18
b. Aplikasi Kombinasi Jumlah Reaktor UV dan Frekuensi HPEF dalam
Mereduksi Bakteri Escherichia coli ATCC 25922
Susu kambing sebanyak 1000 ml yang telah disterilisasi, kemudian direkontaminasi dengan bakteri uji Escherichia coli ATCC 25922 yang berumur
24 jam sampai populasi bakteri di dalam susu setara dengan 10
5
cfuml. Susu kambing yang telah direkontaminasi dengan Escherichia coli dialirkan sebanyak
± 900 ml ke dalam reaktor UV dengan jumlah reaktor terbaik dan rangkaian alat HPEF dengan frekuensi terbaik dari hasil penelitian pendahuluan. Bagian
susu yang tidak mendapatkan perlakuan UV dan HPEF dianggap sebagai sampel kontrol. Hasil dari perlakuan ini diambil untuk diuji kualitas mikrobiologisnya
dan dibandingkan dengan sampel kontrol.
Perhitungan Jumlah Bakteri Jumlah Lempeng Total Bakteri
Total Plate Count BSN, 1998
Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh P
-1
. Hasil pengenceran ini dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai
pengenceran seperseratus P
-2
. Pengenceran ini dilakukan hingga P
-5
. Pemupukan dilakukan dari pengenceran P
-3
sampai P
-5
secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing- masing pengenceran P
-5
sampai P
-3
dipipet ke dalam cawan petri steril dan dipupukkan dengan media Plate Count Agar PCA yang bersuhu ± 37
°
C sebanyak 12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri digerakkan
dengan arah membentuk angka delapan. Setelah agar memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 37+1
o
C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Analisis perhitungan jumlah bakteri menggunakan Standard Plate Count SPC yang
mengacu pada Bacteriological Analytical Manual BAM.
Jumlah Bakteri Staphylococcus aureus BSN, 1998
Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh P
-1
. Hasil pengenceran ini dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai
pengenceran seperseratus P
-2
. Pengenceran ini dilakukan hingga P
-5
. Pemupukan
19 dilakukan dari pengenceran P
-3
sampai P
-5
secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing- masing pengenceran P
-5
sampai P
-3
dipupukkan ke dalam cawan petri steril yang telah berisi media BPA - Egg Yolk Tellurite sebanyak 12-15 ml yang telah memadat.
Sampel tersebut disebar menggunakan stick hockey steril. Setelah sampel mengering, cawan petri diinkubasi pada suhu 37+1
°
C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Hal yang sama dilakukan pada sampel kontrol. Analisis perhitungan jumlah bakteri
menggunakan Standard Plate Count SPC yang mengacu pada Bacteriological Analytical Manual BAM.
Jumlah Bakteri Escherichia coli BSN, 1998
Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh P
-1
. Hasil pengenceran ini dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai
pengenceran seperseratus P
-2
. Pengenceran ini dilakukan hingga P
-5
. Pemupukan dilakukan dari pengenceran P
-3
sampai P
-5
secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing- masing pengenceran P
-5
sampai P
-3
dipipet ke dalam cawan petri steril dan dipupukkan dengan media Eosin Methylen Blue Agar EMBA yang bersuhu ± 37
o
C sebanyak 12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri
digerakkan dengan arah membentuk angka delapan. Setelah agar memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 37+1
°
C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Hal yang sama dilakukan pada sampel kontrol. Analisis perhitungan jumlah bakteri
menggunakan Standard Plate Count SPC yang mengacu pada Bacteriological Analytical Manual BAM.
Analisis Karakteristik Fisik dan Kimia Susu Kambing
Karakteristik fisik dan kimia susu dianalisis secara kuantitatif menggunakan pH meter, conductivity meter, viscometer, dan milkotester dengan parameter
pengamatan meliputi berat jenis, titik beku, kadar protein, kadar lemak dan kadar laktosa. Pengujian juga dilakukan terhadap bilangan peroksida dan perubahan
komponen protein menggunakan metode elektroforesis. Analisis karakteristik fisik dan kimia ini dilakukan pada sampel susu segar sebelum dan setelah diberikan
aplikasi UV, serta kombinasi UV dan HPEF. Hasil analisis mengacu pada Thai Agricultural Standard TAS 6006-2008.
20
Pengujian Bilangan Peroksida Metode Titrimetri BSN, 1998
Susu yang akan diukur bilangan peroksidanya, lemaknya terlebih dahulu diekstraksi menggunakan pelarut heksana. Susu dimaserasi dengan heksana selama
24 jam. Filtrat yang ada ditampung dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Residu dimaserasi lagi sampai fltrat yang tertampung berwarna jernih. Ekstrak pekat yang
diperoleh dikumpulkan dan ditimbang untuk mengetahui rendemen ekstrak. Ekstrak lemak susu sebanyak 3-5 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 ml.
Campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 ml metanol 95 dan 55 ml kloroform ditambahkan sebanyak 30 ml, kemudian ditambahkan 1 g kristal kalium
iodida, larutan dihomogenkan dengan cara digoyang dan disimpan ditempat gelap selama 30 menit. Air suling bebas CO
2
aquades ditambahkan sebanyak 50 ml, dihomogenkan kembali, kemudian dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
0,02 N. Larutan kanji yang digunakan sebagai indikator ditambahkan ketika warna kuning larutan hampir hilang dan titrasi dilanjutkan hingga warna biru menghilang.
Jumlah ml larutan natrium tiosulfat yang terpakai untuk menitar dicatat. Titrasi juga dilakukan terhadap blanko. Nilai peroksida yang terdapat di dalam sampel
dihitung dengan rumus:
Keterangan: V1 =
volume natrium tiosulfat untuk titrasi sampel ml V0 =
volume natrium tiosulfat untuk titrasi blanko ml T =
normaslitas natrium tiosulfat N m =
bobot sampel g
Elektroforesis
Metode elektroforesis yang digunakan mengacu pada metode Laemmli 1970. Tahapan proses terbagi atas pembuatan gel dan pewarnaan.
a. Pembuatan gel.