Kerangka Berpikir Tempat dan Waktu Penelitan
Islam bahwa pengangkatan anak menurut hukum Islam boleh sejauh tidak bertentangan dengan prinsip- prinsip Islam”
Lutfhi Assyaukanie, 1998 : 163. Dimana Islam melarang mengangkat anak yang kemudian statusnya disamakan dengan status anak kandung sendiri dalam segala hal. Sebab hal ini berakibat dalam hal pewarisan yang dapat
menyebabkan berkurangnya hak anak kandung dimana anak angkat bukankah anak yang dapat menjadi ahli waris atas harta kekayaan orang tua angkatnya karena tidak adanya hubungan nasab di antara keduanya yang bisa timbul karena
adanya hubungan darah, perkawinan dan kerabat yang sebenarnya. “Dalam masalah warisan, karena tidak ada hubungan darah, perkawinan dan kerabat yang sebenarnya maka oleh Al-
Qur‟an hal itu sama sekali tidak bernilai dan tidak menjadi penyebab mendapat warisan” Yusuf Qardhawi, 2003 : 311. Selain dalam pewarisan juga dalam hal perwalian
bagi anak a ngkat perempuan, bahwa orang tua angkat tidak dapat menjadi wali bagi anak angkat perempuan. “Dalam
Islam yang berhak menjadi wali perkawinan adalah mereka yang berasal dari garis keturunan laki-laki. Mulai dari ayah, kakek, saudara, paman, keponakan dan s
eterusnya” Andi Syamsu Alam dan Fauzan, 2008 : 158. 2.
Tinjauan dalam hukum Perundang-Undangan Dalam hukum perundang-undangan di Indonesia, pengangkatan anak terdapat dalam berbagai peraturan
hukum yang dapat dijadikan rujukan bagi hakim dalam memeriksa, mengadili dan menetapkan pengangkatan anak. Dimana dalam penetapan pengadilan negeri memberikan pengertian bahwa anak angkat beralih kedalam lingkungan
keluarga yang mengangkatnya dengan segala konsekuensinya berdasarkan putusan pengadilan. Pengangkatan anak yang di laksanakan baik berdasarkan adat dan kebiasaan dan peraturan perundang-undangan dilakukan demi kepentingan
yang terbaik bagi anak angkat agar dapat hidup tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
3. Tinjauan dalam Hukum Adat
Pengangkatan anak dalam hukum adat tergantung pada hukum adat kebiasaan yang ada dimana terjadi pratek pengangkatan anak. Setiap daerah mempunyai adat dan kebiasaan yang berbeda. Terjadinya praktek pengangkatan anak
ini karena adanya berbagai macam motivasi dari masing-masing keluarga yang melakukan pengangkatan anak. Ada yang karena tidak mempunyai keturunan, karena ingin mendapatkan anak perempuan, karena kasihan akan nasib anak
angkat tersebut dan ada yang ingin meringankan beban orang tua kandung anak dan lain-lain. Dalam hal pengangkatan anak menurut hukum adat disebutkan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 12
angka 1 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 39 angka 1 menyebutkan bahwa pengangkatan anak yang dilakukan baik berdasarkan adat dan kebiasaan maupun peraturan perundang-undangan harus
berdasarkan kepentingan yang terbaik bagi anak dan mengutamakan kesejahteraan anak.
Dengan demikian pengangkatan anak baik yang dilaksanakan berdasarkan adat dan kebiasaan serta peraturan perundang-undangan maupun sesuai dengan hukum Islam semuanya adalah demi kepentingan yang terbaik bagi anak
angkat.