Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil dari pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup yang makin meningkat. Hal tersebut berdampak pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. Fenomena peningkatan jumlah penduduk lanjut usia pada abad ini, menjadikan penduduk lansia sebagai salah satu kelompok sasaran pembangunan yang menjadi fokus perhatian pemerintah. Menurut BPS 2011, perubahan struktur penduduk lansia ini memberikan implikasi kepada perumusan dan arah kebijakan pembangunan, salah satunya untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk lansia. Menanggapi kondisi tersebut maka diperlukan adanya penanganan yang lebih baik mengenai kesejahteraan lansia, karena lansia merupakan kelompok yang banyak mengalami kemunduran dari segi fisik, psikologi, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup lansia, perlu upaya pemberdayaan guna menunjang derajat kesehatan dan peningkatan mutu kehidupan lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, secara umum jumlah penduduk lansia di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia perempuan 9,75 juta orang lebih banyak dari jumlah penduduk lansia laki-laki 8,29 juta orang. Sebarannya jauh lebih banyak di daerah perdesaan 10,36 juta orang dibandingkan di daerah perkotaan 7,69 juta orang. Bila dilihat dari hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk lansia sekitar 5,31 juta orang atau 4,48 persen dari seluruh penduduk, dan menjadi empat kali lipat pada tahun 2010 yaitu sekitar 18,04 juta orang atau 7,59 persen. Jumlah penduduk lansia di Provinsi Bali sebanyak 380.115 orang atau 9,77 persen dari keseluruhan penduduk, dengan komposisi penduduk lansia perempuan sebesar 202.594 orang dan laki-laki 177.521 orang. Persentase penduduk lansia Provinsi Bali sebesar 9,77 persen menunjukkan bahwa Provinsi Bali termasuk daerah yang memasuki era penduduk berstruktur tua aging structured population karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka tujuh persen. Angka ini terlihat jelas pada penduduk lansia perempuan 2 baik di daerah perkotaan 7,12 persen maupun perdesaan 13,80 persen dan lansia laki- laki di daerah perkotaan 7,12 persen dan perdesaan 12,01 persen BPS, 2011. Perubahan struktur penduduk mempengaruhi angka beban ketergantungan, salah satunya adalah beban ketergantungan penduduk lansia. Rasio ketergantungan penduduk lansia old dependency ratioODR adalah angka yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif 15-59 tahun. Dari angka ini tercermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk lansia. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2010 di Provinsi Bali adalah sebesar 15,18, berarti bahwa untuk setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 15-16 orang penduduk lansia. Angka tersebut akan mengalami peningkatan seiring dengan tingginya angka harapan hidup penduduk Provinsi Bali. Hasil Sensus Penduduk 2010 untuk Provinsi Bali, juga menunjukkan masih banyak lansia yang berperan sebagai kepala rumah tangga 37,69 persen, dimana lansia berperan sebagai pemimpin rumah tangga dan bertanggungjawab terhadap rumah tangga dari segi psikologis maupun ekonomi. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi lansia, dimana memasuki masa tua seyogyanya lansia dapat menikmati hari tuanya tanpa beban yang berat. Tingginya persentase lansia yang menjadi tulang punggung keluarga didominasi oleh penduduk lansia laki-laki 65,03 persen. Penduduk lansia yang termasuk dalam angkatan kerja merupakan lansia potensial. Mereka tergolong sebagai lansia produktif dan mandiri. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa dari keseluruhan penduduk lansia sekitar 54,20 persen diantaranya bekerja. Proporsi lansia laki-laki bekerja 65,35 persen dan lansia perempuan 44,44 persen. Kondisi ini terjadi baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Dilihat dari lapangan pekerjaan lansia di Provinsi Bali, data Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja lansia paling besar adalah pertanian 68,50 persen, sektor perdagangan 15,00 persen dan sector jasa-jasa 5,01 persen dan industri pengolahan 6,61 persen. Dilihat dari status pekerjaan, dari keseluruhan penduduk lansia yang bekerja dengan status berusaha sendiri 37,51 persen, bekerja dengan status berusaha dibantu buruh 30,89 persen, pekerja tidak dibayar 23,79 persen dan sebagai pekerja bebas 6,65 persen sisanya sebagai buruhkaryawan 6,61 persen 3 Hal yang perlu dicermati adalah adanya pandangan bahwa peningkatan jumlah penduduk lansia akan meningkatkan beban penduduk usia produktif, jika dikaitkan dengan perhitungan rasio ketergantungan penduduk lansia old dependency ratio ODR, yang merupakan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif. Jika penduduk lansia tersebut semakin meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia produktif akan semakin besar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang bekerja untuk mencari nafkah, seperti yang diuraikan pada uraian hasil Sensus Penduduk 2010 di atas.

1.2 Keutamaan Penelitian