TUJUAN TANAMAN NYAMPLUNG Uji Karakteristik Minyak Nyamplung dan Aplikasinya Pada Kompor Tekan

2 Secara teknis minyak nyamplung murni dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati, namun demikian kekentalan dan kadar asam lemak bebas yang tinggi serta adanya senyawa pengotor masih menjadi kendala. Untuk itu perlu dilakukan kajian pemurnian dan karakterisasi minyak nyamplung terutama penurunan viskositasnya agar kriteria minyak nyamplung ini memenuhi kriteria minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar pada kompor. Salah satu cara untuk mengetahui kriteria viskositas minyak nyamplung apakah sudah mendekati viskositas minyak tanah adalah dengan mengetahui dan mempelajari karakteristik penyemprotan minyak nyamplung. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji karakteristik penyemprotan minyak nyamplung untuk membandingkan antara karakteristik penyemprotan minyak nyamplung terhadap peningkatan suhu. Karakteristik penyemprotan minyak tanah juga akan dilakukan dan membandingkannya dengan karakteristik penyemprotan minyak nyamplung. Setelah mengetahui karakteristik minyak nyamplung, maka karakteristik ini dapat diaplikasikan untuk merancang burner pada kompor tekan. Sehingga penelitian ini juga akan mengukur kinerja sebuah burner termodifikasi pada kompor tekan yang dirancang oleh Lestari 2011 terhadap karakteristik penyemprotan minyak nyamplung dengan pemanasan yang dilakukan secara berkesinambungan dari nyala api hasil pembakaran pada burner itu sendiri. Sasaran aplikasi hasil penelitian ini adalah masyarakat atau konsumen skala rumah tangga di daerah yang memiliki potensi tanaman nyamplung. Para konsumen tersebut diharapkan mau dan bisa menggunakan kompor tekan termodifikasi ini dengan minyak nyamplung sebagai bahan bakarnya. Sehingga pada akhirnya pemanfaatan minyak nyamplung sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada penggunaan minyak tanah yang harganya diperkirakan akan terus meningkat dan akan tidak terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah. Pemanfaatan minyak nyamplung diharapkan juga dapat mengurangi penggunaan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga yang dapat berdampak buruk terhadap kelestarian hutan dan lingkungan.

1.2 TUJUAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menguji minyak nyamplung sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah pada kompor tekan. Adapun Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1 Menentukan tingkat pemanasan minyak nyamplung untuk memperoleh karakteristik penyemprotan ideal untuk aplikasi pada kompor tekan 2 Mengaplikasikan karakteristik penyemprotan minyak nyamplung pada kompor tekan termodifikasi hasil rancangan Lestari 2011 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TANAMAN NYAMPLUNG

Tanaman nyamplung Calophyllum inophyllum Linn. dapat ditemukan di Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda pada setiap daerah, seperti di Inggris Alexandrian izaurel, Tamanu, di Jawa dan Sunda Nyamplung, Madura Nyamplong atau Camplong, Minangkabau Punaga, Dayak Kanaga atau Panaga, Bima Mantau, Alor Pantar, Ternate Fitako dan masih banyak nama lain di berbagai daerah Heyne, 1987. Taksonomi tanaman nyamplung menurut Heyne 1987 adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Bangsa : Guttiferales Suku : Guttiferae Marga : Calophyllum Jenis : Calophyllum inophyllum L. Nama umum : Nyamplung Gambar 1. Tanaman nyamplung Tanaman nyamplung merupakan tanaman industri yang cukup baik untuk dikembangkan. Tanaman ini termasuk dalam famili Guttiferae yang dapat tumbuh dengan baik, dan biasa banyak dijumpai di sepanjang tepian pantai, tetapi tanaman ini dapat juga tumbuh pada tempat yang berada pada ketinggian 100 sampai 350 m dpl. Di Jawa, tanaman ini tumbuh liar, tinggi tanaman dapat mencapai 20 m dan mempunyai diameter batang 1.50 m. Nyamplung memiliki cabang yang rendah dekat dengan permukaan tanah, dan tumbuh berkelompok Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2009. Tanaman nyamplung memiliki kayu yang agak ringan hingga sedang dan lembut, tetapi padat dan agak halus, berurat kusut, hingga tidak dapat dibelah. Kayu nyamplung mempunyai dua warna, yakni kelabu atau semu kuning dan merah bata, mempunyai urat yang lebih halus dan seratnya juga lebih lurus. Sering digunakan sebagai papan, peti dan daun meja, pembuatan kapal, bejana, perabot rumah, bantalan kereta api dan sebagainya. Daun nyamplung yang direndam satu malam 4 mempunyai khasiat menyejukkan sehingga dapat digunakan untuk mencuci mata yang meradang Heyne, 1987. Buahnya berbentuk bulat seperti peluru dengan bagian ujung meruncing, berwarna hijau terusi, pada saat tua warnanya menjadi kekuningan. Kulit biji yang tipis lambat laun akan menjadi keriput dan mudah mengelupas. Biji yang tersisa berupa daging buah berbentuk bulat ujung meruncing mengandung minyak berwarna kuning, terutama jika dijemur. Biji yang dijemur kering mengandung air 3.3 dan minyak sebesar71.4. Minyak ini dapat digunakan sebagai bahan biodiesel, dengan rendemen 50 1 liter : 2 kg biji Balitbang Kehutanan, 2008. Tanaman nyamplung tersebar di berbagai daerah di seluruh tepian pantai serta dataran rendah yang menjorok ke pantai. Tanaman nyamplung merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang mulai dikembangkan penanamannya di Indonesia pada 1950. Tujuan penanamannya adalah untuk melindungi pantai dari abrasi, penahan angin dari laut ke darat, penahan gelombang pasang, penahan tebing sungai dan pantai dari longsor dan penjaga kualitas air payau. Saat ini habitatnya tersebar mulai dari hutan di pantai, tepi sungai, rawa-rawa, hingga hutan di pegunungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2009. Di Indonesia, nyamplung dapat ditemui hampir di seluruh daerah, terutama di daerah pesisir pantai, antara lain: Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Ujung kulon, Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata Batu Karas, Pantai Carita Banten, Pulau Yapen Jayapura, Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak wilayah Papua, Halmahera dan Ternate Maluku Utara, dan Taman Nasional Berbak Pantai Barat Sumatera. Luas areal tegakan tanaman nyamplung mencapai 255.35 ribu ha yang tersebar dari Sumatera sampai Papua Balitbang Kehutanan, 2008. Daerah penyebaran nyamplung diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku dan NTT. Tabel 1. Potensi tegakan alami nyamplung di Indonesia No. Wilayah Luasan Lahan Potensial Budidaya Nyamplung ha Bertegakan Nyamplung Tanah Kosong dan Belukar Total 1 Sumatera 7400 16800 24200 2 Jawa 2200 3400 5600 3 Bali dan Nusa Tenggara 15700 4700 20400 4 Kalimantan 10100 19200 29300 5 Sulawesi 3100 5900 9000 6 Maluku 8400 9700 18100 7 Irian Jaya Barat 28000 34900 62900 8 Papua 79800 16400 96200 9 Seluruh Wilayah 177100 107100 284200 Total 549900 Sumber : Balitbang Kehutanan 2008 Hutan nyamplung dikelola secara profesional oleh Perum Perhutani Unit I KPH Kedu Selatan Jawa Tengah dengan luas mencapai 196 ha. Nyamplung juga dikembangkan oleh masyarakat Cilacap khususnya di sekitar kecamatan Patimuan dan daerah Gunung Selok kecamatan KroyaAdipala. Mereka memanfaatkan kayu nyamplung untuk pembuatan perahu nelayan. Sejak tahun 2007, Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Cilacap telah menanam 135 ha di lahan TNI Angkatan Darat 5 sepanjang pantai laut selatan, dan pada tahun 2008 direncanakan menanam tanaman nyamplung seluas 300 ha.

2.2 MINYAK NYAMPLUNG