72 tekanan darah. Para peneliti mengemukakan bahwa kelompok dengan diet rendah
garam, tekanan darah sistolik mereka turun sampai 22,6 mmHg, dan tekanan darah sistolik mereka turun sebanyak 9,2 mmHg, dibandingkan dengan kelompok diet tinggi
garam.
4. Hubungan kebiasaan mengkonsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi
Terdapat hubungan yang bermakna tentang kebiasaan mengkonsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi
α =0,05 diperoleh X
2
= 6,667, df = 2, dan nilai p = 0,036. Karena harga p = 0,036 0,05 =
α, maka H ditolak dan H
a
diterima. Artinya bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol dengan kejadian
hipertensi. Menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol kemungkinan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Bahwa seseorang yang sering
mengkonsumsi alkohol akan berisiko terkena hipertensi daripada orang yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
5. Kebiasaan Olah raga terhadap kejadian hipertensi
Tidak terdapat hubungan yang bermakna tentang kebiasaan berolah raga terhadap kejadian hipertensi
α =0,05 diperoleh X
2
= 4,559, df = 2, dan nilai p = 0,102. Karena harga p=0,102 0,05=
α, maka H diterima dan H
a
ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kejadian hipertensi.
Menunjukkan bahwa kebiasaan berolah raga kemungkinan bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah untuk hipertensi dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
73 adanya kondisi tertentu
Slamet Suryono,2001. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi
Sheps,2005. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri
Hernelahti M,1998. Berlatih olahraga isotonik, seperti jalan kaki, jogging, berenang, dapat
meredam hipertensi. Olahraga isotonik mampu menyusutkan hormon noradrenalin dan hormon-hormon lain penyebab menciutnya pembuluh darah, yang dapat
mengakibatkan naiknya tekanan darah,. Hindari olahraga isometrik, seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah. idionline
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun
jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.
6. Aktifitas fisik terhadap kejadian hipertensi