14 Mulai
Selesai
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
Gambar 5. Diagram alir penelitian
3.3.1 Persiapan Alat Dan Bahan
Setiap alat yang digunakan diperiksa terlebih dahulu kondisi bagian-bagiannya, seperti pada kompor tekan dimana saluran penyalur bahan bakar dari tangki menuju nosel tidak
tersumbat dan nosel juga harus bersih sehingga proses pengujian dapat berjalan lancar. Pompa udara yang digunakan harus dapat bekerja dengan baik. Alat lainnya seperti termostat, heater, dan
juga pressure gauge harus diperiksa apakah bisa beroperasi dengan baik. Minyak nyamplung dan minyak tanah dipersiapkan dengan baik dimana minyak nyamplung yang akan diuji terlebih
dahulu dilakukan proses degumming. Minyak nyamplung yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak yang telah
mengalami proses pemurnian dengan menambahkan asam fosfat. Pemberian asam fosfat Persiapan alat dan bahan
Uji karakteristik penyemprotan minyak nyamplung meliputi; pengukuran diameter, sudut, serta pola
penyemprotan minyak nyamplung pada kompor tekan
Aplikasi karakteristik penyemprotan minyak nyamplung terhadap kompor tekan termodifikasi
meliputi; pengukuran suhu minyak nyamplung yang keluar dari nosel pada burner termodifikasi, serta kondisi nyala api
yang dihasilkan
15 bertujuan untuk menghilangkan gum yang ada pada minyak degumming. Degumming dilakukan
selama beberapa hari dengan menggunakan alat sederhana seperti galon bekas yang dimodifikasi. Proses degumming dilakukan dengan memasukkan minyak nyamplung ke dalam galon ditambah
dengan air panas dan asam fosfat. Komposisinya adalah 1 liter minyak nyamplung ditambah dengan 20 ml asam fosfat 20. Setelah itu dilakukan proses pengadukan selama 10 sampai
dengan 20 menit. Lalu minyak dibiarkan selama 6 jam agar minyak terpisah dengan air. Setelah itu air dapat dibuang dengan membuka keran pada bagian bawah galon. Gum akan ikut terbuang
bersamaan dengan keluarnya air tersebut. Proses ini dilakukan berulang kali agar minyak benar- benar bersih dari gum.
Gambar 6. Proses Degumming
3.3.2 Uji Karakteristik Penyemprotan Minyak Nyamplung
Minyak nyamplung memiliki viskositas yang tinggi 53.4 cP, sehingga untuk dapat menggunakannya sebagai bahan bakar pada kompor tekan, maka minyak harus dipanaskan
terlebih dahulu agar viskositasnya mendekati viskositas minyak tanah, yaitu 5 cP Couper et al., 2005
Pemanasan minyak nyamplung dilakukan pada suhu yang berbeda-beda, yaitu: T
1
= suhu ruang 30
o
C, T
2
= 50
o
C, T
3
= 70
o
C, T
4
= 90
o
C, T
5
= 110
o
C, T
6
= 130
o
C, T
7
= 150
o
C T
8
= 161.81
o
C. Setelah pemanasan dilakukan, maka pengujian karakteristik penyemprotan minyak
nyamplung bisa segera dilakukan. Pengujian semprot ini dilakukan untuk mengetahui hubungan profil atau karakteristik penyemprotan minyak nyamplung terhadap peningkatan suhu minyak
setelah pemananasan dalam beberapa suhu tertentu. Uji penyemprotan dilakukan dengan kompor bertekanan yang telah dilengkapi pemanas dan termostat pada bagian dalam tangkinya.
Termokopel yang telah terpasang di dalam tangki membaca suhu minyak yang diinginkan. Pemanasan dilakukan dari suhu ruang 30
o
C sampai ± 161.81
o
C. Menurut Lestari 2011 suhu ± 161.81
o
C adalah suhu pemanasan minyak nyamplung yang diharapkan akan dapat menurunkan viskositasnya hingga mencapai ± 5 cP Couper et al. 2005 atau setara dengan
viskositas minyak tanah. Percobaan diawali dengan mengisi tangki bahan bakar dengan minyak
16 nyamplung sebanyak 1 liter. Kemudian pemanas dinyalakan sampai minyak mencapai suhu yang
diinginkan. Selanjutnya tangki bahan bakar diberi tekanan sebesar 2 bar, dan keran bahan bakar dibuka. Keran bahan bakar dibuka sekitar setengah putaran bukaan keran. Pembukaan keran
setengah putaran adalah kondisi yang ideal untuk menghasilkan semprotan pada pengujian ini. Minyak yang tersemprot diambil profil semprotannya dengan cara membentangkan kertas
milimeter blok diatas semburan minyak tersebut. Kondisi pengambilan profil semprotan dilakukan selama 2 detik. Setelah minyak tersemprot selama 2 detik, keran bahan bakar segera
ditutup. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali ulangan setiap masing-masing perlakuan suhu.
Parameter uji penyemprotan yang diamati meliputi pola penyemprotan, diameter penyemprotan, dan sudut penyemprotan. Pengambilan profil penyemprotan juga dilakukan untuk
minyak tanah sebagai kontrol dengan prosedur yang sama dengan minyak nyamplung, namun tanpa pemanasan.
Gambar 7. Uji karakteristik penyemprotan bahan bakar
Pada pengukuran diameter penyemprotan, digunakan kertas milimeter blok dengan jarak 30 cm dari ujung lubang nosel pipa. Hasil penyemprotan tersebut kemudian langsung difoto
dengan menggunakan kamera digital. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran
bentuk penyemprotan bahan bakar akibat terserap oleh kertas milimeter blok, sehingga dapat mempengaruhi besarnya diameter hasil penyemprotan yang diukur.
Bentuk penyemprotan tidak selalu berbentuk lingkaran, sehingga untuk mendapatkan diameter penyemprotan perlu mengacu pada sumbu vertikal dan sumbu horizontal kertas
θ
30 cm Sumbu horizontal
Sumbu vertikal Kertas millimeter blok
Sudut penyemprotan
Nosel
17 milimeter blok. Kedua sumbu ini akan menunjukkan panjang hasil penyemprotan yang diukur
melalui dua titik penyemprotan terjauh secara vertikal dan horizontal. Diameter penyemprotan merupakan hasil rata-rata dari panjang penyemprotan di sumbu vertikal dan sumbu horizontal.
Berdasarkan data diameter hasil penyemprotan, menurut Suastawa et al., 2006 besarnya sudut penyemprotan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
S
s
= 2 tan
−
�
. 5 D
s
T
n
� ............................................................................................ 4 dimana: Ss
: Sudut penyemprotan
o
Ds : Diameter penyemprotan mm Tn : Tinggi nosel mm
Bentuk pola, diameter, dan sudut penyemprotan ini kemudian akan dibandingkan antara minyak tanah dengan minyak nyamplung untuk menentukan pengaruh pemanasan pada minyak
nyamplung terhadap hasil penyemprotannya.
3.3.3 Aplikasi Pada Kompor Tekan Termodifikasi