PERANCANGAN ULANG WAYFINDING DAN SIGNSYS

PERANCANGAN ULANG WAYFINDING DAN
SIGNSYSTEM TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU
Laporan Tugas Akhir
Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Desain (S.Ds)

Nama

: Henry

NIM

: 12120210085

Program Studi

: Desain Komunikasi Visual

Fakultas

: Seni & Desain


UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2015

1

ABSTRAKSI

Taman Wisata Lembah Hijau adalah salah satu tujuan wisata terbaik di provinsi
Lampung dengan berbagai macam pilihan fasilitas yang sangat beragam mulai
dari wisata tumbuh-tumbuhan dan hewan, atraksi outdoor, serta wahana water
park, taman seluas 30 Ha dilengkapi dengan cottage penginapan, serta restoran
keluarga. Melihat dari segi banyaknya fasilitas yang ada pada Lembah Hijau dan
luasnya taman, fungsi dari signage dan wayfinding taman sangat krusial agar para
tamu dapat dengan mudah mengakses fasilitas yang ada. Kondisi signage dan
wayfinding yang terdapat pada Taman Wisata Lembah Hijau terbilang cukup
hancur dengan adanya erosi besi yang menghilangkan informasi yang ada pada
wayfinding, peletakan signage dan wayfinding yang kurang tepat juga
menyebabkan kebanyakan pengunjung kebingungan dengan letak fasilitas yang
ada pada taman. Berdasarkan pemaparan tersebut perlu adanya perancangan ulang

signsystem dan wayfinding untuk Taman Wisata Lembah Hijau

Kata Kunci: Taman wisata, wayfinding, signsystem, pengunjung.

2

DAFTAR ISI
PERANCANGAN ULANG WAYFINDING DAN SIGNSYSTEM TAMAN
WISATA LEMBAH HIJAU..................................................................................1
ABSTRAKSI...........................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1.

Latar Belakang.........................................................................................5

1.2.

Rumusan Masalah....................................................................................6


1.3.

Batasan Masalah......................................................................................7

1.4.

Tujuan Tugas Akhir..................................................................................9

1.5.

Manfaat Tugas Akhir................................................................................9

1.6.

Metode Pengumpulan Data....................................................................10

1.7.

1.6.1.


Wawancara.................................................................................10

1.6.2.

Survei.........................................................................................10

1.6.3.

Observasi Lapangan...................................................................11

1.6.4.

Studi Literatur............................................................................11

Metode Perancangan.............................................................................xiv
1.7.1.

Analisis dan Pengumpulan Data (Riset)...................................xiv

1.7.2.


Desain Skematik (Sketsa).........................................................xiv

1.7.3.

Pengembangan Desain..............................................................xiv

1.7.4.

Dokumentasi..............................................................................xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................XVI
3

2.1.

Wayfinding dan Signsystem..................................................................xvi
2.1.1.

Manfaat Wayfinding.................................................................xvi


2.1.2.

Komponen Wayfinding...........................................................xviii

2.1.3.

Konten Informasi Wayfinding....................................................xx

2.1.4.

Material Wayfinding.................................................................xxi

2.1.5.

Tipografi..................................................................................xxvi

2.1.6.

Pemilihan Typeface.................................................................xxvi


2.1.7.

Simbol...................................................................................xxviii

2.1.8.

Peta..........................................................................................xxix

2.1.9.

Warna......................................................................................xxix

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................XXX

4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.


Latar Belakang
Taman Wisata Lembah Hijau adalah proyek dari perusahaan PT. Lembah

Hijau yang berdiri pada tanggal 14 April 2007, adalah taman wisata alam dengan
nuansa kekeluargaan yang berorientasi lingkungan, taman ini adalah taman
pertama di daerah Sumatra yang menggabungkan berbagai jenis fasilitas dan
wahana yang beragam.
Taman Wisata Lembah Hijau memiliki area yang cukup luas sebesar 30
Ha, taman sebesar ini dengan fasilitas dan wahana yang beragam dilengkapi
dengan Wayfinder dan Signsystem guna menginformasikan lokasi kepada
pengunjung.
Penunjuk arah, atau seperti yang penulis bahas dalam judul sebagai
Wayfinder dan Signsystem, adalah sebutan untuk penunjuk arah seperti peta, panah
arah, dan papan nama ruangan atau kios yang biasa ditemukan di tempat umum
seperti mall, lapangan penerbangan guna menginformasikan lokasi.
Lembah Hijau memiliki beberapa wayfinder dan signsystem yang belum di
perbaiki sejak pertama tempat tersebut berdiri, hal ini terlihat dari wayfinding
yang terbuat dari besi yang sudah terkena korosi sehingga informasi yang ada
pada wayfinder terhalangi, juga pada signsystem yang terbuat dari kayu beberapa

sudah lapuk dan patah. Hal penting yang membuat beberapa orang kebingungan
adalah peletakan dari wayfinding dan signsystem tersebut, wawancara penulis

5

dengan pengunjung memberikan hasil bahwa 8 dari 10 pengunjung kebingungan
dalam mencari arah wahana atau fasilitas, seorang responden mengatakan dirinya
harus diarahkan oleh satpam untuk menuju lokasi parkir.
Berdasarkan perihal diatas, dapat di diperlukan adanya perancangan ulang
baik dari segi peletakkan dan desain yang baru baik dari material dan desain dasar,
guna memudahkan pengunjung dalam mengitari dan menggunakan fasilitas dan
wahana pada taman.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , berikut adalah rumusan
masalah yang akan diajukan untuk Tugas Akhir.
1. Mengapa banyak orang kebingungan dalam mencari arah di areal Lembah

Hijau.
2. Bagaimana peletakan Wayfinding dan Signsystem yang sesuai.
3. Seperti apa perancangan Wayfinding dan Signsystem yang baik.
4. Dimana sajakah diperlukan Wayfinding dan Signsystem pada Lembah
Hijau.

6

1.3.

Batasan Masalah

Berdasarkan Kotler dan Amstrong (1997) terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan
saat membuat batasan masalah seperti demografis, geografis, psikografis, perilaku
dan batasan kajian. Oleh sebab itu penulis akan membatasi masalah mengenai
Perancangan Ulang Wayfinding Dan Signsystem Taman Wisata Lembah Hijau
menjadi sebagai berikut:
1. Demografis
a. Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan, semua jenis kelamin
dapat memberikan masukan tentang apakah signsystem dan

wayfinding suatu tempat cukup membantu atau tidak.
b. Usia : 16 – 50, sebagian besar pengunjung pada rentang umur ini
bepergian sendiri dan sudah dapat berpendapat.
2. Geografis
Wilayah ibukota Bandar Lampung. Menurut Komisaris Lembah Hijau
sekaligus pemilik Irwan Nasution, berdasarkan data tahun 2014, 83% tamu
berasal dari Bandar Lampung, 6% tamu dari Kabupaten Metro, 3%
Kabupaten Pringsewu, dan sisanya 8% dari luar kota termasuk turis.

7

3. Psikografis
a. Status ekonomi : Rendah ke atas, tiket masuk yang cukup murah
sebesar 15.000/ orang, memungkinkan setiap lapisan masyarakat
yang mempunyai pekerjaan tetap dapat menikmati fasilitas
Lembah Hijau.
b. Gaya hidup : Keluarga yang senang berlibur, pencinta alam, flora,
dan fauna, penikmat theme park, penyuka wahana air, siswa dan
mahasiswa yang membutuhkan informasi tentang flora dan fauna.
4. Perilaku
Pendatang yang baru pertama kali, atau pernah mengalami kebingungan
dalam mencari jalan di sekitar Taman Wisata Lembah Hijau, kebanyakan
pendatang baru mencari wahana atau fasilitas mengandalkan staff yang
ada di taman, sehingga terlihat bahwa fungsi wayfinding dan signage
kurang maksimal.
5. Batasan Kajian
Pembahasan penulis batasi pada peletakkan wayfinding dan signage yang
efektif untuk Taman Wisata Lembah Hijau, dan desain yang sesuai dan
memberikan informasi yang maksimal.

8

1.4.

Tujuan Tugas Akhir
Tujuan yang ingin dicapai dari Tugas Akhir ini adalah
a.
b.

Meletakkan posisi Wayfinding dan Signage pada lokasi strategis.
Memberikan desain yang baru yang meliputi bentuk dan material
untuk signsystem dan wayfinding Lembah Hijau.

1.5.

Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari perancangan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Penulis
Dengan merancang tugas akhir ini, penulis dapat lebih memahami seperti
apa wayfinding dan signsystem yang baik, penempatan dan materi, serta
bagaimana cara mendesain wayfinding dan signsystem.
2. Untuk Akademisi
Untuk

akademisi

khususnya

Universitas

Multimedia

Nusantara,

perancangan ini dapat menjadi eksperimen baru mengenai cara mendesain
dan merancang sebuah wayfinding dan signsystem.
3. Untuk Taman Wisata Lembah Hijau
Melalui “Perancangan Ulang Wayfinding Dan Signsystem Taman Wisata
Lembah Hijau”, diharapkan pengunjung dapat lebih menikmati taman
wisata dengan adanya kejelasan informasi posisi dan letak wahana dan
pengunjung.

9

1.6.

Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan 2 macam metode pengumpulan data, yaitu data primer dan
sekunder. Dalam buku yang berjudul Media and Communication Research
Methods (Berger, 2011) penggunaan 2 metode sekaligus untuk mengumpulkan
data akan menghasilkan hasil yang lebih akurat. Penjabaran metode-metode
tersebut sebagai berikut :

1.6.1. Wawancara
Wawancara adalah proses pengumpulan data secara langsung dengan narasumber
(hlm. 135). Penulis melakukan proses wawancara ke beberapa pengunjung taman
sebagai pihak netral yang menggunakan fasilitas wayfinding dan signsystem,
maintenance, dan juga berkesempatan mewawancarai komisaris utama Irwan
Nasution. Adapun hal yang ditanyakan seperti; apakah anda (pengunjung)
kesulitan mendapatkan informasi posisi di dalam area taman, apakah informasi
pada wayfinding dan signsystem cukup jelas, dan juga mengenai geografis
pengunjung taman.

1.6.2. Survei
Survei adalah proses pengumpulan data dengan mengambil sampel pada suatu
daerah atau populasi menggunakan kuisioner offline maupun online (hlm. 221).
Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan melalui kuisioner
mengenai fungsi wayfinding dan signsystem yang ada pada Lembah Hijau.

10

1.6.3. Observasi Lapangan
Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan semua
indera (penglihatan, penciuman, pendengaran, pembau dan perasa guna meneliti
suatu fenomena (hlm. 189). Teknik ini dilakukan penulis dalam melihat keadaan
wayfinding dan signsystem di Lembah Hijau.

1.6.4. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data melalui sumber-sumber yang tersedia yang
membahas perancangan wayfinding dan signsystem yang baik. Penulis
mengumpulkan data menggunakan buku, internet, dan artikel. Studi literature
akan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perancangan wayfinding
yang baik, penempatan wayfinding dan signsystem yang benar, memaksimalkan
informasi dalam wayfinding dan signsystem.

11

1.7.

Metode Perancangan

Tahapan mendasar membuat desain grafik lingkungan menurut Calori pada buku
yang berjudul Signage And Wayfinding Design (2007, hlm. 16), bahwa ada 7
tahapan dalam membuat perancangan wayfinding dan signsystem. Penulis
mengutip 4 langkah perancangan wayfinding sebagai berikut:

1.7.1. Analisis dan Pengumpulan Data (Riset)
Tujuan utama dari pengumpulan data adalah mendapatkan pemahaman yang
komperhensif terhadap proyek yang akan dijalankan dan untuk memastikan tujuan
akhir desain sama seperti yang klien inginkan. Beberapa hal yang akan dilakukan
seperti; sketsa desain awal, foto lokasi, ataupun video (Calori, 2007, hlm.19)

1.7.2. Desain Skematik (Sketsa)
Menurut Calori (2007, hlm.19-24) tahapan ini adalah tahapan dimana desainer
harus mengeluarkan ide sebanyak mungkin yang mendekati keinginan dari klien,
dan mempresentasikannya dalam bentuk sketsa kasar. Tujuan dari tahapan ini
adalah memberikan gambaran konsep visual untuk di evaluasi oleh klien.

1.7.3. Pengembangan Desain
Pada tahapan ini desain harus telah disetujui oleh klien dan perancangan beberapa
informasi mulai dibicarakan dengan klien seperti; informasi apa saja yang akan
ditempatkan pada wayfinding, lokasi penempatan wayfinding, tipe wayfinding
(penunjuk arah, informasi lokasi), karakteristik fisik wayfinding (bentuk, ukuran,

14

material, mount) (Calori, 2007, hlm. 27-35). Beberapa hasil dari tahapan ketiga ini
meliputi; rencana lokasi penempatan, informasi yang akan disampaikan,
gambaran yang telah diperbaharui dari sign, gambaran elemen pendukung sign
(mount, display, etc).

1.7.4. Dokumentasi
Tahap akhir dari mendesain wayfinding sebelum memasuki proses fabrikasi,
instalasi, dan pembayaran (Colori, 2007, hlm. 36). Pada tahap ini desain telah di
finalisasi oleh klien dan desainer memulai untuk mendokumentasikan beberapa
hal seperti; lokasi penempatan sign, informasi yang akan ditampilkan, spesifikasi
sign, dan gambaran grafis sign beserta elemen pendukungnya.

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.8.

Wayfinding dan Signsystem

Signage dan Wayfinding adalah 2 hal dalam 1 maksud dan tujuan yang
memberikan informasi terhubung mengenai suatu lokasi. Signage mempunyai
peran penting dalam menghubungkan informasi yang diberikan oleh wayfinding
(Colori, 2007, hlm 5).

Menurut Berger dalam bukunya yang berjudul Wayfinding: Designing and
Implementing Graphic Navigational Systems (2005, hlm. 11), desain grafik
lingkungan atau yang dikenal luas EGD (Environmental Graphic Design) adalah
gabungan dari pergerakan desain arsitektur modern dengan desain grafis dengan
menyatukan desain industry dan perencanaan modern (urban planning).

2.1.1. Manfaat Wayfinding
Penggunaan EGD pada suatu tempat yang kompleks seperti; lapangan
penerbangan, rumah sakit, taman wisata, memberikan audiens penalaran akan
lokasi sehingga memudahkan audiens mengakses area, EGD juga membantu
membangun imej dari sebuah brand (hlm. 9).
Berger (2007, hlm. 21) memberikan beberapa faktor yang membuat
wayfinding krusial di dunia modern;

16

1. Dunia yang kompleks.
Perkotaan yang terbagi menjadi distrik-distrik kecil, pusat pembelanjaan
kebutuhan sehari-hari menjadi toko serba ada, rumah sakit menjadi pusat
kesehatan, dan beragam tempat yang semakin kompleks membuat
perlunya informasi kejelasan suatu area, dalam hal ini EGD berperan
sebagai jembatan yang menghubungkan audiens dari suatu lokasi ke lokasi
lainnya (hlm. 20).

2. Dunia yang semakin cepat.
Perubahan teknologi dan gaya hidup mendorong manusia menikmati hidup
yang serba cepat dan instan. Pemberian informasi di jalan harus cepat
dimengerti dan jelas, pengaplikasian signsystem menjadi pilihan satusatunya dalam memberikan informasi yang cepat dan jelas (hlm. 23).

3. Signsystem sebagai bahasa multilingual dan multikultur.
Berkembangnya turis global dan imigrasi mendorong bangunan/suatu
tempat menambahkan informasi dengan bahasa yang beragam.
Meninggapi perihal tersebut dibutuhkan bahasa grafis yang dimengerti
secara universal melalui symbol, angka, huruf, etc (hlm. 23)

4. Wayfinding untuk audiens dengan kekurangan.
Beberapa rancangan hasil pemikiran desainer modern yang
memungkinkan audiens dengan berbagai kekurangan mendapatkan

17

informasi melalui wayfinding, Rancangan ini meliputi perancangan
wayfinding dengan pencahayaan khusus, perancangan lantai yang
mengarahkan audiens, dan peta dengan huruf braille dirancang khusus
untuk audiens yang mempunyai kekurangan.

2.1.2. Komponen Wayfinding
Komponen sistem pyramid yang dicetus oleh Colori (2007, hlm. 63) terdiri dari 3
bagian penting;
1. Sistem konten informasi.
Esensi dari sebuah signage adalah pesan yang disampaikan melalui symbol,
teks, arah panah, dan lain-lain (hlm. 64-65) . Sistem konten informasi
berbicara tentang:
a. Informasi yang tertera pada sign.
b. Bagaimana informasi diperkatakan.
c. Dimana peletakan sign sebagai media penempatan
informasi
d. Bagaimana informasi dan lokasi yang satu
berkesinambungan dengan informasi yang lainnya,
sehingga membentuk jaringan informasi yang kohesif.

18

2. Sistem grafik
Grafik dalam bentuk 2 dimensi yang menvisualkan informasi dalam
bentuk symbol, tulisan, atau panah arah (hlm. 64-65) . Sistem grafik
terdiri dari:
1.

Tipografi, simbol, panah arah, dan warna sebagai elemen
utama untuk memvisualkan suatu informasi.

2.

Layout elemen grafis yang mengorganisasi konten
informasi, mengempasis pesan, dan memberikan identitas
visual.

3.

Bagaimana elemen grafis tersebut diaplikasikan ke dalam
sign.

3. Elemen perangkat sign
Bagian fisik dari sebuah sign yang menampilkan informasi yang
ditampilkan sistem grafik (hlm.64-65). Beberapa perangkat tersebut
adalah sebagai berikut:
4.

Bentuk 3 dimensi dari sign. Bentuk yang biasa ditemukan
seperti persegi panjang, oval, persegi, lingkaran, etc.

5.

Ukuran dari sign sendiri.

6.

Bagaimana sign di pasang atau dikoneksikan dengan objek
sekitar

7.

Material, lapisan sign, finishing, teknik pencahayaan

19

8.

Bentuk objek sign yang sesuai dengan lingkungan

2.1.3. Konten Informasi Wayfinding
Konten informasi memiliki banyak fungsi didalam sebuah signage dan
mendukung banyak peran penyampaian informasi dalam konten (Calori, 2007,
hlm. 70-71). Beberapa kategori konten dijabarkan oleh Calori sebagai berikut:
1. Papan identifikasi yang berperan memberikan informasi nama
suatu area yang diletakan di lokasi destinasi. Contoh; toko
mainan, buah-buahan bagian apel, toilet.
2. Papan arah diletakkan jauh dari lokasi destinasi yang berguna
untuk memberikan penunjuk arah guna audiens mencapai suatu
area tujuan. Contoh papan; toilet ke sebelah kanan, rumah
makan lurus terus, putar balik, dan lain-lain.
3. Papan pemberitahuan, memberikan peringatan dari areal
berbahaya atau memberikan informasi prosedur keamanan.
Contohnya seperti; daerah tegangan tinggi, daerah dilarang
menghidupkan api, pintu darurat, dan lain-lain.
4. Papan Regulasi, dibuat untuk membatasi perilaku audiens di
suatu areal. Biasanya ruangan khusus pegawai, atau ruangan
yang berbahaya.

20

5. Papan Operasional, berisi informasi yang kompleks,
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajar seluruh
informasi. Contoh papan pengumuman absensi pekerja.
6. Papan penghargaan, dibentuk sebagai penghormatan dan
peringatan, biasa terdapat di museum yang berisikan informasi
tahun pembuatan, nama pembuat, dan sebagainya.

2.1.4. Material Wayfinding
Material adalah esensi dari perangkat keras sebuah signsystem. Material
mempunyai efek yang signifikan dalam penampilan visual sebuah sign, seorang
grafik desainer memiliki pilihan material yang tak terbatas, setiap material
memiliki kualitas yang berbeda seperti; transparansi kaca, fleksibilitas dari kain,
kilatan sebuah besi, dan setiap kualitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh setiap
desainer. Colori (2007, hlm. 177) menjabarkan beberapa material dasar sebagai
berikut:

1. Besi:
Dalam perihal struktur materi, besi merupakan material
yang paling sering digunakan untuk pembuatan sign. Beberapa
material yang digunakan untuk signage; Alumunium, besi karbon,
besi anti karat.

21

Gambar 1.1. Wayfinding Berbahan Besi
(Sumber: http://image.architonic.com/)

2. Plastik:
Plastik mempunyai banyak keunikan tersendiri yang dapat
digunakan untuk pembuatan signage, transparansi,
keutuhan bentuk, ketahanan banting, dan berat yang relatif
ringan.

Gambar 1.2. Sign Berbahan Plastik
(Sumber: http://www.signsnow.com/)

22

3. Kaca:
Dikenal luas dalam pembuatan signage sebagai material
yang memiliki transparansi yang inheren, berbagai
penggunaan kaca dalam signage seperti; lensa protektif
yang bening didalam papan direktori.

Gambar 1.3. Wayfinding Berbahan Kaca
(Sumber: http://www.minaletattersfield.com/)

4. Kayu:
Dewasa ini penggunaan kayu sebagai material pembuatan
signage sudah sangat jarang dibandingkan dengan beberapa
dekade lalu. Karakteristik kayu berdasarkan kualitasnya,
kayu dengan kualitas yang buruk tidak akan tahan lama,
23

kayu yang berkualitas sangat baik dapan tahan hingga
bertahun-tahun.

Gambar 1.4. Signage Berbahan Kayu
(Sumber: http://www.ecoresignagesystems.com/)

5. Kain:
Kain memiliki fleksibilitas yang unik, penggunaan kain
sebagai bahan eksterior sign biasa terdapat pada billboard,
banner, dan bendera.

24

Gambar 1.5. Signage Berbahan Kain.
(Sumber: http://cdn2.hubspot.net/)

6. Bahan Bangunan:
Bahan bangunan kurang lazim digunakan dalam dunia
signage, secara penggunaan bahan bangunan sebagai materi
bahan bangunan yang dapat digunakan untuk pembuatan
signage seperti batu, batu bata, dan semen.

Gambar 1.6. Signage Berbahan Batu Bata
(Sumber: http://www.lhsigns.com/)

7. Bahan Perekat dan Penghubung
Mur, paku, dan cairan perekat adalah beberapa material yang
digunakan untuk menggabungkan signage dan mount-nya.
Penggunaan bahan-bahan seperti ini memberikan kualitas yang
baik pada signage.

25

Gambar 1.7. Signage Berbahan Perekat dan Penghubung
(Sumber: http://www.creativesigndesigns.com/)

2.1.5. Tipografi
Colori (2007, hlm. 103) mengatakan tipografi adalah tulang punggung dalam
pembuatan wayfinding, sebagian besar informasi yang ada pada signage dalam
bentuk huruf daripada gambar. Perancangan tipografi dalam pembuatan
wayfinding sangat krusial.

2.1.6. Pemilihan Typeface
Pemilihan typeface adalah kunci dari keberhasilan visual sebuah signage, tipografi
adalah hal yang dominan (hlm. 105), pemilihan typeface mencakup beberapa hal
berikut;

26

1. Kecocokan Tema:
Berbicara tentang kecocokan typeface dalam suatu proyek yang
diberikan. Fitur yang utama dari tulisan Serif adalah kaki (serif)
dari typeface tersebut, tampilan huruf serif sering digunakan dalam
pembuatan signage dikarenakan dari kualitas keterbacaan huruf
tersebut (hlm. 106)

2. Tingkat Keterbacaan:
Hal yang paling krusial dalam pemilihan typeface, pembuatan
signage murni untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya pada
audiens, karena typeface yang mudah terbaca adalah hal yang
fundamental dalam perancangan wayfinding. Hal-hal yang
mendasar dalam mendukung tingkat keterbacaan sebuah typeface;
kejelasan, dan huruf yang mudah dikenali, mengikuti ukuran
ketebalan yang tidak terlalu tebal atau tipis, lebar huruf yang tidak
terlalu luas atau mengembang.

Gambar 1.8. Huruf Serif

27

(Sumber www.creativebeacon.com)

2.1.7. Simbol
Didalam signsystem simbol mengganti peranan untuk mengganti tipografi sebagai
media penyampaian informasi, beberapa contoh dari simbol seperti gambar
pesawat terbang mengganti kata lapangan penerbangan, simbol juga dapat
dikuatkan dengan penggunaanya dengan tipografi sehingga pesan yang
tersampaikan lebih jelas.

Gambar 1.9. Simbol dalam Signsystem.
(Sumber: www.signcollection.com)

28

2.1.8. Peta
Peta digunakan dalam signsystem sebagai gambaran visual dari suatu lokasi yang
cukup besar, peta memberikan spesifikasi lokasi karena itu perancangannya dapat
dibuat oleh desainer EG sendiri ataupun oleh kartografer professional. Peta harus
dibuat sesuai dengan kebutuhan signsystem, sehingga keduanya saling berkaitan
memberikan informasi yang maksimal (Colori, 2007, hlm. 121). Gaya
perancangan peta sangat beragam, dari mulai gaya realis yang sangat akurat,
sampai bentuk diagram dan abstrak.

2.1.9. Warna
Salah satu elemen krusial dalam perancangan warna, dikatakan Colori (2007, hlm.
125) “karena kita tidak hidup di dunia hitam-putih, warna sebagai salah satu
elemen yang paling melekat dalam signsystem”. Beberapa manfaat pemberian
warna untuk perancangan signage;
1. Memberikan kontras, dan harmonisasi yang sesuai dengan
keadaan lingkungan.
2. Untuk menopang pesan dari signage
3. Memberi perbedaan pesan dari satu yang lain
4. Membuat signage menarik dan dekoratif

29

DAFTAR PUSTAKA
Calori, Chris. (2007). Signage and Wayfinding Design. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Kotler, P. & Amstrong, G. (1997). Prinsip-Prinsip Pemasaran (3rd ed.). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Berger, Arthur A. (2011). Media and Communication Research Methods.
California: Sage Publications.
Berger, Craig M. (2005). Wayfinding: Designing and Implementing Graphic
Navigational Systems: Page One Publishing Private Limited.

30