Cognitive Mapping Ability Proses Kognitif

12 Universita s Indone sia help us think about, recognize, and organize the layout of an environment” Bell et al., 2001, p.95. Oleh sebab itu kognisi spasial berbeda dari satu orang ke orang lain karena setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Romedi Passini mendefinisikan wayfinding sebagai suatu proses kognitif yang melibatkan tiga kemampuan manusia Dewati, 1999, p.5, yaitu: a. Cognitive Mapping Ability, merupakan proses manusia mengumpulkan dan mengolah informasi untuk dapat mengerti dunia sekitarnya b. Decision Making Ability, merupakan kemampuan dimana manusia merencanakan suatu kegiatan berdasarkan informasi yang diperoleh c. Decision Execution Ability, dimana manusia mentransformasikan keputusan- keputusannya ke dalam suatu tingkah laku atau kegiatan

2.3.1 Cognitive Mapping Ability

Kognisi spasial mencakup konsep cognitive map. Cognitive map atau peta mental didefinisikan oleh David Stea sebagai suatu proses yang memungkinkan kita mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil serta menguraikan kembali informasi tentang lokasi relatif dan tanda tentang lingkungan geografis. Laurens, 2005, p.85 Peta mental dapat membantu kita menyelesaikan permasalahan spasial seperti bagaimana kita menduga jalur dari suatu tempat ke tempat lain ketika kita tidak pernah secara langsung melewati rute tersebut sebagaimana diungkapkan Gifford, “Our cognitive maps help us solve spatial problems, such as how to infer the way from one place to another when we have never directly traversed the route... ” Gifford, 1987, p.30 Peta mental memungkinkan orang menandai, menstrukturisasikan, menyimpan informasi visual dan spasial, dan mengatur responnya terhadap objek yang dilihatnya Laurens, 2005, p.86. Bagi manusia pengguna lingkungan, aplikasi peta mental ini 13 Universita s Indone sia berguna untuk pemahaman lingkungan fisik sehari- hari, antara lain untuk menyelesaikan permasalahan spasial, untuk bernavigasi, dan berguna bagi kemampuan seseorang untuk menemukan jalan. Oleh karena itu dari penelitian peta mental ini kita dapat melihat kualitas kejelasan suatu lingkungan terkait dengan apakah lingkungan tersebut dapat memfasilitasi wayfinding dengan baik. Salah satu metode untuk mempelajari peta mental seseorang adalah dengan memintanya menggambarkan sketsa peta lingkungan. Namun karena peta mental ini merupakan representasi pengalaman personal seseorang terhadap lingkungannya, peta ini tidak dalam ukuran yang benar, tidak lengkap, terdapat distorsi, dan sederhana, tidak seperti peta kartografi yang lengkap. Disebutkan oleh Laurens 2005 mengenai sketsa peta mental yang dihasilkan seseorang bahwa apa yang dirasakan penting oleh seseorang akan digambarkan dengan jelas, berukuran besar, dan sebaliknya sesuatu yang dianggapnya kurang penting digambar kecil.

2.3.2 Decision Making Ability