13
Universita s Indone sia
berguna untuk pemahaman lingkungan fisik sehari- hari, antara lain untuk menyelesaikan permasalahan spasial, untuk bernavigasi, dan berguna bagi
kemampuan seseorang untuk menemukan jalan. Oleh karena itu dari penelitian peta mental ini kita dapat melihat kualitas kejelasan suatu lingkungan terkait dengan
apakah lingkungan tersebut dapat memfasilitasi wayfinding dengan baik.
Salah satu metode untuk mempelajari peta mental seseorang adalah dengan memintanya menggambarkan sketsa peta lingkungan. Namun karena peta mental ini
merupakan representasi pengalaman personal seseorang terhadap lingkungannya, peta ini tidak dalam ukuran yang benar, tidak lengkap, terdapat distorsi, dan sederhana,
tidak seperti peta kartografi yang lengkap. Disebutkan oleh Laurens 2005 mengenai sketsa peta mental yang dihasilkan seseorang bahwa apa yang dirasakan penting oleh
seseorang akan digambarkan dengan jelas, berukuran besar, dan sebaliknya sesuatu yang dianggapnya kurang penting digambar kecil.
2.3.2 Decision Making Ability
Garling menyatakan bahwa banyak dari perilaku sehari- hari yang dapat kita amati pada lingkungan kemungkinan besar dipandu oleh perencanaan Garling et al., 1986,
p.56. Dari situ diajukan konsep action plans, dimana action plans ini menjembatani antara mental image atau fakta yang disimpan dengan perilaku aktual di lingkungan
Bell et al., 2001, p.69.
Dinyatakan oleh Garling et al. bahwa sebelum kita melakukan perjalanan kita mengkostruksi action plans, yaitu strategi atau perpindahan untuk pergerakan kita,
“Before we begin a journey, we construct an action plan, that is, a strategy or itinerary for our movements
” Bell et al., 2001, p.70. Wayfinding sebagai proses bernavigasi dan berorientasi memiliki kaitan dengan action plans mengenai strategi
yang tepat untuk memperoleh, menetapkan, dan menemukan serangkaian jalur yang akan dilalui untuk berangkat dari satu titik ke titik lain.
14
Universita s Indone sia
2.3.3 Decision Execution Ability
Dalam pelaksanaan wayfinding, kita dapat mengaitkan tatanan lingkungan fisik dengan perilaku yang ditunjukkan oleh manusia untuk menemukan serangkaian jalur
yang akan dilalui untuk berangkat dari satu titik ke titik lain. Pada dasarnya ketika manusia mentransformasikan keputusan-keputusannya ke dalam suatu tingkah laku
atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya, dapat terlihat adanya pola perilaku. Penelusuran pola perilaku manusia terkait dengan tatanan lingkungan fisiknya yang
dilakukan oleh Barker melahirkan konsep „tatar perilaku‟ atau behavior setting
Laurens, 2005, p.172.
Istilah behavior setting ini digunakan oleh Roger Barker dan Herbert Wright untuk menjelaskan tentang kombinasi perilaku dan milieu lingkungan tertentu Laurens,
2005, p.174. Sebagaimana dikutip dari wikipedia , “A behavior setting exists at the
interface between the standing patterns of behavior and the milieu environment, wherein the behavior is happening in the milieu, and the milieu in some sense
matches the behavior ” wikipedia, 2010b, par.4. Terdapat kaitan antara suatu
lingkungan dengan pola perilaku yang muncul di dalamnya, bisa saja terjadi lingkunganlah yang mendukung terbentuknya suatu pola perilaku. Melalui
pengamatan behavior setting arsitek dapat mengenal sistem sosial dari dalam setting, dalam arti melihat pola-pola perilaku sistematis yang ditunjukkan oleh penghuni
lingkungan tertentu Laurens, 2005, p.173. Sehingga untuk mempelajari tingkah laku manusia dalam proses wayfinding, kita dapat melakukan pengamatan terhadap
behavior setting.
Barker menyatakan suatu behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas, tempat, dan kriteria sebagai berikut Laurens, 2005, p.
175: a.
Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku standing pattern of behavior. Dapat terdiri atas satu atau lebih pola perilaku
ekstraindividual.
15
Universita s Indone sia
b. Dengan tata lingkungan tertentu circumjacent milieu, milieu ini berkaitan
dengan pola perilaku. c.
Membentuk suatu hubungan yang sama antarkeduanya synomorphy. d.
Dilakukan pada periode waktu tertentu. Istilah ekstraindividual menunjukkan fakta operasional bahwa sebuah setting tidak
bergantung hanya pada seorang manusia atau objek Laurens, 2005, p.175. Laurens juga menambahkan bahwa yang terpenting adalah konfigurasi secara keseluruhan.
2.4 Wayfinding Task