Tugas BNN Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika
20
sosial”. Berdasarkan Pasal 54 hak penyalah guna untuk mendapat rehabilitasi menjadi diabaikan. Penyalah guna yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi namun
dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia, maka dalam pelaksanaannya penyalah guna narkotika harus menghadapi resiko ancaman pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, kecuali penyalahguna tersebut dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
penyalahgunaan narkotika, maka penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap penyalah guna narkotika berupa pidana penjara ini dianggap sebagai reaksi terhadap teori tujuan pemidanaan, yaitu teori
relatif teori utilitarian. Tujuan pidana menurut teori relatif bukanlah sekedar pembalasan akan tetapi untuk mewujudkan ketertiban di dalam masyarakat.
Terhadap pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika, teori tujuan pemidanaan yang diterapkan adalah teori treatment. Treatment sebagai tujuan
pemidanaan dikemukakan oleh aliran positif yang berpendapat bahwa pemidanaan sangat pantas diarahkan kepada pelaku kejahatan, bukan pada perbuatannya. Namun,
pemidanaan yang dimaksudkan oleh aliran ini untuk memberikan tindakan perawatan treatment dan perbaikan rehabilitation kepada pelaku kejahatan sebagai pengganti
penghukuman.
31
Aliran positif ini beralaskan paham determinisme yang menyatakan bahwa seseorang melakukan kejahatan bukan berdasarkan kehendaknya karena manusia
tidak mempunyai kehendak bebas dan dibatasi oleh berbagai faktor, baik watak pribadinya, faktor biologisnya, maupun faktor lingkungannya. Oleh karena itu, pelaku
kejahatan tidak dapat dipersalahkan dan dipidana melainkan harus diberikan perlakuan treatment untuk resosialisasi dan perbaikan si pelaku.
32