ANALISIS DUKUNGAN PEMILIH TERHADAP PARTAI (Studi di Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada Pemilu Legislatif 2009)

(1)

i

ANALYSIS ON VOTER’S SUPPORT TO A POLITICAL PARTY (A studiin “Partai Keadilan Sejahtera” in Metro town in

legislative election in 2009)

By

EKO HARI ANANDITO

The research background is the phenomena of 0,22% voter support decrease for “Partai Keadilan Sejahtera” or PKS in 2009 legislative election, and followed with 20,68 % PKS voters decrease in Lampung province. The voter decrease in Metro town and Lampung province did not affect numbers of PKS voters in national level. PKS voter nationally increased to 0,54% voters.

The research purposes to find out voter’s support to PKS political party in Metro town and to find out causes and backgrounds of decrease. The research uses a descriptive qualitative method. The samples are taken from informants : the PKS voters in 2009 election, the PKS voters who voted in 1999 and 2004 election–but they did not vote for PKS in 2009, and all informants are 20 people. Data are taken with interview and documentation. The research uses data reduction and data presentation technique in analysing data, and finally draws conclusion.

The result shows that decrease of 2009 election PKS’ voter in Metro is caused by the shift of voter behaviours : influences of family roles, influences of realtives roles, influences of candidate orientation and party’s programs, influences of media, influences of political party identifications and influences of public figures. The most dominant influences that affect the voters are influences of family roles, influences of candidate orientation and party’s programs, and influences of public figures.


(2)

i

ANALYSIS ON VOTER’S SUPPORT TO A POLITICAL PARTY (A studiin “Partai Keadilan Sejahtera” in Metro town in

legislative election in 2009)

By

EKO HARI ANANDITO

The research background is the phenomena of 0,22% voter support decrease for “Partai Keadilan Sejahtera” or PKS in 2009 legislative election, and followed with 20,68 % PKS voters decrease in Lampung province. The voter decrease in Metro town and Lampung province did not affect numbers of PKS voters in national level. PKS voter nationally increased to 0,54% voters.

The research purposes to find out voter’s support to PKS political party in Metro town and to find out causes and backgrounds of decrease. The research uses a descriptive qualitative method. The samples are taken from informants : the PKS voters in 2009 election, the PKS voters who voted in 1999 and 2004 election–but they did not vote for PKS in 2009, and all informants are 20 people. Data are taken with interview and documentation. The research uses data reduction and data presentation technique in analysing data, and finally draws conclusion.

The result shows that decrease of 2009 election PKS’ voter in Metro is caused by the shift of voter behaviours : influences of family roles, influences of realtives roles, influences of candidate orientation and party’s programs, influences of media, influences of political party identifications and influences of public figures. The most dominant influences that affect the voters are influences of family roles, influences of candidate orientation and party’s programs, and influences of public figures.


(3)

ii

ANALISIS DUKUNGAN PEMILIH TERHADAP PARTAI

(Studi di Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada Pemilu Legislatif 2009)

Oleh

EKO HARI ANANDITO

Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah fenomena bahwa dukungan pemilih terhadap PKS Kota Metro pada Pemilu Legislatif 2009 mengalami penurunan perolehan suara sebanyak 0,22 % suara, diikuti penurunan suara PKS tingkat Provinsi Lampung sebanyak 20,68 % suara. Penurunan dukungan pemilih dalam bentuk perolehan suara di Kota Metro dan Provinsi Lampung ternyat tidak mempengaruhi jumlah perolehan suara tingkat Nasional. PKS di tingkat Nasional ternyata mengalami kenaikan perolehan suara sebanyak 0,54 % suara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan pemilih terhadap PKS serta untuk mengetahui penyebab dan latar belakang apa sehingga terjadi penurunan dukungan pemilih. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan mengambil sampel informan yaitu para pemilih yang memilih PKS pada Pemilu 2009, pemilih yang memilih PKS dalam dua pemilu sebelumnya (1999 dan 2004), tetapi pada pemilu 2009 tidak memilih PKS dan pengurus DPD PKS Kota Metro yang keseluruhan informannya berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan suara PKS Kota Metro pada Pemilu 2009 disebabkan oleh pengaruh pergeseran perilaku memilih diantaranya : pengaruh peran keluarga, pengaruh peran teman sepermainan, pengaruh orientasi kandidat dan program partai, pengaruh peran media, pengaruh identifikasi partai dan pengaruh ketokohan. Pengaruh perilaku memilih yang paling dominan dalam hal ini adalah pengaruh peran keluarga, pengaruh orientasi kandidat dan program partai serta pengaruh ketokohan.


(4)

iii Oleh

EKO HARI ANANDITO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(5)

iv

pada Pemilu Legislatif 2009) Nama Mahasiswa : EKO HARI ANANDITO

No. Pokok Mahasiswa : 0646021023

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI,

1. Pembimbing,

Drs. R. Sigit Krisbintoro NIP. 131815748

Robi Cahyadi K, S.IP, MA NIP. 132306812

2. Ketua Jurusan,

Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H NIP. 19570728 198703 1 006


(6)

v 1. Tim Penguji

Ketua :Drs. R. Sigit Krisbintoro ………

Penguji :DR. Suwondo, MA ………

Sekretaris :Robi Cahyadi K, S.IP, MA ………

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002


(7)

A. Latar Belakang Masalah

Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama atau keyakinannya, tetapi kelompok yang lain memilih karena partai politik tertentu dianggap representasi dari kelas sosialnya. Ada juga kelompok yang memilih sebagai ekspresi dari sikap loyal pada partai atau figur tokoh tertentu.

Terlepas dari tujuan suatu partai politik, satu hal telah pasti. Mereka membutuhkan suara para pemilih agar bisa berkiprah di dalam dunia politik. Untuk itu, mereka harus memahami pemilih. Tanpa pemahaman ini, mereka tidak akan diterima oleh masyarakat, sehingga artinya gagal untuk menyelenggarakan tujuan mereka berkiprah di politik. Sejatinya, suatu partai politik harus berusaha memahami pemilih mereka. Sejumlah hal perlu diketahui, terutama yang menyangkut perilaku pemilih sebagai konsumen politik dalam memberikan suara atau mendukung suatu partai politik tertentu.


(8)

Masa demokratisasi sekarang ini, hubungan antara kontestan dengan pemilih adalah hubungan yang tidak stabil, karena semakin kritisnya masyarakat dan semakin lunturnya ikatan tradisional maupun primordial. Kontestan tidak akan bisa memenangkan persaingan politik tanpa mendapatkan dukungan pemilih. Tentunya tidak mengherankan apabila menjelang pemilu, kontestan beramai-ramai mendekati pemilih untuk memberikan suaranya. Hubungan pasif seperti ini, seperti yang telah diungkapkan, membuat pemilih menjadi objek politik.

Keberadaan pemilih seharusnya dijadikan subjek dan kontestan sebaiknya menempatkan diri sebagai pelayan serta agen pembaharuan dalam masyarakat. Pada kenyataannya, hubungan antara kontestan dengan pemilih begitu kerap dengan pengkhianatan. Setelah memenangkan pemilu, mudah sekali kontestan melupakan janji dan harapan politik yang telah mereka wacanakan di hadapan para pemilih. Mereka sangat sibuk mengurusi berbagai macam hal tentang distribusi kekuasaan untuk mengamankan posisi yang telah didapat.

Pemilih juga seringkali memindahkan dukungan mereka dari satu kontestan ke kontestan lain. Semakin meningkatnya massa mengambang dan non-partisan, harus disadari bahwa ikatan ideologi yang dulu sangat kuat itu sekarang telah luntur. Pemilih semakin hari menjadi sangat kritis dan selalu mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan kontestan pemenang pemilu. Mereka melihat bahwa program kerja yang dilaksanakan kontestan pemenang pemilu ternyata tidak sesuai dengan janji mereka ketika kampanye pemilu, pemilih dapat menghukum kontestan dengan tidak memilihnya kembali pada pemilu berikutnya.


(9)

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan tersebut (Firmanzah, 2008:87). Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik.

Partai politik harus memiliki basis pendukung yang memiliki kesamaan ideologi dan tujuan politik. Kelompok-kelompok pendukung atau konstituen ini secara jelas mendefinisikan keterikatan mereka dengan partai politik tertentu. Kelompok masyarakat ini adalah para pendukung atau konstituen suatu partai politik di lingkungan internal atau konstituen dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal. Selain itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.

Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, dimana ideologi dan tujuan politik mereka tidak diikatkan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka menunggu sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih.

Pemilihan Umum di Indonesia merupakan sarana penyaluran aspirasi yang paling efektif ditengah kondisi masyarakat yang sulit untuk menyalurkan aspirasinya. Partai politik yang salah satu fungsinya sebagai sarana untuk


(10)

menyalurkan aspirasi justru belum menunjukan fungsi yang sebenarnya, partai politik di indonesia cenderung disibukan dengan bagaimana caranya agar mendapatkan suara yang banyak dalam pemilu. Seiring dengan bergulirnya waktu, pemilihan umum pun mengalami fase perubahan, sejak pasca kemerdekaan sampai dengan masa sekarang.

Setelah orde baru reformasi kehidupan politik di Indonesia banyak mengalami perubahan dan keterbukaan. Rakyat diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan politik di Indonesia. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

Makna dari “Kedaulatan berada ditangan rakyat” dalam hal ini adalah bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan dalam mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk mengisi jalannya pemerintahan.

Perwujudan kedaulatan rakyat yang dimaksud dilaksanakan melalui pemilihan umum secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menjalankan fungsi melakukan pengawasan, menyalurkan aspirasi politik rakyat, membuat undang-undang sebagai landasan bagi semua pihak di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menjalankan fungsi masing-masing, serta merumuskan anggaran pendapatan dan belanja untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut.


(11)

Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Melalui azas langsung, rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial.

Setiap warga negara berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Untuk melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya oleh negara, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani. Saat pemilih memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun.

Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain. Pada penyelenggaran pemilu ini, penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan manapun.

Pemilu legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 lalu dilaksanakan serentak di seluruh wilayah NKRI diikuti oleh 44 partai politik peserta pemilu. Salah satu diantaranya adalah Partai Keadilan Sejahtera,


(12)

dimana partai yang dipimpin oleh Ir.Tifatul Sembiring ini pada pemilu tersebut secara nasional mampu menunjukkan grafik peningkatan dalam hal dukungan pemilih. Hasilnya Partai Keadilan Sejahtera masuk dalam jajaran empat partai besar pemenang pemilu setelah Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai politik sebagai salah satu variabel penting dalam proses pemilu, dimana mereka adalah peserta pemilu. Wakil rakyat yang nantinya akan dipilih untuk mewakili rakyat dalam legislatif harus dipilih melalui kendaraan partai politik.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada pemilu 2009 secara nasional mampu memperoleh suara sebesar 8.325.020 (7,88%), dimana pada pemilu 2004 hanya mampu memperoleh suara sebanyak 8.206.955 (7,34 %). Artinya pada pemilu 2009 dukungan pemilih terhadap PKS meningkat 0,54 % dari pemilu sebelumnya.

Hasil akhirnya setelah penghitungan suara selesai dan berdasarkan pada keputusan Komisi Pemilihan Umum, PKS masuk dalam empat besar partai pemenang pemilu pada pemilu legislatif 2009 setelah Demokrat dengan perolehan suara 21.703.137 (20,85%), Golkar mendapatkan 15.037.757 (14,45%) suara dan PDI-P memperoleh 14.600.091 (14,03%) suara dan tentunya mereka semua secara otomatis lolos ke senayan.

Dua partai yang mengalami kenaikan pada pemilu legislatif 2009 adalah Partai Keadilan Sejahtera (0,54 %) dan Partai Demokrat (13,40 %), sementara yang mengalami penurunan suara atau turunnya dukungan pemilih adalah Partai Golkar (7,13 %) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (4,50 %). Data


(13)

perolehan suara hasil pemilu legislatif 2009 secara nasional tersaji pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tingkat Nasional

No Partai

Politik

Jumlah suara Persentase Keterangan

2004 2009 2004 2009

1 Demokrat 8.455.225 21.703.137 7,45 % 20,85% Naik 13,40 % 2 Golkar 24.480.757 15.037.757 21,58 % 14,45% Turun 7,13 % 3 PDI-P 21.026.629 14.600.091 18,53 % 14,03% Turun 4,50 %

4 PKS 8.206.955 8.325.020 7,34 % 7,88 % Naik 0,54 %

Sumber : KPU Pusat

Kenaikan Perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera secara Nasional tidak diimbangi oleh perolehan suaranya di Provinsi Lampung yang pada pemilu legislatif 2009 mengalami penurunan suara sebanyak 20,68 % suara. Pemilu Tahun 2004 Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Lampung memperoleh suara sebanyak 282.927 dan pada pemilu 2009 mengalami penurunan menjadi 255.057 suara.

Terinci dari data yang tersaji pada tabel 2, dari sepuluh Kabupaten/Kota yang ada di Lampung lima daerah diantaranya mengalami penurunan perolehan suara dalam pemilu legislatif 2009, daerah tersebut antara lain (1) Kota Bandar Lampung turun menjadi 7,17 % suara, (2) Tanggamus menurun 6,60 % suara, (3) Lampung Timur menurun 1,30 % suara, (4) Lampung Utara menurun 5,39 % suara, (5) termasuk Kota Metro menurun 0,22 % suara, namun lima daerah lainnya mengalami kenaikan suara pada pemilu 2009 tersebut.


(14)

Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro dari pemilu 2004 ke pemilu 2009 tercatat tidak pernah menyentuh angka dukungan suara sebanyak minimal 10.000 suara, sehingga Kota Metro selalu memiliki perolehan suara terendah dibandingkan sembilan kepengurusan PKS di Kabupaten/Kota lain. Namun PKS Kota Metro berhasil mencatatkan penurunan dukungan suara terendah 0,22 % suara dibandingkan PKS di sembilan Kabupaten/Kota yang lain. Data perbandingan perolehan suara pemilu tersebut tersaji dalam tabel berikut : Tabel 2. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) Tingkat Provinsi Lampung

No DPD PKS Perolehan Suara Persentase Keterangan

2004 2009 2004 2009

1 Bandar Lampung 65.466 40.727 23,13 % 15,96 % Turun 7,17 % 2 Lampung Selatan 47.177 55.890 16,67 % 21,91 % Naik 5,24 % 3 Tanggamus 32.531 12.493 11,49 % 4,89 % Turun 6,60 % 4 Lampung Timur 31.770 25.315 11,22 % 9,92 % Turun 1,30 % 5 Lampung Tengah 31.362 54.199 11,08 % 21,24 % Naik 10,16 % 6 Lampung Utara 30.332 13.619 10,72 % 5,33 % Turun 5,39 % 7 Tulang Bawang 18.813 26.122 6,64 % 10,24 % Naik 3,60 % 8 Lampung Barat 10.210 11.202 3,60 % 4,39 % Naik 0,79 % 9 Way Kanan 10.190 11.474 3,60 % 4,49 % Naik 0,89 %

10 Metro 5.076 4.016 1,79 % 1,57 % Turun 0,22 %

Total 282.927 255.057 100 % 100 % Turun 20,68 %

Sumber : DPW PKS Lampung dan data diolah

Peneliti mengambil Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro untuk dijadikan objek dalam penelitian ini. Sementara itu yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah dukungan pemilihnya dikarenakan dari pemilu 2004 ke pemilu 2009 dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro mengalami penurunan perolehan suara. Total jumlah dukungan pemilih pada Tahun 2004 sebanyak 5.076 suara dan pada pemilu berikutnya Tahun 2009 Partai Keadilan Sejahtera hanya mampu meraih suara sebanyak 4.016, artinya terjadi penurunan suara sebanyak 0,22 %.


(15)

Tabel 3. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Metro

No Kecamatan Perolehan Suara Persentase Keterangan

2004 2009 2004 2009

1 Metro Pusat 1.895 1.492 37,33 % 37,15 % Turun 0,18 % 2 Metro Utara 604 776 11,89 % 19,32 % Naik 7,43 % 3 Metro Timur 1.406 1.000 27,69 % 24,90 % Turun 2,87 % 4 Metro Barat 757 506 14,91 % 12,59 % Turun 2,40 % 5 Metro Selatan 414 242 8,15 % 6,02 % Turun 2,20 %

Total 5.076 4.016 100 % 100 % Turun 0,22 %

Catatan : * Suara Partai Keadilan (PK) Tahun 1999 = 1.659 suara Sumber : DPD PKS Kota Metro dan data diolah

Data diatas memberikan gambaran bahwa telah terjadi penurunan yang cukup signifikan yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro dalam hal perolehan suara pada pemilu legislatif 2009. Hal ini tentunya terinci di dalam tabel 1 diatas, dimana Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu legislatif 2009 lalu partai tersebut menjadi salah satu bagian kontestan di Kota Metro.

Pada pemilu 2009 Kota Metro dibagi menjadi tiga daerah pemilihan (DP). Daerah pemilihan I yaitu meliputi Kecamatan Metro Pusat dan Metro Utara, Daerah Pemilihan II meliputi Kecamatan Metro Timur dan Daerah Pemilihan III meliputi Kecamatan Metro Barat dan Metro Selatan.

Partai Keadilan Sejahtera di DP I Metro Pusat dan Metro Utara pada pemilu legislatif 2009 hanya berhasil memperoleh suara sebanyak 2.268. Perolehan suara pemilu pada tahun ini menurun dibandingkan pemilu tahun 2004 dimana PKS mampu mendulang suara hingga 2.499. Artinya pada DP I telah terjadi penurunan dukungan pemilih sebesar 0,18 % suara.


(16)

Kecamatan Metro Pusat yang terdiri dari lima kelurahan, empat diantaranya mengalami penurunn suara yakni Kelurahan Metro, Hadimulyo Barat, Hadimulyo Timur dan Yosomulyo, sedangkan Kelurahan Imopuro yang memang menjadi basis simpatisan PKS mengalami kenaikan dalam perolehan suara. Sedangkan di Kecamatan Metro Utara dari empat kelurahan yang ada, hanya kelurahan Karangrejo saja yang mengalami penurunan perolehan suara. Kelurahan Banjarsari, Purwosari dan Purwoasri mengalami kenaikan.

Daerah Pemilihan II Kecamatan Metro Timur yang terdiri dari lima kelurahan, hanya kelurahan Tejosari saja yang mengalami peningkatan perolehan suara, sedangkan empat kelurahan lainnya seperti Tejo Agung, Iring Mulyo, Yosodadi dan Yosorejo mengalami penurunan. DP II pada pemilu 2004 memperoleh 1.406 Suara, namun pada pemilu 2009 turun 2,87 % suara menjadi 1.000 suara.

Yang lebih menjadi sorotan tajam adalah DP III Kecamatan Metro Barat dan Metro Selatan, dari empat kelurahan yang ada di Metro Selatan semuanya mengalami penurunan suara, sedangkan di Kecamatan Metro Barat dari empat kelurahan hanya kelurahan Ganjar Agung saja yang mengalami peningkatan suara pada pemilu tahun ini, tiga kelurahan lainnya seperti Kelurahan Ganjar Asri, Mulyojati dan Mulyo Asri semuanya mengalami penurunan.

Tercatat bahwa di DP III pada pemilu kali ini terjadi penuruanan sebesar 4,60 % suara, dengan perolehan suara tahun 2004 sebesar 1.171 suara dan pemilu 2009 menurun menjadi 748 suara. Kesimpulanya dari ketiga daerah pemilihan di Kota Metro yang mengalami penurunan suara terbanyak adalah DP III


(17)

dengan total penurunan 4,60 % suara, disusul DP II sebanyak 2,87 % suara dan kemudian DP I sebanyak 0,18 % suara.

Fokus penelitian diarahkan untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana dukungan pemilih yang dilakukan oleh pemilih dalam memutusakan diri untuk aktif terlibat dalam pemilu legislatif 2009 dengan memilih Partai Keadilan Sejahtera di Kota Metro, peneliti juga ingin mengetahui penyebab dan latar belakang turunnya dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada pemilu tersebut.

B. Rumusan Masalah

Sebagaiamana yang telah diuraikan pada latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro ?

2. Analisis Penyebab dan Latar Belakang Turunnya Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro.


(18)

2. Untuk mengetahui penyebab dan latar belakang apa sehingga terjadi penurunan dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, hasil dari penelitian diharapkan dapat membantu memberikan alternatif informasi, bahan referensi, serta sebagai sumber informasi awal bagi peneliti-peneliti lainnya yang tertarik dengan Analisis Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi partai-partai politik dalam memperoleh dukungan pemilih.


(19)

A. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya (Miriam Budiardjo,1982:1).

Menurut UNDP mengemukakan partisipasi yaitu setiap orang atau setiap warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.

Menurut Herbert McClosky dalamInternational Encyclopedia of the Social Science, Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat dimana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum (Miriam Budiardjo, 1982:1).


(20)

Partisipasi politik menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of Political Scienceadalah :

Kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan/atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka. Yang diteropong terutama adalah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah. Sekalipun fokus sebenarnya lebih luas tetapi abstrak, yaitu otoratif untuk masyarakat (Miriam Budiardjo, 1982:1-27).

Kegiatan politik dalam pertisipasi mempunyai macam-macam bentuk dan intensitas biasanya diadakan pembedaan partisipasi berdasarkan jenis frekuensi dan intensitasnya. Tingkatan partisipasi dalam piramida partisipasi yang disusun oleh David F.Rooth dan Frank L.Wilson yang dikutip Miriam Budiardjo,(1982:6).

1. Aktivis adalah pejabat partai sepenuh waktu pemimpin partai atau kelompok kepentingan.

2. Partisipan adalah petugas kampanye, anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan aktif dalam proyek-proyek sosial.

3. Pengamat adalah yang menghadiri rapat umum, anggota partai atau kelompok kepentingan, membicarakan masalah politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa, memberikan suara dalam pemilihan umum.

4. Orang yang apolitis adalah yang tidak ikut pemilihan, bersikap acuh tak acuh dan tidak tertarik oleh, atau kurang paham mengenai masalah politik.

Bentuk partisipasi politik yang paling mudah untuk diukur intensitasnya adalah perilaku warga dalam memberikan suaranya dalam suatu pemilihan umum, yaitu dengan cara membandingkan jumlah persentase warga yang memilih dengan warga yang berhak memilih.

Sedangkan menurut Samuel P. Huntington dan Joan M.Nelson dalam No easy Choice”

”Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau


(21)

spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif (Miriam Budiardjo, 1982:1-27)”.

Partisipasi politik merupakan ciri khas modernisasi politik. Partisipasi dan saluran-saluran pertisipasi yang lebih khusus yang menggerakan individu-individu dan golongan-golongan dapat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik. Dalam jangka panjang, modernisasi sosial dan ekonomi menghasilkan partisipasi politik yang lebih luas. Akan tetapi proses-proses tidak mantap, tidak seragam dapat diubah lagi.

Partisipasi politik dapat berbentuk konvensional (voting, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan tergabung dalam kelompok kepentingan, komunikkasi individual dengan pejabat politik dan administratif) maupun non-konvensional (demonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap harta benda, tindakan kekerasan politik terhadap manusia perang gerilya dan revolusi) (Gabriel Almond, 2001:33).

Sementara itu menurut Goldsmith dan Blustain dalam Ndraha (1990:105) menjelaskan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika :

1. Partisipasi itu dikenal melalui organisasi yang sudah dikenal atau sudah ada di tengah-tengah masyarakat.

2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.

3. Manfaat yang diperoleh dari partisipasi itu memenuhi kepentingan masyarakat setempat.

4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi dikatakan berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan.


(22)

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian partisipasi politik adalah suatu keterlibatan masyarakat dalam proses pengembilan keputusan yang ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam proses pengambilan keputusan memberikan masukan ide yang bertujuan memecahkan permasalahan serta mencarai jalan keluar untuk memajukan pembanguan masyarakat secara bersama-sama.

B. Tinjauan Tentang Perilaku Politik

Surbakti (1992:131), perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi-fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Rahman (1998:123), yang mengatakan bahwa perilaku politik sering dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Adapun yang melakukan kegiatan politik adalah pemerintah dan masyarakat sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Menurut Surbakti (1992:132), dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik dapat dipilih tiga kemungkinan unit analisis, yakni individu, aktor politik, agregasi politik dan tipologi kepribadian politik. Adapun dalam kategori individu aktor individu aktor politik meliputi aktor politik (pemimpin), aktivitas politik dan individu warga negara biasa. Agregasi politik adalah individu aktor politik secara kolektif, seperti kelompok kepentingan, birokrasi, partai politik, lembaga-lembaga pemerintahan dan bangsa. Sedangkan yang dipelajari dalam tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe kepribadian pemimpin otoriter,Machiavelistdan demokrat.


(23)

Secara garis besar pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku politik adalah kegiatan yang selalu berkaitan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan fungsinya masing-masing, yakni pemerintah menjalankan fungsi pemerintahan dan masyarakat menjalankan fungsi-fungsi politiknya.

C. Tinjauan Tentang Perilaku Memilih

Kristiadi (1996:76) berpendapat bahwa, perilaku pemilih adalah keterikatan seseorang untuk memberikan suara dalam proses pemilihan umum berdasarkan faktor psikologis, faktor sosiologis dan faktor rasional pemilih atau disebut teori voting behavioral. Mahendra (2005:75) mengatakan, perilaku pemilih adalah tindakan seseorang ikut serta dalam memilih orang, partai politik atau isu publik tertentu.

Ada beberapa pendekatan untuk melihat perilaku pemilih menurut Surbakti (1992:145) :

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, struktur partai, sistem pemilihan umum, permasalahan dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dan pekerja, agama, perbedaan kota dan desa, serta bahasa dan nasionalisme.

2. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama.


(24)

3. Pendekatan Ekologis

Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti desa, kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Jika di Amerika Serikat terdapat distric, precinct dan ward. Kelompok masyarakat seperti tipe penganut agama tertentu, buruh, kelas menengah, mahasiswa, suku tertentu, sub kultur tertentu dan profesi tertentu bertempat tinggal pada unit teritorial. Sehingga perubahan komposisi penduduk yang tinggal di unit teritorial dapat dijadikan sebagai penjelasan atas perubahan hasil pemilihan umum.

4. Pendekatan Psikologi Sosial

Pendekatan psikologi sosial sama dengan penjelasan yang diberikan dalam model perilaku politik. Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai-partai tertentu. Kongkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain.

5. Pendekatan Pilihan Rasional

Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi, yang dipertimbangkan tidak hanya ”ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memilih.

Sedangkan menurut Heywood (1997:224), melihat perilaku pemilih dari beberapa model, yaitu :

1. Model Identifikasi Partai

Teori paling awal dari perilaku memilih adalah model identifikasi partai yang merupakan bagian dalam faktor psikologis, ini didasarkan pada pengaruh psikologis dari orang-orang yang menjadi anggota partai. Pemilih melihat orang yang dipilih dengan mengidentifikasi dari partai yang diikuti, hal ini termasuk dukungan dalam jangka panjang untuk menghormati partai sebagai partai mereka sendiri. Pemungutan suara merupakan suatu penjelmaan sikap berat sebelah, bukan produk kalkulasi yang dipengaruhi oleh faktor seperti kebijakan, kepribadian, berkampanye dan pemberitaan media.


(25)

Model ini mengakibatkan tekanan berat pada sosialisasi politik tingkat awal, karena melihat keluarga sebagai prinsip dasar dimana loyalitas politik dibina. Hal ini dibanyak kasus diperkuat oleh kelompok masyarakat dan pengalaman sosial dimasa lalu. Pada model ini sikap diarahkan kepada tokoh pemimpin dan kebijakan, seperti halnya persepsi tentang kelompok kepentingan individu, ditujukan untuk menciptakan stabilitas dan kontinuitas terutama dari pola kebiasaan perilaku memilih dan terkadang berlaku seumur hidup. Dari sudut pandang ini sangatlah mungkin untuk memberikan suara yang wajar pada partai berdasarkan pada tingkat kefanatikan.

2. Model Sosiologis

Hubungan antara model sosiologis dengan perilaku memilih terhadap minat pada suatu grup didukung oleh tujuan pemilih untuk mengadopsi pola memilih yang merefleksikan posisi ekonomi dan sosial pada grup dimana mereka tergabung. Lebih dari itu pengembangan faktor psikologis yang mempengaruhi partai yang berasal dari pengaruh keluarga. Sorotan utama dari model ini adalah kepentingan dari perjanjian sosial, mencerminkan tekanan di dalam kemasyarakatan. Yang paling penting untuk bagian ini adalah kelas,gender, etnisitas,agama dan wilayah.

3. Model Pilihan Rasional

Model pilihan rasional lebih memperhatikan pendapat individu dan jauh dari sosialisasi dan perilaku kelompok sosial. Disini pemungutan suara dilihat sebagai sikap yang rasional, pemilih individu percaya untuk memilih partai dan mereka lebih memilih kepada seseorang yang diminati. Telah menjadi suatu kebiasaan ada suatu manifestasi pengaruh dan kesetiaan didalam pemungutan suara yang dianggap sebagai alat yang penting. Model pilihan rasional berbeda dalam beberapa hal seperti yang ditulis oleh V.O. Key (1966), melihat pemilih sebagai pola pikir masa lalu dalam kekuasaan partai dan bagaimana penampilannya mempengaruhi pilihan masyarakat. Selanjutnya yang paling penting adalah isu pemungutan suara dan pendapat beberapa partai dapat berpengaruh pada pilihan mereka yang dibentuk ulang oleh politik.

4. Model Ideologi Dominan

Radikal teori dalam pemilihan suara menuju kepada fokus utama dari tingkat pilihan individu yang dibentuk oleh proses dari manipulasi ideologi dan kontrol. Di beberapa anggapan seperti beberapa perubahan teori dalam model sosiologi, pemungutan suara disebut sebagai kedudukan seseorang dalam hierarki sosial dimana teori ini berbeda dengan model sosiologi, meskipun begitu bagaimana individu menginterpretasikan posisi mereka bergantung pada bagaimana mereka dilihat dari segi pendidikan oleh pemerintah dan lebih dari itu oleh media massa.


(26)

Masih berkaitan dengan perilaku pemilih, menurut Afan Gaffar yang dikutip oleh Asfar (2005:47) menyatakan bahwa selama ini penjelasan-penjelasaan teoritis tentang voting behavior didasarkan pada tiga model pendekatan, yaitu model pendekatan sosiologis, model pendekatan psikologis dan model pendekatan politik rasional.

a. Pendekatan sosiologis, pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku pemilih.

Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, organisasi-organisasi profesi, kelompok-kelompok okupasi dan sebagainya, maupun pengelompokan-pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik, karena kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

b. Pendekatan psikologis. Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi, untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan ini pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi kemudian berkembang ikatan psikologis yang kuat antara seseorang dengan organisasi kemasyarakatan atau partai politik. Almond dalam Suryanef (2000) menyatakan bahwa sosialisasi politik menunjuk pada proses pembentukan sikap-sikap dan pola tingkah laku politik serta merupakan sarana bagi generasi untuk mewariskan patokan-patokan dan keyakinan politik kepada generasi sesudahnya.

c. Pendekatan politis rasional. Pada pendekatan ini isu-isu politik menjadi pertimbangan penting. Para pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan penilaiannya terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan. Artinya para pemilih dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional.


(27)

Beberapa pendekatan ini dapat menjelaskan bagaimana perilaku memilih masyarakat dalam partisipasi politiknya pada pemilihan umum anggota legislatif tahun 2009. Karena pendekatan-pendekatan tersebut sama-sama berasumsi bahwa memilih merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan dari pihak lain. Namun, dalam kenyataan di negara-negara berkembang perilaku memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih sebagaimana disebutkan oleh beberapa pendekatan diatas, tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok intimidasi dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu.

Penelitian ini memfokuskan pada tiga model menurut Heywood (1997:224) yaitu faktor sosiologis, faktor pilihan rasional dan faktor psikologis ini dikarenakan ketiga pendekatan atau model ini telah dapat mewakili dan cukup relevan untuk menjelaskan bagaimana perilaku memilih masyarakat Kota Metro dalam mendukung Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu legislatif 2009. Beberapa indikator dari ketiga pendekatan ini, yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan pilihan rasional dan pendekatan psikologis dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendekatan Sosiologis 1) Peran keluarga

Pilihan politik pemilih dalam memberikan dukungannya kepada partai politik atau kandidat dalam pemilu tidak banyak dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik lokal, pemilih mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari orang tua hingga kerabat.

2) Peran teman sepermainan

Keberadaan teman sangat berpengaruh dalam diri seseorang, terutama bagi mereka yang pola pikirnya belum dewasa. Apa yang akan kita pakai, apa yang akan kita katakan dan apa yang akan kita lakukan seringnya berdasarkan referensi dari teman-teman kita.


(28)

Terutama juga dalam pemilu legislatif 2009, adanya komunikasi dan masukan-masukan dari teman dapat mempengaruhi pola pilih pemilih dalam menentukan pilihannya.

b. Pendekatan Pilihan Rasional

1) Orientasi kandidat dan program partai

Kandidat secara faktual adalah bagian penting dari proses pelaksanaan pemilu. Seperti digambarkan diatas, kualitas, kapasitas, integritas dan akuntabilitas kandidat yang tampil dalam pemilu legislatif akan sangat mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan. Selain itu, secara rasional masyarakat juga menginginkan calon yang memiliki program-program yang ditawarkan demi kesejahteraan rakyat dan bukan sekedar janji-janji belaka. Hal ini akan dapat menentukan perilaku pemilih secara rasional.

2) Peran media

Peran media sangat berpengaruh bagi pemilih untuk menentukan pilihannya. Program-program yang ditawarkan baik melalui media televisi ataupun koran dapat dengan mudah diakses oleh pemilih. Dengan adanya iklan-iklan partai yang terus menerus dapat mempengaruhi serta memberikan gambaran bagi pemilih siapakah calon yang layak mereka pilih.

c. Pendekatan Psikologis 1) Identifikasi partai

Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan psikologis pemilih terhadap partai tertentu. Kongkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain. Selain itu masih adanya keterikatan pemilih terhadap keluarga terutama orang tua, dalam hal ini partai yang selalu dijunjung oleh keluarga maka akan dia junjung pula. Artinya pemilih melihat orang yang dipilih dengan mengidentifikasi dari partai yang diikuti oleh orang tuanya.

2) Ketokohan

Faktor psikologis lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah ketokohan, yaitu seseorang memilih tidak melihat partai atau kandidat, tetapi melihat tokoh atau pemimpin yang bernaung di atasnya.


(29)

D. Tinjauan Tentang Partai Politik

1. Definisi Partai Politik

Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasan politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusionil untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka (Miriam Budiardjo,1972:160-161).

Menurut Carl J. Friedrich partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partai-partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil (Miriam Budiardjo,1972:161).

Partai politik menurut R. H. Soltau adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka (Miriam Budiardjo, 1972:161).

Sedangkan Partai politik menurut Sigmund Neumann dalam karangannya Modern Political partiesmengemukakan definisi sebagai berikut :

Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas


(30)

dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda (Miriam Budiardjo, 1972:161).

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian partai politik adalah sekumpulan orang atau individu yang terorganisir, memiliki orientasi untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan, mereka memiliki program kerja dan ideologi serta memerlukan dukungan publik.

2. Fungsi Partai Politik

Dalam negara demokratis agar partai politik dapat mengendalikan atau mengawasi pemerintahan dengan baik, maka partai politik menjalankan beberapa fungsinya menurut Sukarna (1981:90). Partai Politik menjalankan beberapa fungsi yaitu :

1. Pendidikan politik 2. Doktrin-doktrin politik

3. Pemilihan pemimpin-pemimpin politik 4. Pemandu pemikiran-pemikiran politik

5. Memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat 6. Melakukan tata hububungan politik

7. Mengeritk rezim yang memerintah 8. Membina opini masyarakat

9. Mengusulkan Calon

10. Memilih pejabat-pejabat yang diangkat 11. Bertanggungjawab atas pemerintahan 12. Menyelesaikan perselisihan

13. Mempersatukan pemerintahan.

Sedangkan menurut Umarudin Masdar (1999:107) partai politik memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Sosialisasi politik 2. Rekrutmen politik 3. Partisipasi politik 4. Pemandu kepentingan


(31)

5. Komunikasi politik 6. Pengendalian konflik

Selain itu, Haryanto (1982:89), mengemukakan bahwa fungsi-fungsi partai politik, yaitu :

1. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik

2. Partai politik sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan. 3. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

4. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

5. Partai politik sebagai sarana pembuatan kebijaksanaan 6. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

Adapun fungsi parpol menurut UU No. 2 Tahun 2008 dalam pasal 11 mengemukakan bahwa, partai politik berfungsi sebagai sarana :

a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

c. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

d. Partisipasi politik warga negara Indonesia.

e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi partai politik meliputi :

1. Pendidikan Politik

Pendidikan politik diberikan bagi kader partai yang meliputi dasar, tujuan program partai yang bersangkutan, disamping ilmu lain yang menunjang terhadap kekuatan partai. Pendidikan politik biasanya dilakukan secara intensif pada partai kader, tetapi tidak demikian hal nya pada partai massa. Oleh sebab itu terkadang partai massa cenderung


(32)

terkendalikan oleh partai kader, mengingat orang-orang dalam partai kader benar-benar terdidik dalam organisasi politik dan berprinsip.

2. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat, dimana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, non-formal dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi menjadi dua, yakni : Pertama, pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Kedua, dengan indoktrinasi politik, yaitu proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik.

3. Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Fungsi ini sangat penting bagi keberlangsungan sistem


(33)

politik, sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.

Boleh jadi perekrutan politik berhubungan dengan karier seseorang di bidang politik dan juga menjamin eksistensi partai. Adapun cara yang ditempuh dalam melaksanakan perekrutan politik antara lain dapat ditempuh melalui kontak-kontak pribadi, persuasi dan juga dapat dilakukan dengan menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang diharapkan di masa yang akan datang untuk menduduki jabatan politik/pemerintahan.

4. Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Dalam hal ini, partai politik mempunyai fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong dan mengajak para anggota partai dan anggota masyarakat yang lain untuk menggunakan partai politik sebagai saluran kegiatan yang mampu mempengaruhi proses politik.

5. Pemandu Kepentingan

Fungsi pemandu kepentingan yaitu untuk menampung dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan, maka partai politik dibentuk. Kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berebeda bahkan bertentangan menjadi


(34)

berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan keputusan politik.

6. Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat, tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah.

Selain komunikasi politik menghubungkan antara pemerintah dengan rakyat, dapat pula menentukan kualitas tanggapan dari pemerintah atau masyarakat itu sendiri. Bilamana komunikasi itu berjalan dengan lancar, wajar dan sehat, maka akan meningkatkan kualitas respon yang tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan perubahan zaman.

3. Klasifikasi Partai

Menurut Miriam Budiardjo (1972:166-167) menyatakan bahwa klasifikasi partai dapat dilakukan dengan berbgai cara. Bila dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya, secara umum dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu :

1. Partai Massa

Partai Massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota, oleh karena itu ia biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk


(35)

bernaung dibawahnya dalam memperjuangkn suatu program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai massa cenderung untuk memaksakan kepentingan masing-masing, terutama pada saat-saat krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat menjadi lemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.

2. Partai Kader

Partai Kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan.

Klasifikasi lainnya dapat dilakukan dari segi sifat dan orientasi menurut Miriam Budiardjo (1972:166-167) dibagi menjadi dua jenis, yakni :

1. Partai Lindungan (patronage party)

Partai lindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor (sekalipun organisasinya di tingkat local sering cukup ketat), disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Maksud utama ialah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yan dicalonkannya, karena itu hanya giat menjelang masa-masa pemilihan. Partai Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat merupakan contoh dari partai semacam ini.

2. Partai Ideologi atau Partai Azas (weltanschauungs partei atau programmatic party)

Partai ideologi atau partai azas (sosialisme, fasisme, komunisme, Kristen-demokrat) biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Terhadap calon anggota diadakan saringan, sedangkan untuk menjadi anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap percobaan. Untuk memperkuat ikatan batin dan kemurnian ideologi maka dipungut iuran secara teratur dan disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran-ajaran serta keputusan-keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan.


(36)

Pembagian diatas sering dianggap kurang memuaskan oleh karena dalam setiap partai ada unsur lindungan serta pembagian rezeki disamping pandangan hidup tertentu. Maka dari itu klasifikasi partai yang dikemukakan (Maurice Duverger dalam Miriam Budiardjo 1972 :167-170), yaitu :

1. Sistem Partai Tunggal

Partai tunggal merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (contardictio in terminis) sebab menurut pandangan ini suatu sistem selalu mengandung lebih dari satu unsur. Namun demikian istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan para sarjana. Istilah ini dipakai untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara, maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lainnya.

2. Sistem Dwi Partai

Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem dwi partai biasanya diartikan adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan peranan dominan dari dua partai.

3. Sistem Multi Partai

Sistem ini umumnya dianggap bahwa keanekaragaman dalam komposisi masyarakat menjurus ke berkembangnya sistem multi partai. Dimana perbedaan ras, agama atau suku bangsa adalah kuat, golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan ikatan-ikatan terbatas (primordial) tadi dalam satu wajah saja. Dianggap bahwa pola multi partai lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik daripada pola dwi partai.

E. Tinjauan Tentang Pemilihan Umum

Salah satu syarat suatu negara yang menganut paham demokrasi adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin negara dengan diadakannya pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan menegakan suatu tatanan politik yang demokratis. Artinya pemilu merupakan mekanisme demokratis untuk melakukan pergantian elit politik atau pembuat kebijakan (Laila, 2004:2). Dari pemilu ini


(37)

diharapkan lahirnya lembaga perwkilan dan pemerintahan yang demokratis. Salah satu fungsinya adalah sebagai alat penegak atau penyempurna demokrasi dan bukan sebagai tujuan demokrasi.

Menurut Undang-Undang Pemilu No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan umum bahwa :

“Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia negara yang berdasarkan Pancasila dsebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indinesia Tahun 1945”

Sedangkan menurut Karim dalam Dani (2006:11) Pemilihan umum adalah :

”Sarana demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah menurut kehendak rakyat sehingga terbentuk kekuasaan negara yang benar-benar memancar kebawah sebagai suatu kewibawaan yang sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat.

Dapat disimpulkan bahwa pemilihan umum merupakan sarana legitimasi bagi sebuah kekuasaan. Artinya pemilu merupakan roh demokrasi yang benar-benar merupakan sarana pemberian mandat kedaulatan rakyat.

F. Kerangka Pikir

Pemilu merupakan sarana legitimasi bagi penguasa untuk dapat menjalankan pemerintahannya, karena pemilu melibatkan partisipasi masyarakat secara keseluruhan dan segala lapisan masyarakat ikut serta memberikan suaranya, tentunya bagi yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai pemilih. Pemilu bukan hanya bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk dalam lembaga pemerintahan saja, melainkan juga merupakan suatu sarana untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.


(38)

Sebagai perwujudan dari bentuk partisipasi rakyat dan terutama dilaksanakannya prinsip kedaulatan rakyat sangat dibutuhkan sarana artikulasi yang dapat mewadahi dan mewakili partisipasi politik tersebut. Salah satu perwujudan dari bentuk partisipasi politik rakyat adalah melalui pemilu yang merupakan wadah terpenting dalam memenuhi dan keikutsertaan rakyat dalam menentukan arah dan tujuan Negara.

Sebagai sarana partisipasi politik rakyat, pemilihan umum seharusnya mampu berfungsi memberikan pendidikan politik dan meningkatkan kesadaran politik rakyat. Sehingga tercipta kondisi negara yang benar-benar demokratis terutama bagi para pemilih di Kota Metro yang memiliki hak pilih. Mereka harus mampu memanfaatkan hak pilih mereka dalam pemilihan umum dengan sebaik-baiknya. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak indikator yang dapat mempengaruhi mereka sebagai pemilih dalam menentukan pilihannya dalam mendukung atau tidak mendukung Partai Keadilan Sejahtera dalam pemilihan umum legislatif 2009, seperti pengaruh faktor sosiologi yang didalamnya terdapat peran orang tua dan teman-teman sepermainan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

Kemudian faktor rasionalitas, yaitu apakah mereka memilih karena didukung oleh pengetahuan mereka tentang program partai baik secara langsung maupun melalui media, ataupun kandidat yang akan mereka pilih dan juga adanya pengaruh psikologis dalam diri pemilih. Salah satu konsep psikologis sosial yang digunakan


(39)

untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Faktor psikologis lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah ketokohan, yaitu seseorang memilih tidak melihat partai atau kandidat, tetapi melihat tokoh atau pemimpin yang bernaung diatasnya.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis ingin mengetahui bagaimanakah faktor sosiologis, faktor pilihan rasional dan faktor psikologis dengan indikator peran keluarga, teman sepermainan, orientasi kandidat dan program partai, peran media, identifikasi partai dan ketokohan yang selanjutnya akan dijadikan fokus pembahasan dalam penelitian ini mengenai dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada pemilu legislatif 2009, agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, berikut adalah bagan dari kerangka pikir penelitian ini :

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Perilaku memilih dipengaruhi oleh : 1. Peran Keluarga

2. Peran Teman Sepermainan

3. Orientasi Kandidat dan Program Partai 4. Peran Media

5. Identifikasi Partai 6. Ketokohan

Memilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) PadaPemilu


(40)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu tipe penelitian yang menggambarkan keadaan suatu objek yang akan diteliti pada saat sekarang dengan didasarkan pada fakta yang ada.

Menurut Nawawi penelitian deskriptif didefinisikan sebagai :

Penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol bilangan. Dan objek penelitiannya adalah seluruh bidang atau aspek kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia. (Hadari Nawawi, 2001:74-175).

Artinya penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memaparkan dan menggambarkan fenomena berdasarkan fakta yang ada secara utuh atau apa adanya untuk kemudian dianalisis.

Kemudian menurut G. Tan penelitian deskriptif bertujuan untuk :

Menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. (Koentjaraningrat, 1973:3).


(41)

B. Fokus Penelitian

Dalam sebuah penelitian, fokus penelitian sangat penting karena dengan fokus maka penelitian tidak akan melebar kepada hal-hal lain yang sebenarnya bukan menjadi permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian. Fokus akan sangat membantu peneliti dalam menjawab masalah-masalah dalam penelitiannya.

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro serta faktor penyebab dan latar belakang turunnya dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada pemilihan umum legislatif tahun 2009.

C. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan dilapangan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, informan dipilih dengan mendasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.

Penentuan sumber informasi dilakukan dengan teknik sampling bersifat purposive. Karena mewakili informasi untuk memperoleh kedalaman studi dalam konteksnya dikaitkan dengan kemampuan menangkap kedalaman data dengan realitasnya yang jamak


(42)

(homogenitas). Peneliti memilih informan yang dianggap paling mengetahui masalah yang akan dikaji. Pilihan peneliti dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan data yang dikumpulkan. (Sudikin dan Mundir, 2005:28)

Adapun sumber informasi (informan) dalam penelitian ini diperoleh dari :

a. Pengurus DPD PKS Kota Metro. 1. Nama : Heriyanto, A.Md

Umur : 36 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Jabatan : Ketua Umum DPD PKS Kota Metro 2. Nama : Muhammad Syaifullah, S.T

Umur : 35 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Jabatan : Sekretaris Umum DPD PKS Kota Metro

b. Pemilih yang memilih PKS pada pemilu 2009.

Daerah Pemilihan I (Kec.Metro Pusat-Kec. Metro Utara) 1. Nama : Juju Agus Muhidin

Umur : 38 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta 2. Nama : Ernawati

Umur : 52 Tahun


(43)

3. Nama : Astari Agustina

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Daerah Pemilihan II (Kec.Metro Timur) 1. Nama : Komarudin

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Wirswasta

2. Nama : Tri Puji Astuti, A.Ma.Pd Umur : 48 Tahun

Pekerjaan : PNS Guru

3. Nama : Fitri Avirianti Handayani

Umur : 19 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Daerah Pemilihan III (Kec.Metro Barat-Kec. Metro Selatan) 1. Nama : Erwinsyah, S.T

Umur : 34 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta 2. Nama : Siti Fatimah

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 3. Nama : Fatkul Mujib

Umur : 19 Tahun


(44)

c. Pemilih yang memilih PKS dalam dua pemilu sebelumnya (1999 dan 2004), tetapi pada pemilu 2009 tidak memilih PKS. Daerah Pemilihan I (Kec.Metro Pusat-Kec. Metro Utara) 1. Nama : Ust. Muhammad Qomari

Umur : 58 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta 2. Nama : Masriyah

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 3. Nama : Kaderi

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Petani

Daerah Pemilihan II (Kec.Metro Timur) 1. Nama : Kartono

Umur : 38 Tahun Pekerjaan : Buruh 2. Nama : Emawati

Umur : 49 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 3. Nama : Solihin Ahmad

Umur : 52 Tahun


(45)

Daerah Pemilihan III (Kec.Metro Barat-Kec. Metro Selatan) 1. Nama : Sularto

Umur : 56 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta 2. Nama : Yeni Mardina

Umur : 32 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 3. Nama : Agus Setiawan

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebelumnya tersebut hasil dari wawancara terbuka yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa arsip yang berkaitan dengan perolehan hasil suara Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada pemilu 2009.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Wawancara terbuka digunakan untuk memperoleh data melalui percakapan langsung dengan informan berdasarkan daftar pertanyaan.


(46)

Sebagai panduan untuk memperoleh kejelasan dari permasalahan yang sedang diteliti.

Teknik wawancara menurut Sutrisno Hadi (1991:93) adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan penelitian. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi sebanyak-banyaknya tentang objek yang diteliti, sehingga memperoleh suatu gambaran yang lebih luas dan mendalam. wawancara ini melibatkan para pengurus PKS Kota Metro, pemilih PKS pada pemilu 2009 dan pemilih yang memilih PKS pada dua pemilu terakhir (1999 dan 2004), tetapi pada pemilu 2009 tidak memilih PKS dengan menggunakan panduan wawancara.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari hasil wawancara. Dokumentasi bisa diperoleh dari dokumen tentang perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada pemilu 2009.


(47)

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara seseorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul, sehingga mendapatkan satu kesimpulan dari penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan begitu saja. Analisis data menjadi bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah. Karena dengan analisis data tersebut dapat lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah penelitian.

Menurut Mathew B. Miles dan Huberman (1992:16-19), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi :

1. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data maka akan dapat dapahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.


(48)

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, dimana makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, ketokohannya dan kecocokannya yang merupakan validitas.


(49)

A. Deskripsi Informan

Hasil penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara secara terbuka yang dilakukan kepada informan. Wawancara yang penulis lakukan tersebut kepada informan dengan cara melalui percakapan secara langsung berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang penulis anggap memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk memberikan informasi.

Penulis menentukan pilihan pada dua orang pengurus DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro, yakni ketua dan sekretaris, kemudian sembilan orang pemilih yang memilih PKS pada pemilu 2009 yang tersebar dalam tiga daerah pemilihan, DP I (Kec.Metro Pusat – Kec.Metro Utara), DP II (Kec.Metro Timur), DP III (Kec.Metro Barat–Kec.Metro Selatan) yang dibagi dalam tiga kategori pemilih, yaitu laki-laki, perempuan dan pemilih pemula.

Informan terakhir adalah Pemilih yang memilih Partai Keadilan Sejahtera dalam dua pemilu sebelumnya (1999 dan 2004), tetapi pada pemilu 2009 tidak memilih Partai Keadilan Sejahtera yang juga tersebar dalam tiga daerah pemilihan, DP I (Kec.Metro Pusat – Kec.Metro Utara), DP II (Kec.Metro


(50)

Timur), DP III (Kec.Metro Barat – Kec.Metro Selatan). Deskripsi informan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Deskripsi Informan Pengurus DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro

No Nama Informan Usia

(tahun)

Alamat Keterangan

1 Heriyanto, A.Md 36 Yosodadi Ketua Umum

2 M. Syaifullah, S.T 35 Tejosari Sekretaris Umum

Sumber : Diolah dari Hasil Pertanyaan Penelitian. Data Primer Tahun 2010 Tabel 5. Deskripsi Informan Pemilih Yang Memilih Partai Keadilan Sejahtera

Pada pemilu 2009

No Nama Informan Usia

(tahun)

Alamat Keterangan

1 Juju Agus Muhidin 38 Yosomulyo DP I Metro Pusat

2 Ernawati 52 Purwosari DP I Metro Utara

3 Astari Agustina 19 Imopuro DP I Metro Pusat

4 Komarudin 60 Yosorejo DP II Metro Timur

5 Tri Puji Astuti, A.Ma Pd 48 Yosorejo DP II Metro Timur 6 Fitri Avirianti Handayani 19 Yosodadi DP II Metro Timur

7 Erwinsyah, S.T 34 Margorejo DP III Metro Selatan

8 Siti Fatimah 50 Ganjar Agung DP III Metro Barat

9 Fatkul Mujib 19 Mulyojati DP III Metro Barat

Sumber : Diolah dari Hasil Pertanyaan Penelitian. Data Primer Tahun 2010 Tabel 6. Deskripsi Informan Pemilih yang memilih Partai Keadilan Sejahtera

dalam dua pemilu sebelumnya (1999 dan 2004), tetapi pada pada pemilu 2009 tidak memilih Partai Keadilan Sejahtera

No Nama Informan Usia

(tahun)

Alamat Keterangan

1 Ust. Muhammad. Qomari 58 Metro DP I Metro Pusat

2 Masriyah 58 Metro DP I Metro Pusat

3 Kaderi 58 Purwosari DP I Metro Utara

4 Kartono 38 Yosodadi DP II Metro Timur

5 Emawati 49 Yosorejo DP II Metro Timur

6 Solihin Ahmad 52 Yosodadi DP II Metro Timur

7 Sularto 56 Margorejo DP III Metro Selatan

8 Yeni Mardina 32 Ganjar Asri DP III Metro Barat

9 Agus Setiawan 35 Sumbersari DP III Metro Selatan


(51)

B. Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro

Dukungan pemilih terhadap partai politik pada pemilu legislatif dengan diberikannya dukungan suara merupakan faktor penentu menang atau kalah sebuah partai dalam pemilu tersebut. Suara pemilih sangatlah menentukan partai ke depan untuk dapat menempatkan wakilnya dalam legislatif, semakin banyak suara yang diberikan kepada partai tentunya akan semakin banyak pula partai memiliki wakilnya di parlemen. Pemilih yang memberikan suaranya dalam pemilu juga merupakan cerminan kepercayaan masyarakat terhadap partai tersebut karena partai tersebut juga dianggap layak untuk merepresentasikan aspirasi para pemilihnya.

Pemilu legislatif 2009 lalu, Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro mengalami penurunan dukungan pemilih, hal ini terlihat pada perolehan suara di pemilu 2009 ini hanya memperoleh 4.016 suara, sedangkan pemilu 2004 Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro mampu memperoleh 5.076 suara. Artinya dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera mengalami penurunan 0,22 % suara, banyak basis kantong suara partai ini digarap oleh partai lain pada pemilu 2009 tersebut.

Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu legislatif 1999 hanya mampu memperoleh kurang dari 2.000 suara, yakni sebanyak 1.659 suara saja. Dukungan pemilih terbanyak yang diperoleh Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro selama mengikuti tiga kali pemilu adalah pada pemilu legislatif tahun 2004 dengan perolehan suara 5.076 suara. Data perolehan suara tersaji dalam tabel berikut ini :


(52)

Tabel 7. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Metro

No Kelurahan 2004 2009 2004 2009 Keterangan

Kecamatan Metro Pusat

1 Metro 660 381 34,82 25,53 Turun 9,29

2 Hadimulyo Barat 422 361 22,86 24,19 Turun 1,93

3 Imopuro 366 416 19,31 27,88 Naik 8,57

4 Hadimulyo Timur 175 128 9,23 8,57 Turun 0,66

5 Yosomulyo 272 206 14,35 13,80 Turun 0,55

Jumlah 1.895 1.492

Kecamatan Metro Utara

1 Banjarsari 245 275 40,56 35,43 Naik 5,13

2 Purwosari 131 329 21,68 42,39 Naik 20,71

3 Purwoasri 42 75 6,95 9,66 Naik 2,71

4 Karangrejo 186 97 30,79 12,50 Turun 18,29

Jumlah 604 776

Kecamatan Metro Timur

1 Tejosari 58 133 4,12 13,30 Naik 9,18

2 Tejo Agung 152 97 10,81 9,70 Turun 1,11

3 Iring Mulyo 498 282 35,41 28,20 Turun 7,21

4 Yosodadi 289 286 20,55 28,60 Turun 8,05

5 Yosorejo 409 202 29,08 20,20 Turun 8,88

Jumlah 1.406 1.000

Kecamatan Metro Barat

1 Ganjar Agung 233 261 30,77 51,58 Naik 20,81

2 Ganjar Asri 229 78 30,25 15,41 Turun 14,84

3 Mulyojati 228 115 30,11 22,72 Turun 7,39

4 Mulyoasri 67 52 8,85 10,27 Turun 1,42

Jumlah 757 506

Kecamatan Metro Selatan

1 Rejomulyo 102 41 24,63 16,94 Turun 7,69

2 Margorejo 156 96 37,68 39,66 Turun 1,98

3 Sumbersari 90 68 21,73 28,09 Turun 6,36

4 Margodadi 66 37 15,94 15,28 Turun 0,66

Jumlah 414 242

Total 5.076 4.016 100 % 100 % Turun 0,22 %

Catatan : * Suara Partai Keadilan (PK) Tahun 1999 = 1.659 suara

Sumber : DPD PKS Kota Metro. Data Sekunder Tahun 2010

Tabel yang tersaji diatas tersebut memberikan gambaran bahwa dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Metro pada pemilu legislatif grafiknya naik turun, dari pemilu 1999 ke 2004 naik 3,26 % suara, pemilu 2004 ke 2009 turun 0,22 % suara. Pemilu legislatif 2009 di Kota Metro dibagi ke dalam tiga daerah pemilihan yang meliputi DP I Kecamatan Metro


(53)

Pusat dan Kecamatan Metro Utara yang terdiri dari sembilan kelurahan, di Kecamatan Metro Pusat ada lima kelurahan yang meliputi Kelurahan Metro, Kelurahan Hadimulyo Barat, Kelurahan Imopuro, Kelurahan Hadimulyo Timur dan Kelurahan Yosomulyo, sedangkan di Kecamatan Metro Utara terdiri dari empat kelurahan yang meliputi Kelurahan Banjarsari, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Purwoasri dan Kelurahan Karang Rejo.

Kecamatan Metro Pusat pada pemilu legislatif 2009 secara keseluruhan mengalami penurunan dukungan pemilih karena hanya mampu memperoleh 1.492 suara dibandingkan pemilu legislatif sebelumnya tahun 2004 yang memperoleh suara lebih banyak yakni 1.895 suara, artinya Kecamatan Metro Pusat pada pemilu 2009 dukungan pemilihnya turun 0,18 % suara.

Kelurahan Metro perolehan suaranya turun pada pemilu 2004 mendapatkan 660 suara dan pada pemilu 2009 menjadi 381 suara, penurunannya sebanyak 9,29 % suara dan kelurahan ini tercatat sebagai kelurahan dengan penurunan suara terbanyak di Kecamatan Metro Pusat. Kelurahan Hadimulyo Barat mengikuti di peringkat kedua dengan jumlah penurunan suara sebanyak 1,93 % suara, dimana pada pemilu tahun 2004 mendapatkan suara sebanyak 422 suara dan pada pemilu 2009 hanya mendapatkan 361 suara.

Kelurahan Hadimulyo Timur juga mengalami penurunan dan menempati peringkat ketiga dengan jumlah penurunan suara sebanyak 0,66 % suara, dimana pada pemilu 2004 mendapatkan 175 suara, kemudian pada pemilu berikutnya tahun 2009 mendapatkan 128 suara. Peringkat keempat, kelurahan di Kecamatan Metro Pusat yang mengalami penurunan suara adalah


(54)

Kelurahan Yosomulyo, hal ini terlihat pada pemilu 2004 mendapatkan 272 suara dan pada pemilu 2009 turun 0,55 % suara, sehingga hanya mendapatkan 206 suara.

Lima kelurahan yang ada di Kecamatan Metro Pusat, hanya satu kelurahan yang terjadi kenaikan dukungan pemilih, yakni Kelurahan Imopuro yang dimana kelurahan ini merupakan salah satu dari banyak basis kantong suara Partai Keadilan Sejahtera, dimana salah satu tokoh yang diusung menjadi caleg nomor urut pertama untuk DP I partai tersebut tinggal di kelurahan ini. Pemilu legislatif 2004 di kelurahan ini Partai Keadilan sejahtera mendapatkan 366 suara, kemudian pemilu berikutnya tahun 2009 naik 8,57 % suara menjadi 416 suara.

Kecamatan Metro Utara pada pemilu 2009 memperoleh 776 suara, mengalami kenaikan 7,43 % suara dibandingkan pemilu 2004 yang hanya mendapatkan 604 suara. Kenaikan ini terjadi di tiga dari empat kelurahan yang ada di kecamatan ini, diantaranya Kelurahan Banjarsari pada pemilu 2009 mendapatkan 275 suara, pemilu 2004 mendapatkan 245 artinya terjadi kenaikan 5,13 % suara.

Kelurahan Purwosari juga mengalami kenaikan dukungan pemilih sebanyak 20,71 % suara, dimana pada pemilu 2004 hanya mendapatkan 131 suara, namun pada pemilu 2009 meningkat menjadi 329 suara. Kenaikan dukungan pemilih juga diikuti Kelurahan Purwoasri dengan jumlah kenaikan 2,71 % suara, dimana pemilu 2004 mendapatkan 42 suara dan pada pemilu 2009 naik menjadi 75 suara. Penurunan suara di kecamatan ini hanya terjadi di


(1)

PRAKATA

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Dukungan Pemilih Terhadap Partai (Studi di Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada Pemilu Legislatif 2009)”.

Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang tentunya sepenuh hati meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan banyak masukan dan membantu penulis dalam proses perkuliahan.

3. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak masukan, nasehat dan membantu penulis dalam proses perkuliahan.


(2)

4. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Robi Cahyadi K, S.IP, M.A selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan bimbingan serta masukan dan saran kepada penulis selama proses bimbingan skripsi sampai menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suwondo. M.A selaku Dosen Penguji dan Pembahas yang telah memberikan kritik, saran serta masukan yang sifatnya membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis baik dalam perkuliahan penentuan judul skripsi hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh dosen, staf administrasi, penjaga ruang baca dan karyawan FISIP Unila, mas Puji dan mas Juli terima kasih atas jasa-jasa kalian sampai penulis dapat menyelesaikan studi.

9. Bapak Wakil Sekretaris 1 DPW PKS Lampung Munawardi, S.P, Bapak Ketua Umum DPD PKS Kota Metro Heriyanto, A.Md dan Bapak Sekretaris Umum DPD PKS Kota Metro Muhammad Syaifullah, S.T beserta seluruh kader dan simpatisan PKS Kota Metro yang telah banyak membantu penulis dalam mencari data dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini.


(3)

10. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak ”Tohari Wijaya” dan Ibu ”Siti Rahayu” yang selalu bekerja keras, upaya dan jerih payahnya demi menjadikan penulis sebagai seorang sarjana kupersembahkan karya kecilku untuk kalian. 11. Adik-adikku yang aku sayangi Dwi Hari Setiawan, Fitri Avirianti Handayani,

Mira Hayu Nindyowati, Eti Vanca Hayu, Syafiq Insani dan Syifa Afia mudah-mudahan kalian bisa meraih kesuksesan semua...amien.

12. Teman-teman terbaikku Romi Gusman, M.Syafrial S.Ked, Samsul Bahri, Galuh Kahfi Husein, Julia Darma, Eko Siswadinata, Juliandi, S.Ked , Adrian, Rian, Yoma, Ferdi, David, Romi ”kecil”, Gunawan, Gayuh Fajri, Didik Fadhilah Ramadhan pokoknya buat anak-anak USEFA kita harus tetep kompak, karena kita adalah saudara.You all the bezt friend I ever had..

13. Teman-teman Ilmu Pemerintahan Extantion 2006 : M.Rizky Yarobby, Ari Vianko Sholehu, Tammy M Shaleh, A.Bangkit Satya, Fetha Rio, Reja Rican Utama, Amri Wijaya, Ferian Denico, Ahmad Nuryani, Mizdarmadi, Mitriko Septa Putra, Irwan Zaini, M.Alfarizie, Willy Yandro Efmanda, Frisianto Adi K, A. Fajri Nawawi, Nurmansyah Dwi Antara, Made Sudawan, Diega A S, Meidy Rahman, Arie Setiawan, Agung Ari Wibowo, Ricky Setiawan, Rendi Pramananda, Junizar, Alvira Lesmi, Neysa Amalia, Apriana, Rosdalina Pitasari, Veronica Seftiani, Yuris Nastasia Eka Putri, Tika Dewi Lia Meliyani, Dewi Agustina, Yuliana Subekti, Devi Fitriani, Tri Elna Handayani, Ni Made Dwi Indrayani, Nana Risnaria, Niken Nila Prastuti. Teman-teman Reguler 2006 : Fidha Mecha Gumilang, Uly Dameita, Yeni Eka Sari, Indah Agustina, Agus Setiana, Arief


(4)

Munandar, M. Adhi Ksatria serta semuanya dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan kita.

14. Kakak tingkat angkatan 2005 : Nicko Rifan Nazmi.S.IP, Mutia Rifda.S.IP Riska.S.IP, Vrigita.S.IP, Vivi.S.IP, Novan.S.IP, Gita Marieska.S.IP, Andi Wijaya, Ahmad Hariza, Dani, Yudhi, Angga, Bojes, Ari Tongki, Hastanto, Dedi, Rendi, Denta, Afrian, Ricko, Eki Arisandi, Johan Setiawan, Chandra Pika.S.IP, Dede, Mbak nini, Mbak Keke, Joni, Trisma, Miftah.S.IP, Demi, Ferdi, Eno Sanjaya dan adik-adik tingkat angkatan 2007 semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

15. Seluruh pihak yang memberi inspirasi dan motivasi penulis untuk bisa menjadi lebih baik dan optimis menyongsong masa depan. Semoga dengan sumbangsih yang telah mereka berikan. Insya Allah akan dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kemajuan ummat, Amien.

Bandar Lampung, 19 Mei 2010 Penulis


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 30 Maret 1987, sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan bapak Tohari Wijaya dan ibu Siti Rahayu.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah TK Bhayangkari Metro Lampung Tengah (1992-1993), Sekolah Dasar Pertiwi Teladan Metro Lampung Tengah (1993-1999), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Kota Metro (1999-2002) dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro Lampung Timur (2003-2006).

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (2006-2010). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan dalam lembaga kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus. Seperti penulis pernah menjadi Koordinator Sie Pelatihan dan Pertandingan UKM Tenis Lapangan Universitas Lampung pada tahun 2006-2007. Penulis juga diamanahkan sebagai Ketua II Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Mahasiswa Non-Reguler (NR) FISIP Universitas Lampung pada tahun 2006-2007. Kemudian menjadi anggota Lingkar Studi Sosial Politik (LSSP) Cendekia FISIP Universitas Lampung pada tahun 2006-2007. Menjadi anggota Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI) FISIP Universitas


(6)

Lampung pada tahun 2006-2007. Menjadi anggota Brigade Muda BEM-U Universitas Lampung pada tahun 2006-2007. Kemudian diamanahkan sebagai Staf Menteri Hukum, Advokasi dan Perundangan BEM-U KBM Universitas Lampung pada tahun 2007-2008. Kegiatan ekstra kampus penulis bergabung di KAMMI Komisariat Sosial diamanahkan sebagai anggota Departemen Kebijakan Publik pada tahun 2007-2008.

Penulis pernah mengikuti pelatihan seperti pelatihan Kader Bangsa Tingkat Dasar KAMMI tahun 2006. Kemudian mengikuti pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Natural F-MIPA Universitas Lampung tahun 2006. Selanjutnya mengikuti LKMM-TD BEM-FH Universitas Lampung tahun 2007. Mengikuti diskusi Sekolah Anti Korupsi BEM-U KBM Universitas Lampung 2007. Mengikuti Pelatihan Penulisan Opini dan Lomba Penulisan Opini HMJ Sosiologi FISIP Universitas Lampung tahun 2007 dan berhasil meraih juara ke-3. Kemudian penulis pernah mendapatkan juara ke II ganda putra turnamen tenis lapangan Unila Cup 2007. Penulis pernah dikirim mewakili Bapomi Lampung pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) ke-X di Banjarmasin Kalimantan Selatan tahun 2007 sebagai atlet tenis lapangan. Kemudian mengikuti seminar nasional Kampanye Perlindungan Tanaman Nasional HIMAPROTEKTA FP Universitas Lampung tahun 2008.

Pada tahun 2009, penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di Sekretariat Daerah Bagian Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran Lampung.