16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali
Penelitian ini adalah penelitian tahun pertama yang memfokuskan pada determinan dari status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan
karakteristik sosial ekonomi lanjut usia di perdesaan di Provinsi Bali. Data yang diambil merupakan hasil jawaban responden lansia terhadap kuisioner yang disebar di delapan
kabupaten di Bali. Data yang terkumpul adalah sebanyak 430 data. Hasil analisis deskriptif karakteristik sosial ekonomi lansia perdesaan Provinsi Bali dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali
Variabel N
Variabel N
Status Bekerja 1. Tidak Bekerja
2. Bekerja 141
289 32,8
67,2 Ada tidak Tanggungan
1. Tidak ada 2. Ada
285 145
66,3 33,7
Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Wanita 231
199 53,7
46,3 Status Kesehatan
1. Tidak sehat 2. Sehat
159 271
37,0 63,0
Status Kawin 1. Belum Kawin
2. Kawin 3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati 12
331 6
81 2,8
77,0 1,4
18,8 Tunjangan Hari Tua
1. Tidak ada 2. Ada
349 81
81,2 18,8
Tingkat Pndidikan 1. Tidak sekolah
2. SD 3. SMP
4. SMA 5. PT
193 180
26 20
11 44,9
41,9 6,0
4,7 2,6
Pendapatan 1. Tidak ada
2. Rp.500.000 3. 500.000-1 juta
4. 1 Juta 143
132 97
58 33,3
30,7 22,6
13,5
Status dalam Rumah Tangga
1.Anggota Rumah Tangga
2. Kepala Rumah Tangga
251 179
58,4 41,6
Pendapatan Keluarga 1. 1 juta
2. 1.000.001 – 2 juta
3. 2 juta 181
169 80
42,1 39,3
18,6
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2 dan 32,8 tidak bekerja. Sebagian besar responden menyatakan
alasan mereka masih bekerja karena secara fisik dan mental masih merasa mampu dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang
17
semakin besar. Alasan ekonomi yang menjadi sebab lansia bekerja juga dikemukakan oleh Sigit 1988, dengan masih bekerjanya lansia berarti mereka masih dapat
menghidupi dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit lansia yang masih menghidupi keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang
tidak mampu. Deskripsi responden menurut adatidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian
besar lansia 81.2 tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia
JSLU, maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden
63 dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37 menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian
menunjukkan bahwa 53.7 responden adalah lansia laki-laki dan 46,3 lansia wanita. Status kawin lansia menunjukkan bahwa 77 dengan status kawin, 18.8 status cerai
mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4 anggota rumah tangga dan 41.6
merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut adatidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3 tidak
mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan. Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9, SD 41,9, sisanya 13,2 dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat
pendidikan lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat kebanyakan
lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan pada masa itu, dan besar kemungkinan bahwa hanya sedikit dari mereka bersekolah, selain itu juga sarana
pendidikan masih sangat terbatas dibandingkan sekarang. Deskripsi responden menurut pendapatan, diperoleh 33,3 lansia tidak
mempunyai pendapatan, 30,7 dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-, pendapatan Rp. 500.000
– 1.000.000,- sebesar 22,6, dan untuk pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5. Sebagian besar pendapatan responden rendah. Hal ini
disebabkan sewaktu masih muda mereka terserap di bidang pertanian, sehingga ketika mereka sudah lanjut usia seperti sekarang, pekerjaan-pekerjaan pertanian
sudah tidak mampu lagi mereka kerjakan. Dengan demikian mereka tidak
18
mempunyai pekerjaan. Sama halnya dengan responden yang bekerja di sektor industri. Tingkat pendidikan yang ditamatkan responden sejalan dengan tingkat
pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh. Karena tingkat pendidikan responden rendah dan pekerjaan yang mereka peroleh adalah di sektor informal, penghasilan
mereka rendah. Dengan kondisi seperti itu, mereka tidak dapat menabung menyisihkan uang untuk hari tua. Ketika mereka berhenti dari pekerjaan tidak
mendapatkan tunjangan kesejahteraan hari tua, sehingga kondisi di lapangan mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit.
Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebanyak 42,1 dari 430 lansia dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp.
1.000.001,- – Rp. 2.000.000,- sebanyak 39,3, dan pendapatan lebih dari Rp.
2.000.000,- sebesar 18,6. Deskripsi responden menurut ketergantungan ekonomi lansia terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8 menyatakan tergantung, dan
41,2 menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Jawaban responden mengenai pertanyaan apakah merasa puas terhadap kondisi ekonomi
mereka saat ini, diperoleh 54,7 responden menyatakan tidak puas dan 45,3 menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka
.
5.2 Model Status Pekerjaan Lansia