun.

Orang dengan tipe kepribadian A lebih mudah stress dibandingkan dengan tipe kepribadian B, orang dengan tipe kepribadian introvert lebih mudah stress daripada yang extrovert. Pengalaman hidup orang yang pernah mengalami kegagalan di masa lampau akan mudah membuatnya menilai kegagalan sebagai hal yang sudah biasa. Tetapi bagi orang yang selalu berhasil, kegagalan sebagai sumber stress yang luar biasa. Orang yang belum dewasa dalam menghadapi perkara, mudah goyah dalam sikap, pendirian, dan arah hidupnya dibandingkan orang yang berkepribadian matang. (Nasution,H.R,2000 )


(33)

19

Menurut Cooper (1983) sumber stress terdiri dari faktor-faktor ;

a. Lingkungan kerja ; kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan produktivitas kerja.

b. Overload (beban kerja berlebih) ; dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja berlebih kuantitatif bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan akibatnya mudah lelah dan berada dalam ketegangan tinggi.Beban kerja berlebih secara kualitatif bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menantang atau tidak menarik lagi bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidak puasan dan lain sebagainya.

d. Pekerjaan berisiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja adalah faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik dan tuntutan tugas, peran dalam organisasi, pengembangan karir,hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, faktor lingkungan kerja yaitu kondisi, fisik, manajemen atau hubungan sosial dan faktor personal yaitu tipe kepribadian. Serta beban kerja yang berlebih, pekerjaan yang berisiko tinggi, status perkawinan, umur ,pendidikan dan jarak tempat tinggal.


(34)

2.1.4.Gejala – gejala Stress Kerja

Menurut Anoraga ( 2001) gejala stres adalah sebagai berikut ; a. Menjadi mudah marah dan tersinggung

b. Bertindak secara agresif dan defensif c. Merasa selalu lelah

d. Sukar konsentrasi ,pelupa e. Jantung berdebar-debar f. Otot tegang,nyeri sendi g. Sakit kepala,perut dan diare.

Teori Terry Beehr dan Newman (1978) membagi gejala stress menjadi tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku.

Gejala psikologis terdiri dari - Kecemasan,ketegangan - Bingung,marah,sensitif

- Memendam perasaan

- Komunikasi tidak efektif,menurunnya fungsi intelektual - Mengurung diri, ketidak puasan bekerja

- Depresi,kebosanan,lelah mental

- Merasa terasing dan mengasingkan diri,kehilangan daya konsentrasi - Kehilangan spontanitas dan kreativitas


(35)

21

Gejala fisik ;

- Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah - Meningkatnya sekresi adrenali dan non adrenalin - Gangguan gastrointestial,misalnya gangguan lambung - Mudah terluka,kematian,gangguan kardiovaskuler - Mudah lelah secara fisik,gangguan pernafasan - Lebih sering berkeringat,gangguan pada kulit - Kepala pusing,migrain,kanker

- Ketegangan otot,problem tidur. Gejala perilaku ;

- Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas - Penurunan prestasi dan produktifitas

- Meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk - Perilaku sabotase

- Meningkatnya frekuensi absensi - Perilaku makan yang tidak normal

- Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan

- Kecendrungan perilaku yang beresiko tinggi seperti ngebut,berjudi - Meningkatnya agresivitas dan kriminalitas

- Penurunan kualitas hubungan interpersoal dengan keluarga dan tema - Kecendrungan bunuh diri.


(36)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala stress kerja terdiri dari gejala psikologis,gejala fisik dan gejala perilaku.

2.1.5. Dampak Stress Kerja

Menurut Lubis (2006) stress kerja dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut ;

- Penyakit fisik yang diinduksi oleh stress seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung, asama, gangguan menstruasi dan lain-lain

- Kecelakaan kerja terutama pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi, bekerja bergiliran

- Absensi kerja

- Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja

- Gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan sampai ketidak mampuan yang berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa despresi, gangguan cemas.

Beehr dalam Frase (1992) mengatakan stress mempunyai dampak terhadap a. Individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan,

psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik seseorang mengalami stress akan mudah terserang penyakit, pada gangguan mental stress berkepanjangan akan mengakibatkan ketegangan hal ini akan merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada gangguan intrepersonal stress akan lebih sensitif terhadap hilangnya percaya diri, menarik diri dan lain-lain


(37)

23

b. Dampak terhadap organisasi adalah pekerja yang stress akan berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan pekerja terganggu berupa kekacauan manajemen dan operasional kerja, meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang tertunda 2.1.6.Pencegahan dan Pengendalian Stress Kerja

Cara mencegah dan mengendalikan stress kerja menurut Sauter (1990) adalah sebagai berikut

- Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun yang ringan.

- Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab diluar pekerjaan

- Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan

karier,mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian.

- Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan yang lain,supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi.

- Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan ketrampilannya.

Pengendalian stress menurut Quick (1997) adalah dengan secara

a. Organisasional yaitu memodifikasikan tuntutan kerja,meningkatkan hubungan kerja.


(38)

b. Individual yaitu memanajemen persepsi pribadi tentang stress, memanajemen lingkungan kerja pribadi, menghindari tugas yang beban kerja berlebihan, memanajemi gaya hidup dan menghindari respon terhadap stress.

2.2. Beban Kerja

2.2.1.Pengertian Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya. (Manuaba,2000)

Everly dkk (dalam Munandar,2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena tugas –tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak


(39)

25

mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja. Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.

Kesimpulan beban kerja adalah kemampuan tubuh untuk menerima pekerjaan dapat berupa beban fisik dan beban mental.

2.2.2..Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor – faktor sebagai berikut ;

a.. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti ;

- Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.

- Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

- Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,

lingkungan kerja biologis dan lingkungann kerja psikologis. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut Strain , berat ringannya strain


(40)

dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,umur,ukuran tubuh,status gizi,kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan)

2.2.3. Dampak Beban Kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja Hal ini didukung oleh penelitian Suciari (2006) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar. Presentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja berat sekali mencapai 100 %, sedangkan beban kerja kategori berat mencapai 79 % dan beban kerja sedang 30 %.

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi –reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja. (Manuaba,2000)

2.2.4. Penilaian Beban Kerja

Astrand, dkk (1977) menyatakan bahwa pengukuran beban kerja fisik dan beban kerja mental dapat dinilai melalui pengukuran denyut nadi. Hal ini didukung


(41)

27

oleh peneltian Nurhayati (1996) yang menyatakan tentang pengukuran beban psikologis kerja dalam sistem kerja menggunakan analisis spektral menemukan 3 komponen variabilitas denyut nadi yang berkaitan dengan mekanisme pengendalian biologis, yang terendah hubungan dengan mekanisme pengaturan temperatur, komponen tengah dipercaya berasosiasi dengan penaturan tekanan darah, sedangkan yang ketiga berkesesuain dengan efek respirasi. Komponen tengah menunjukan variasi yang berkaitan erat dengan pembebanan kerja mental dari suatu pekerjaan. Kekuatan komponen ini berkurang dengan meningkatnya beban kerja yang berarti variabilitas denyut nadi berkurang pada level pembebanan tinggi. Pengukuran beban kerja mental dapat secara obyektif dan subyektif, pengukuran dengan cara obyektif dapat dilakukan melalui pengukuran denyut nadi sedangkan pengukuran dengan cara subyektif melalui pendekatan psikologis dengan membuat skala psikometri, yaitu pengukuran dengan mengamati dan mengobservasi kondisi psikologis seseorang.

Menurut Cristensen (dalam Tarwaka, 2004) dan Grandjean(1993), pengukuran beban fisik melalui denyut jantung adalah salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja fisik selain ditentukan juga oleh konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan metode untuk menilai Cardiovasculair strain. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung/nadi dan suhu tubuh mempunyai hubungan linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan merasakan denyut pada arteri radial pada pergelangan tangan,


(42)

mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop, menggunakan EKG dan menggunakan alat heart rate.

Tabel 2.1. Kategori Berat Ringan Beban Kerja berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Menurut Christensen. Kategori beban

kerja

Konsumsi oksigen

(l/mnt)

Ventilasi paru (l/mnt)

Suhu rektal ( C)

Denyut Jantung Denyut/min

Ringan 0,5-1,0 11-20 37,5 75-100

Sedang 1,0-1,5 20-31 37,5-38,0 100-125

Berat 1,5-2,0 31-43 38,0-38,5 125-150

Sangat berat 2,0-2,5 43-56 38,5-39,0 150-175

Sangat berat sekali 2,5-4,0 60-100 >39 >175

Sumber Christensen (1991;1699) Encyclopedia of Occupational Health and Safety . ILO.Geneva

2.3. Perawat

Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60 % dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas tambahan dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya. Tenaga keperawatan di rumah sakit memberi pelayanan kepada pasien selama 24 jam terus menerus. Perawat di rumah


(43)

29

sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat. (Hamid,2001)

Fungsi perawat adalah membantu individu yang sakit atau sehat dalam melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesehatan atau penyembuhan individu tersebut .

2.4. Beban Kerja Dan Stress Kerja Di Ruang Rawat Inap

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi selama 24 jam. Salah satu dari sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah unit pelayanan ruang rawat inap. Menurut Depkes RI (1987) ruang rawat inap adalah ruang pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa terapi, rehabilitasi medik dan pelayanan medik lainnya.Unit ini bertanggung jawab terhadap perawatan dan penanganan kesehatan pasien. Ruang rawat inap terdiri dari perawatan anak, perawatan bedah,perawatan kebidanan umum dan perawatan penyakit dalam.

Beban kerja di perawatan rawat inap adalah perawat dituntut harus tetap ada di sisi pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azwar (1993) bahwa beban perawat pada pasien adalah menyelamatkan kehidupan dan mencegah kecacatan sehingga pasien dapat hidup.


(44)

Perawat di ruangan juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam dan bekerja secara bergiliran/shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah pasien. Akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya. (PPNI,2000)

Menurut penelitian Jauhari (2005) bahwa standar beban kerja perawat senantiasa harus sesuai dengan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien diupayakan kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja ada.

Beban kerja perawat pada setiap ruang rawat tidak sama. Perawat bekerja sesuai dengan pedoman uraian tugas yang telah di tetapkan oleh Depkes ( 1994) yaitu pada ruangan perawatan bedah, perawat harus menyiapkan perlengkapan alat-alat atau obat-obat yang dibutuhkan pasien sebelum dan sesudah operasi menyiapkan kebutuhan untuk pasien yang mau operasi, memelihara kebersihan dan merawat pasien sesudah operasi dan melaksanakan administrasi. Pada ruang perawatan anak perawat harus mempunyai ketrampilan khusus atau spesialistik tentang penanganan perawatan anak misalnya pemasangan infus pada pasien anak berbeda seperti pada dewasa, mengkaji kebutuhan pasien, mengamati keadaan dan mengevaluasi perkembangan pasien,melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien, mencatat perkembangan pasien dan kegiatan administrasi ruangan. Beban kerja di ruangan kebidanan adalah menerima dan merawat pasien yang akan bersalin,menyiapkan fasilitas kebutuhan pasien, mengamati keadaan pasien, menjaga kebersihan pasien,melaksanakan tindakan keperawatan,menjalin komunikasi dengan pasien dan


(45)

31

melaksanakan administrasi kebidanan. Sedangkan uraian tugas perawat di ruangan penyakit dalam adalah selain harus mengerjakan administrasi dan mencatat perkembangan pasien, perawat menyiapkan fasilitas dan peralatan yang di butuhkan di ruangan seperti peralatan emergensi, memelihara kebersihan pasien, komunikasi dengan pasien, melakukan tindakan pengobatan , melakukan penyuluhan kepada pasien mengenai penyakitnya dan bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindar penularan penyakit.

Hampir setiap beban kerja dapat mengakibatkan timbulnya stress kerja, tergantung bagaimana reaksi pekerja itu sendiri menghadapinya dan besarnya stress. Stress terhadap perawat akan mempengaruhi munculnya terhadap masalah kesehatan,psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik seseorang mengalami stress akan mudah terserang penyakit, pada stress mental berkepanjangan akan mengakibatkan ketegangan, hal ini cenderung merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Reaksi terhadap stress dapat berupa reaksi psikis maupaun fisik. Biasanya pada perawat stress akan menunjukkan perubahan perilaku.Usaha perilaku berupa melawan stress atau berdiam diri, dalam kehidupan sehari-hari reaksi ini berlaku bergantian tergantung situai dan bentuk stress. ( Fraser.1992)

Secara umum stress kerja dipengaruhi oleh banyak faktor lain, seperti yang disebutkan dalam penelitian Restiaty, et al (2006) tentang beban kerja dengan kelelahan kerja menyimpulkan adanya hubungan beban kerja ditempat kerja dengan kelelahan kerja, artinya semakin berat beban kerja ditempat kerja maka semakin tinggi tingkat kelelahan kerja. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa


(46)

kelelahan kerja adalah faktor utama penyebab stress kerja, namun terdapat juga faktor lain sebagai penyebab stress kerja, yaitu faktor tempat bekerja, jenis pekerjaan serta beban mental.

2.5. Hubungan antara Beban kerja dengan Stress kerja

Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) dan Manuaba (2000) salah satu faktor penyebab stress kerja adalah beban kerja, faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stress adalah dalam kategori faktor –faktor intrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas, tugas mencakup beban kerja, kerja malam dan penghayatan dari resiko dan bahaya.

Stress kerja pada perawat bisa terjadi karena perawat bertanggungjawab terhadap kehidupan pasien, tanggung jawab tersebut menuntut pelaksanaan kerja yang efektif hal ini merupakan beban kerja Perawat. Menurut Charles, A dan Shanley F, (1997) mengemukakan sumber stress dalam ruang rawat inap (keperawatan ) antara lain

• Beban kerja secara berlebihan misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan menghadapi keterbatasan tenaga.

• Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain,misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, gagal membentuk tim kerja dengan staf yang lain.


(47)

33

• Kesulitan dalam merawat pasien kritis misalnya kesulitan dalam menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru,bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan yang cepat.

• Berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, merawat pasien yang sulit atau tidak dapat bekerja sama,

• Merawat pasien yang gagal untuk membaik. Misalnya merawat pasien lansia, anak-anak, pasien nyeri atau yang meninggal setelah dirawat.

Beban kerja di ruangan tidak selalu menjadi penyebab stress pada perawat, beban kerja akan menjadi sumber stress bila banyaknya beban kerja tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi perawat. Setiap perawat mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian,pengalaman dan waktu yang dimilikinya.

Dalam setiap ruang rawat inap terdapat perbedaan jenis pasien yang berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda. Untuk itu perawat harus peran sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras,cerdas ,iklas dan kerja berkualitas. Jenis pasien yang dirawat di ruangan rawat inap rumah sakit dapat dipandang sebagai tuntutan terhadap pelayanan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik maka akan berakibat terjadinya stress kerja (Ed Boenisch dkk, 2004).


(48)

Beban kerja penting menjadi perhatian untuk mengindentifikasi penyebab stress yang potensial di rumah sakit , karena stress akan selalu menimpa perawat. Setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress, hal tersebut bergantung jenis,lama dan frekuensi stress yang dialami perawat. Menurut Dantzer dkk dalam Widyastuti (1999) makin kuat stressor, makin lama dan sering terjadi sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit.


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu 3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan ;

1. Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap dimana pekerjaan perawat ditiap unit bagian tersebut mempunyai beban kerja yang berbeda. 2. Adanya keluhan perawat yang merupakan gejala-gejala stress.

3.1.2. Waktu

Penelitian dimulai dengan penelusuran kepustakaan, survey awal, mempersiapkan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data sampai dengan penyusunan laporan akhir. Pengambilan data dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Juni – Juli 2007.

3.2. Rancangan Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan Cross Sectional

2. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yaitu menguraikan obyek penelitian juga mencari hubungan antara variabel beban kerja dengan stress kerja pada Perawat di tiap ruangan rawat inap RSUD Sidikalang


(50)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap RSUD Sidikalang yaitu di ruang perawatan bedah 15 orang, ruangan perawatan anak 15 0rang, ruang perawatan kebidanan 15 orang dan penyakit dalam 15 orang total populasi sebanyak 60 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik dengan tujuan atau pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut ; Jenis kelamin wanita, lama bekerja minimal 1 (satu ) tahun, mempunyai status gizi yang baik, tidak sedang hamil, tidak sedang menyusui, tidak sedang sakit waktu penelitian, umur tergolong usia produktif ( 18 – 45 thn). Responden yang termasuk pada kriteria tersebut adalah dari ruangan bedah 6 orang, ruangan anak 9 orang, ruangan kebidanan 7 orang dan ruangan penyakit dalam 8 orang, total sampel sebanyak 30 orang.

3.4. Metode dan Alat Pengumpul data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.Data primer diperoleh dengan cara ;

1. Melakukan pengukuran terhadap beban kerja fisik dan beban kerja mental dengan mengukur denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja secara manual


(51)

37

memakai Stopwatch. Data ini untuk memberikan gambaran berat ringannya beban kerja fisik dan mental di tiap ruang rawat inap.

2. Untuk mengukur stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja. Instrumen penelitian stress kerja dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Beehr dan Newman (1978), yang membagi gejala stress menjadi tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. (1) Gejala psikologis terdiri dari ; kecemasan,ketegangan,bingung,marah,sensitif,memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, menurunnya fungsi intelektual, mengurung diri,ketidak puasan bekerja,depresi,lelah mental,merasa terasing dan mengasingkan diri,kehilangan daya konsentrasi,kehilangan spontanitas dan kreativitas,kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri. (2) Gejala fisik seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin, gangguan gastrointestinal misalnya gangguan lambung,mudah terluka,kematian, gangguan kardiovaskular, mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan otot dan problem tidur. (3) Gejala perilaku: menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas, penurunan prestasi dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi,perilaku makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, kecendrungan perilaku berisiko tinggi seperti ngebut, berjudi, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas,


(52)

penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman dan kecendrungan bunuh diri.

Sebelum dilakukan pengambilan data stress kerja, kuisoner stress kerja terdiri dari 100 item dengan menggunakan skala Likert, masing-masing pernyataan berisikan 4 alternatif pilihan yaitu tidak pernah angka 1, kadang-kadang angka 2, sering angka 3 dan sering kali angka 4 dan diuji cobakan di lapangan (try out) untuk menguji kelengkapan pertanyaan disamping itu untuk menguji validitas dan reliabilitas daftar pertanyaan tersebut. Setelah diuji coba jumlah item yang gugur atau tidak valid sebanyak 35 item, sehingga jumlah item menjadi 65 item. Item tersebut terdiri dari 27 item tentang gejala psikologis, 21 item tentang gejala fisik dan 17 item tentang gejala perilaku. Cara perhitungan dengan melihat skor jumlah terkecil = 65 dan jumlah skor terbesar = 260. Kategori stress terdiri dari ringan 65 - 130 , sedang 131- 195 dan berat 196 - 260. Data ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana stress kerja Perawat. 3. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari studi dokumentasi dengan

mempelajari data-data tentang riwayat pekerjaan responden.

3.5. Validitas dan Reliabilitas

3.5.1. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Dalam penelitian ini validitas alat ukur ditentukan berdasarkan content validity dan Internal Consistency . Content validity yaitu validitas yang diperoleh melalui penyusunan alat ukur berdasarkan konsep teoritis dari variabel yang akan diukur.


(53)

39

Semakin skala itu mendekati konsep teoritis dari variabel, maka akan semakin tinggi validitasnya. Reliabilitas dalam penelitian ini dengan pendekatan Internal Consistency, yaitu hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok subjek. Prosedur analisis reliabilitas data diarahkan pada analisis item-item, penghitungan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini digunakan bantuan komputer program SPSS for windows dengan rumus Cronbach’s

3.6. Variabel Penelitian. Variabel yang diteliti adalah

a. Variabel bebas ( independen) adalah 1. Beban kerja

2. Ruang rawat inap

a. Ruang perawatan bedah b. Ruang perawatan anak c. Ruang perawatan kebidanan d. Ruang perawatan penyakit dalam b. Variabel terikat ( dependen) adalah stress kerja.

c. Variabel kontrol adalah jenis kelamin, umur, lama bekerja.

3.7. Analisa Data

Data dianalisa dengan statistik dengan menggunakan SPSS, untuk menguji hubungan beban kerja dengan stress kerja pada setiap ruang rawat inap digunakan


(54)

korelasi Product Moment Pearson sedangkan untuk menguji perbedaan beban kerja dengan stress kerja di setiap ruangan digunakan uji statistik one way anova.

3.8. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar. 3.1. Kerangka Konsep penelitian Ruang rawat inap

- Ruang perawatan bedah

- Ruang perawatan anak - Ruang perawatan kebidanan - Ruangan perawatan penyakit

dalam

Stress Kerja Perawat

- jenis kelamin - umur

- lama bekerja - status gizi

- tidak sedang hamil, menyusui

- tidak sedang sakit Beban kerja

3.9. Definisi Operasional

1. Beban kerja adalah beban yang diterima Perawat dalam melaksanakan pekerjaannya. Beban tersebut dapat berupa beban eksternal maupun beban internal. Mengukur berat ringan beban kerja secara fisik dan mental dengan mengukur denyut nadi. Setiap obyek dilakukan 3 (tiga) kali pengukuran pada shift pagi yaitu sebelum bekerja pada pukul 8.00 wib dan sesudah bekerja pada pukul 15.00 wib selama 3 hari secara manual memakai Stop watch.


(55)

41

Beban kerja dikategorikan berdasarkan jumlah nadi kerja permenit berdasarkan teori Christensen.

Tabel.3.1. Kategori Beban Kerja

Beban Kerja Denyut nadi (nadi jantung)

Ringan 75-100 Sedang 101-125 Berat 126-150

Sangat Berat 151-175

Sumber; Christensen ,1991

2. Ruang Rawat Inap adalah tempat perawatan pasien rawat inap yang terdiri dari ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak, ruang perawatan kebidanan dan ruangan perawatan penyakit dalam.

3. Stress kerja adalah respon adaptif, penyesuaian diri terhadap tanggapan yang menyeluruh dari tubuh terhadap tuntutan pekerjaan pada Perawat.

4. Perawat adalah Tenaga kesehatan non medis yang bertugas di ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak, ruang perawatan kebidanan dan ruang perawatan penyakit dalam.

3.10. Jalannya Penelitian

Jalannnya penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu persiapan penelitian , pelaksanaan penelitian dan pengolahan data.


(56)

1. Tahap Persiapan Penelitian (a) Pembuatan alat ukur stress kerja.

Alat ukur stress kerja dibuat dengan cara menyusun item-item dengan 4 alternatif jawaban berdasarkan skala likert yaitu tidak pernah (skor 1, kadang-kadang (skor 2), sering (skor 3) dan seringkali (skor 4).

(b) Uji Coba Alat Ukur

Peneliti membuat 100 item komponen stress kerja, daftar pertanyaan selanjutnya diuji cobakan pada responden, pada siapa alat ukur akan diterapkan. Jumlah responden untuk try out adalah 20 orang. Tujuan uji coba untuk meyakinkan peneliti bahwa pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dibuat memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, dengan kisi-kisi sebagaiberikut Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Variabel Stress Kerja

VARIABEL SUB VARIABEL ITEM

1 2 3

Stress Kerja 1.Gejala psikologi

- Kecemasan ,ketegangan - Bingung ,marah ,sensitif - Memendam perasaan - Komunikasi tidak efektif - Menurunnya fungsi intelektual

- Mengurung diri,ketidak puasan bekerja - Depresi,kebosanan dan kelelahan mental - Merasa terasing dan mengasingkan

dirinya

- Kehilangan daya konsentrasi

- Kehilangan spontanitas dan kreativitas - Kehilangan semangat hidup,menurunnya harga diri dan kepercayaan diri

12,15,20,55 7,8,28 2,11,51 9,10,14 17,50 18 1,5,7 23 3,4 21,34,53 19,29


(57)

43

2.Gejala Fisik

- Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

- meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin

- Gangguan gastrointestinal,misalnya gangguan lambung

- Mudah terluka, kematian, gangguan kardiovaskular

- Mudah lelah secara fisik,gangguan pernafasan

- Lebih sering berkeringat,gangguan pada kulit - kepala pusing ,migrain,kanker

- ketegangan otot,problem tidur.

22,25,48,54,56,60 23,44 58,63 43 45,46 26,40,46 30,33,65 29,25 3.Gejala Perilaku

- Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas

- Penurunan prestasi dan produktifitas

- Meningkatnya pnggunaan minuman keras dan mabuk

- Perilaku sabotase

- Meningkatnya frekuensi absensi - Perilaku makan yang tidak normal

- Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan

- Kecendrungan perilaku yang berisiko tinggi seperti ngebut dan main judi

- Meningkatnya agresivitas dan kriminalitas - Penurunan kualitas interpersonal dengan

keluarga dan teman

- Kecenderungan bunuh diri, jika melihat banyaknya pekerjaan di ruangan

27,49 30,31 32,62 36,59,63 57 41 38,52 37 39 13,16 42

c. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah kuesioner diuji cobakan pada 20 responden, maka dilakukan uji validitas dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Pengujian


(58)

reliabilitas yang dilakukan pada butir-butir yang telah valid dengan menggunakan uji keandalan L. Cronbach dengan taraf signifikan g =5%.

Validitas item minimal 0,30 dan Cronbach Alpha 0,70. Dari uji coba ternyata terdapat 65 item pernyataan yang valid dengan nilai validitas 0,30 - 0,89. selanjutnya dilakukan uji reliabilitas terhadap 65 item yang valid, dengan menggunakan Cronbach alpha. Dari pengujian reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,98

2.Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Sidikalang pada bulan Juni – Juli 2007. Dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap:

a. Menentukan kriteria responden sesuai dengan kriteria inklusi.

b. Berdasarkan kriteria inklusi didapat 30 responden dari 60 perawat yang bekerja di ruangan bedah, ruangan anak, ruangan kebidanan dan ruangan penyakit dalam.

c. Melakukan pengambilan data dengan pengukuran denyut nadi sebelum dan Sesudah bekerja selama 3 hari untuk mengukur beban kerja. Yaitu pada tanggal 20 Juni 2007 dengan jumlah pasien 40 orang yaitu pada ruangan bedah 12 orang, ruangan anak 6 orang, penyakit dalam 13 orang dan ruangan kebidanan 9 orang. Tanggal 1 Juli 2007 dengan jumlah pasien 58 orang yang terdiri dari ruangan bedah 15 orang, ruangan anak 13 orang ,ruangan penyakit dalam 10 orang dan ruangan kebidanan 10 orang, Tanggal 5 Juli 2007 dengan jumlah pasien 60 orang, pada ruangan bedah 17 orang, ruangan


(59)

45

anak 13 orang, ruangan penyakit dalam 15 orang dan ruangan kebidanan 15 orang.

d. Pengambilan data stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja. 3.Tahap penyelesaian

Setelah data terkumpul peneliti melakukan pemeriksaan terhadap tiap pertanyaan untuk stress kerja dan melihat apakah semua pertanyaan sudah diisi. kemudian data di entri. Data pengukuran denyut nadi dan data stress kerja yang didapat dihitung rata-ratanya dan dibuat klasifikasi skor. Untuk denyut nadi menggunakan cara Christensen (1991) yaitu Ringan skor 75-100 (denyut /menit), sedang 100-125, berat 125-150. Sedangkan klasifikasi stress kerja ringan 65- 130, sedang 131-195 dan stress berat 196 – 240. Data yang diolah atau dianalisis merupakan suatu informasi yang siap dievaluasi dan diinterprestasi dalam bentuk tabel.


(60)

3.11. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 3.3. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1 Penelusuran pustaka 2 Studi pendahuluan

3 Konsultasi Judul dengan Ketua Program 4 Konsultasi pembimbing

5 Pengurusan Adminstrasi peneltian 6 Persiapan bahan kolokium

7 Kolokium

8 Persiapan alat dan bahan

9 Pengumpulan data

10 Pengolahan data dan analisa 11 Penyusunan laporan Tesis


(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Dairi terletak di bagian barat laut propinsi Sumatera Utara, secara administratif berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kabupaten Karo - Sebelah Timur : Kabupaten Samosir - Sebelah Selatan : Kabupaten Pakpak Bharat - Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Darussalam

Wilayah Kabupaten Dairi mempunyai luas 1.916,25 km², yaitu sekitar 4,39 % dari luas Propinsi Sumatera Utara. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari dataran tinggi yang terletak antara 98°00" - 98°30" dan 2°15" - 3°10" LU. Sebagian besar tanahnya gunung – gunung dan berbukit – bukit, dengan iklim hujan tropis.

Jumlah penduduk menurut Data Statistik Dairi Tahun 2005 sebanyak 307.870 jiwa orang. Penduduk Kabupaten Dairi terdiri dari berbagai suku yaitu Suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Aceh, Jawa, Padang dan sebagainya. Mata pencaharian penduduk pada umumnya petani namun sebagian kecil pegawai, pedagang.


(1)

s17 265.75 1546.934 .802 .954

s18 265.60 1560.884 .544 .955

s19 265.80 1562.800 .532 .955

s20 266.05 1559.839 .496 .955

s21 265.80 1565.958 .461 .955

s22 264.75 1560.303 .793 .954

s23 264.90 1543.358 .797 .954

s24 264.85 1548.555 .832 .954

s25 264.90 1549.568 .818 .954

s26 264.85 1539.608 .847 .954

s27 266.55 1571.524 .387 .955

s28 266.25 1615.987 -.149 .957

s29 265.15 1614.345 -.148 .957

s30 264.75 1603.776 -.016 .956

s31 265.65 1631.503 -.301 .957

s32 266.85 1594.871 .202 .955

s33 264.80 1558.168 .826 .954

s34 264.95 1542.787 .809 .954

s35 264.85 1551.924 .724 .954

s36 265.30 1550.116 .665 .954

s37 264.80 1563.221 .732 .954

s38 264.75 1560.303 .793 .954

s39 264.90 1543.358 .797 .954

s40 264.85 1548.555 .832 .954

s41 264.90 1549.568 .818 .954

s42 264.85 1539.608 .847 .954

s43 264.80 1558.168 .826 .954

s44 264.95 1542.787 .809 .954

s45 264.85 1551.924 .724 .954

s46 265.30 1550.116 .665 .954

s47 265.75 1617.145 -.176 .957

s48 266.55 1593.945 .145 .956

s49 266.75 1594.513 .155 .956

s50 264.80 1563.221 .732 .954

s51 265.95 1625.103 -.234 .957

s52 265.75 1606.934 -.051 .957

s53 266.15 1586.555 .198 .956

s54 266.85 1583.818 .349 .955

s55 266.75 1603.250 -.010 .956

s56 267.05 1602.892 -.005 .956

s57 265.75 1621.671 -.173 .958

s58 265.65 1607.187 -.051 .957

s59 266.85 1595.608 .108 .956

s60 267.05 1602.892 -.005 .956

s61 267.05 1602.892 -.005 .956

s62 267.05 1605.103 -.041 .956

s63 266.05 1611.313 -.089 .957

s64 266.65 1599.397 .043 .956


(2)

s66 267.05 1584.366 .356 .955

s67 266.65 1578.661 .240 .956

s68 266.95 1603.524 -.012 .956

s69 266.55 1621.208 -.232 .957

s70 265.70 1592.326 .177 .956

s71 265.90 1584.516 .239 .955

s72 265.95 1573.208 .453 .955

s73 265.75 1555.776 .537 .955

s74 265.75 1546.934 .802 .954

s75 265.60 1560.884 .544 .955

s76 265.80 1562.800 .532 .955

s77 266.05 1559.839 .496 .955

s78 265.80 1565.958 .461 .955

s79 264.80 1563.221 .732 .954

s80 264.75 1560.303 .793 .954

s81 264.90 1543.358 .797 .954

s82 264.85 1548.555 .832 .954

s83 264.90 1549.568 .818 .954

s84 264.85 1539.608 .847 .954

s85 264.80 1558.168 .826 .954

s86 264.95 1542.787 .809 .954

s87 264.85 1551.924 .724 .954

s88 265.30 1550.116 .665 .954

s89 264.80 1563.221 .732 .954

s90 265.60 1594.358 .149 .956

s91 265.90 1584.516 .239 .955

s92 265.85 1565.503 .494 .955

s93 265.75 1555.776 .537 .955

s94 265.75 1546.934 .802 .954

s95 265.60 1560.884 .544 .955

s96 265.80 1562.800 .532 .955

s97 266.05 1559.839 .496 .955

s98 265.80 1565.958 .461 .955

s99 267.05 1596.997 .114 .956

s100 267.05 1596.997 .114 .956


(3)

Case Processing Summary

20 100.0

0 .0

20 100.0

Valid Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.982 65

Cronbach's

Alpha N of Items

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

s2 2.80 .951 20

s5 2.50 .946 20

s6 2.60 1.095 20

s8 1.70 1.129 20

s9 2.60 .883 20

s10 2.75 .967 20

s11 2.55 .945 20

s12 2.30 1.081 20

s13 3.60 .681 20

s14 3.45 .945 20

s15 3.55 .686 20

s16 3.40 .940 20

s17 2.60 .883 20

s18 2.75 .967 20

s19 2.55 .945 20

s20 2.30 1.081 20

s21 2.55 .999 20

s22 3.60 .681 20

s23 3.45 .945 20

s24 3.50 .827 20

s25 3.45 .826 20

s26 3.50 .946 20

s27 1.80 1.005 20

s33 3.55 .686 20

s34 3.40 .940 20

s35 3.50 .889 20

s36 3.05 .999 20

s37 3.55 .686 20

s38 3.60 .681 20


(4)

s40 3.50 .827 20

s41 3.45 .826 20

s42 3.50 .946 20

s43 3.55 .686 20

s44 3.40 .940 20

s45 3.50 .889 20

s46 3.05 .999 20

s50 3.55 .686 20

s54 1.50 .688 20

s66 1.30 .657 20

s72 2.40 .821 20

s73 2.60 1.095 20

s74 2.60 .883 20

s75 2.75 .967 20

s76 2.55 .945 20

s77 2.30 1.081 20

s78 2.55 .999 20

s79 3.55 .686 20

s80 3.60 .681 20

s81 3.45 .945 20

s82 3.50 .827 20

s83 3.45 .826 20

s84 3.50 .946 20

s85 3.55 .686 20

s86 3.40 .940 20

s87 3.50 .889 20

s88 3.05 .999 20

s89 3.55 .686 20

s92 2.50 .946 20

s93 2.60 1.095 20

s94 2.60 .883 20

s95 2.75 .967 20

s96 2.55 .945 20

s97 2.30 1.081 20

s98 2.55 .999 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

s2 191.15 1564.029 .717 .982

s5 191.45 1576.471 .553 .982

s6 191.35 1565.924 .597 .982

s8 192.25 1583.461 .380 .983

s9 191.35 1569.608 .694 .982

s10 191.20 1575.958 .547 .982

s11 191.40 1575.621 .565 .982


(5)

s13 190.35 1573.082 .840 .982

s14 190.50 1555.737 .836 .982

s15 190.40 1570.674 .878 .982

s16 190.55 1558.787 .798 .982

s17 191.35 1569.608 .694 .982

s18 191.20 1575.958 .547 .982

s19 191.40 1575.621 .565 .982

s20 191.65 1575.503 .492 .982

s21 191.40 1576.042 .528 .982

s22 190.35 1573.082 .840 .982

s23 190.50 1555.737 .836 .982

s24 190.45 1563.103 .843 .982

s25 190.50 1562.579 .852 .982

s26 190.45 1551.418 .894 .982

s27 192.15 1592.239 .320 .983

s33 190.40 1570.674 .878 .982

s34 190.55 1558.787 .798 .982

s35 190.45 1564.471 .763 .982

s36 190.90 1560.516 .727 .982

s37 190.40 1578.674 .729 .982

s38 190.35 1573.082 .840 .982

s39 190.50 1555.737 .836 .982

s40 190.45 1563.103 .843 .982

s41 190.50 1562.579 .852 .982

s42 190.45 1551.418 .894 .982

s43 190.40 1570.674 .878 .982

s44 190.55 1558.787 .798 .982

s45 190.45 1564.471 .763 .982

s46 190.90 1560.516 .727 .982

s50 190.40 1578.674 .729 .982

s54 192.45 1596.892 .391 .982

s66 192.65 1602.661 .300 .982

s72 191.55 1584.366 .518 .982

s73 191.35 1565.924 .597 .982

s74 191.35 1569.608 .694 .982

s75 191.20 1575.958 .547 .982

s76 191.40 1575.621 .565 .982

s77 191.65 1575.503 .492 .982

s78 191.40 1576.042 .528 .982

s79 190.40 1578.674 .729 .982

s80 190.35 1573.082 .840 .982

s81 190.50 1555.737 .836 .982

s82 190.45 1563.103 .843 .982

s83 190.50 1562.579 .852 .982

s84 190.45 1551.418 .894 .982

s85 190.40 1570.674 .878 .982

s86 190.55 1558.787 .798 .982

s87 190.45 1564.471 .763 .982


(6)

s89 190.40 1578.674 .729 .982

s92 191.45 1576.471 .553 .982

s93 191.35 1565.924 .597 .982

s94 191.35 1569.608 .694 .982

s95 191.20 1575.958 .547 .982

s96 191.40 1575.621 .565 .982

s97 191.65 1575.503 .492 .982