BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Minat
Minat adalah suatu sistem mental yang terdiri dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan
individu kepada suatu pikiran tertentu sehingga merasa senang dan puas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Anwar, 2005 : 217, minat
berarti ‘perhatian’, ‘kesukaan’, dan ‘kecenderungan hati’. Minat yang ada pada diri seseorang akan memberi gambaran dalam
aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keinginan yang dimiliki oleh seseorang secara sadar. Minat tersebut mendorong seseorang untuk
memperoleh subjek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian ataupun pencapaian yang diinginkan oleh seseorang tersebut.
Minat juga berkaitan dengan perasaan seseorang tentang suka atau senang terhadap suatu objek atau aktivitas.
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan keterkaitan yang kuat faktor-faktor internal lain pada diri, seperti perhatian, keingintahuan, motivasi
dan kebutuhan terhadap sesuatu Tim WRI : 2001. Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu Syah, 2008 : 136. Minat adalah suatu perasaan dapat positif, dan dapat juga negatif
terhadap orang, aktivitas, maupun benda, apabila perasaannya positif maka akan dilaksanakan dan apabila perasaanya negatif maka orang, aktivitas maupun
benda itu akan ditinggalkan Painun, 1994 : 46. Minat menunjukkan kecenderungan ingin mengetahui sesuatu secara lebih mendalam Walgito, 1981 :
38. Jadi, dapat disimpulkan minat ialah suatu proses pengembangan dalam
mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.
3
2.2 Hakikat Remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dalam Anwar, 2005 : 291, remaja berarti ‘mulai dewasa’. Menurut situs Wikipedia, remaja adalah waktu
manusia berumur belasan
tahun . Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah
dewasa tetapi tidak
dapat pula disebut anak-anak
. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Dilihat dari Bahasa Inggris ‘teenager’, remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk
menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua
dan pendidik sebagai bagian masyarakat
yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. Remaja memiliki tempat di
antara anak-anak
dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan
dewasa atau
tua . Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi
pria . Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para
ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Remaja adalah sebagai suatu periode transisi tertentu dalam kehidupan
manusia dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Istilah remaja dikenal dengan nama ‘adolescence’ yang berasal dari kata dalam bahasa
latin ‘adolescere’ ata benda adolescentia yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Masa remaja bermula pada perubahan
fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
4
pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah. Namun sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu
periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak-anak dan dewasa. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua,
tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang
manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa
remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orang tua. Masa
remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh
karena itu, para orang tua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orang tua para remaja
hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun
sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang diperbuat
para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-
kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
5
Istilah remaja sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini didukung oleh
Piaget yang menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja disebut juga masa ‘storm and stress’, dan laim dikenal
dengan istilah masa pancaroba. Pada masa ini si anak seolah-olah disertai badai dan tidak merasa aman. Pada saat ini si remaja tampak kurang menyadari dirinya.
Kekurangsadaran akan diri ini menghadapkan dia pada masalah-masalah yang merepotkan. Kemudian ia kadang-kadang kehilangan pengendalian diri, suka
berontak, menentang otoritas orang tua atas emosi yang meluap-luap, atau atas pertentangan-pertentangan dalam hal pendapat dan selera.
Masa remaja ini sering pula disebut sebagai masa belasan tahun yang penuh pergolakan jiwa. Hidup anak terasa seolah-olah diliputi pelbagi macam
ketegangan, sehingga sampai membuat diri anak itu kurang keseimbangan. Kemudian si remaja tampak gelisah dan cemas, seolah-olah kehilangan pegangan.
Dalam hal ini si anak merasa khawatir, karena tidak mendapat tempat di mata orang lain, terutama dalam kelompok orang dewasa. Ingin digolongkan orang
dewasa. Dikatakan anak-anak ia merasa tersinggung, karena ia sudah meninggalkan masa kanak-kanaknya. Konflik semacam inilah membuat dia
kemudian merasa ragu-ragu. Kadang-kadang pula si remaja merasa gelisah, seolah-olah diliputi rasa
takut, suka bermalas-malasan, malah kadang-kadang suka menyendiri. Kadang- kadang ia dapat saja tiba-tiba naik emosi kalau merasa terganggu, dan berani
mengacungkan tinjunya kepada orang tua, dan seolah-olah hendak menyatakan dirinya sudah dapat berdiri sendiri. Kemudian ia bingung karena ia belum
berpenghasilan sendiri. Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode ‘badai dan
tekanan’ suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi terutama karena anak
laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi 6
baru, yakni harapan sosial yang baru. Misalnya berhubungan dengan percintaan, bila kisah cinta berjalan lancar, remaja bahagia, dan menjadi sedih, bila
percintaannya tidak lancar. Pola emosi masa remaja, yakni perlakuan sebagai ‘anak kecil’ atau
secara ‘tidak adil’ membuat remaja sangat marah, dibandingkan dengan hal-hal lain. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah
yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu dan diam tidak mau berbicara.
Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan individu yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai dengan meninggal.
Masa remaja memiliki ciri yang berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya, sehingga masa remaja menjadi menarik untuk dibicarakan. Usia masa remaja
dimulai pada usia 11 tahun sampai dengan 18 tahun. Problem sosial yang sering muncul pada masa ini adalah remaja lebih
berkelompok dalam sebuah ‘gang’ dimana rasa solidaritas remaja dituntut di dalam ‘gang’ tersebut. Selain itu remaja juga cenderung merasa ingin untuk
diperhatikan oleh orang lain dengan cara menonjolkan diri dan menaruh perhatian kepada orang lain. Dan juga remaja juga sering untuk menerima aturan serta
berusaha menentang otoritas untuk urusan pribadinya. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Intelegensi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Karakteristik Remaja
Remaja yang sedang berkembang cenderung memunculkan tingkah laku yang negatif, seperti suka melawan, gelisah, periode badai dan tekanan, tidak
7
stabil dan berbagai label buruk lainnya. Orang dewasa seharusnya menyadari bahwa remaja tidak ingin dituntut patuh kepada apa saja yang diinginkan orang
tua atau orang dewasa lainnya, tetapi mereka butuh untuk dimandirikan dalam memecahkan masalah kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat umumnya
Prayitno, 2006 : 3. Menurut Blair dan Jones, 1964; Ramsey, 1967; Mead, 1970; Dusek,
1977; Besonky, 1981; dalam Prayitno, 2006 : 4-6 mengemukakan sejumlah ciri khas perkembangan remaja sebagai berikut:
1. Remaja mengalami perubahan fisik pertumbuhan paling pesat, dibandingkan dengan periode perkembangan sebelum maupun
sesudahnya, pertumbuhan fisik pada permulaan remaja sangat cepat. 2. Mempunyai energi yang berlimpah secara fisik dan psikis yang
mendorong mereka untuk berprestasi dan beraktivitas. 3. Perhatian mereka lebih terarah kepada teman sebaya dan secara berangsur
melepaskan diri dari keterikatan dengan keluarga. 4. Remaja memiliki keterkaitan kuat dengan lawan jenis.
5. Periode idealis. Periode ini remaja merupakan periode terbentuknya keyakinan tentang kebenaran, keagamaan, dan kebijaksanaan yang benar
terjadi di masyarakat. 6. Menunjukkan kemandirian. Remaja menunjukkan keinginan untuk
mengambil keputusan tentang diri mereka sendiri. 7. Berada pada posisi transisi antara kehidupan masa kanak-kanak dan
kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, mereka akan mengalami berbagai kesulitan dalam hal penyesuaian diri untuk menempuh kehidupan
sebagai orang dewasa. 8. Pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan suatu kekhasan
perkembangan remaja untuk mengatasi periode transisi. Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara
psikologi, kedewasaan sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu yang memang mulai tampak pada masa ini Sarwono, 1989 : 71-72. Menurut G. W. Allport dalam
Sarwono, 1989 : 71-72 adalah sebagai berikut : 1. Pemekaran diri sendiri extension of the self.
2. Kemampuan untuk melihat dirinya sendiri secara objektif self objektivication.
8
3. Memiliki falsafah hidup tertentu unifying philosophy of life.
Perkembangan Remaja
Havighurst dalam Prayitno, 2006 : 13 menjelaskan sembilan tugas perkembangan yang seharusnya dicapai pada periode remaja, yaitu:
1. Menguasai kemampuan membina hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya atau berbeda jenis kelamin. Kemampuan itu adalah
kemampuan berpikir sosial positif, empati, kontrol emosi dan altruistik. 2. Menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis
kelamin. 3. Menerima keadaan fisik dan mengaktualisasikan secara aktif.
4. Mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi 6. Memiliki kemampuan untuk memilih dan mempersiapkan diri untuk
karier. 7. Berkembangnya keterampilan intelektual, dan konsep-konsep yang perlu
untuk menjadi warga Negara yang baik. 8. Memiliki keinginan untuk bertanggungjawab terhadap tingkah laku sosial.
9. Memiliki perangkat nilai dan sistem etika dalam bertingkah laku. Lain halnya dengan Syamsu Yusuf, 2001 : 193-201 yang mengemukakan lebih
rinci lagi tentang perkembangan remaja, yaitu: 1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja ditandai semakin matangnya fungsi organ-organ tubuh remaja.
2. Perkembangan Kognitif intelektual Menurut Piaget dalam Yusuf, 2001 : 195 masa remaja sudah
mencapai tahap operasi formal operasi merupakan kegiatan-kegiatan mental mengenai gagasan. Remaja secara mental telah dapat berpikir
logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Siselman Shaffer dalam Yusuf, 2001 : 195 menyatakan bahwa
pada usia 16 tahun, berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses informasi berkembang secara tepat pada usia ini.
Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemampuan
merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe 9
Frontal ini terus berkembang sampai usia dua puluh tahun atau lebih. Perkembangan Lobe Frontal ini sangat berpengaruh kepada kemampuan
intelektual remaja, seperti pada usia dua belas tahun, walaupun secara intelektual remaja ini temasuk anak berbakat atau pintar, namun belum
bijaksana. Maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya yang
menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah. Sejalan dengan itu, Keating, Adam Gullota dalam Yusuf, 2001 :
195 merumuskan lima hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut:
a. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak. Remaja sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi dan dapat membedakan antara
yang nyata dan konkret dengan yang abstrak dan mungkin. b. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul
kemampuan nalas secara ilmiah. c. Remaja dapat memiikirkan tentang masa depan dengan membuat
perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
d. Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau tidak.
e. Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru, ekspansi perluasan berpikir.
3. Perkembangan Emosi Gessel, dkk dalam Yusuf, 2001 : 197 mengemukakan bahwa
remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung ‘meledak’, tidak berusaha mengendalikan
perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai keprihatinan. Jadi, adanya badai dan tekanan
dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja. 4. Perkembangan Sosial
Masa remaja berkembangan ‘social cognition’, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik, baik yang menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai- nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk
10
menjalin hubungan sosial yang lenih akrab dengan mereka terutama teman sebaya, baik melalaui jaringan persahabatan maupun percintaan
Yusuf, 2001 : 198. Pada masa ini juga berkembangan sikap ‘conformity’ , yaitu
kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, ‘hobby’ atau keinginan orang lain teman sebaya.
Perkembangan sikap konformitas remaja memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi dirinya Yusuf, 2001 : 198.
5. Perkembangan Moral Pada masa ini remaja sudah mengenal nilai-nilai moral atau
konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memberi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis. Rasa
puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya Yusuf, 2001 : 199-200.
6. Perkembangan kepribadian Pada perkembangan kepribadian ini, ditandai dengan adanya
perkembangan identity, yaitu perkembangan dalam pencarian identitas diri, idenity merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan
dasar bagi masa dewasa Yusuf, 2001 : 200-201. Dengan demikian, remaja dalam perkembangannya mengalami
perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional, dan kepribadian.
2.3 Hakikat Membaca