dapat berhenti, penumpang dapat keluar masuk serta tempat memuat dan membongkar barang- barang.
Dalam penelitian ini, terminal yang dimaksud adalah terminal bus dan non bus yang berada di Desa Pulodarat Kecamatan Pecangaan kabupaten
Jepara.
Gambar 3. Foto Bangunan Teminal Pecangaan Mei 2005
4. Teori Christaller
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka dalam penelitian ini menggunakan dasar dari Walter Christaller yang dikenal dengan teorinya yaitu
Central Place Theory teori tempat pusat. Teori ini bertujuan untuk bagaimana menentukan jumlah, ukuran dan pola penyebaran kota. Menurut
Koestoer 1996: 22 teori inti Christaller menggunakan empat asumsi dasar yaitu
Pertama, suatu lokasi yang memilik permukaan datar yang seragam; kedua, lokasi tersebut memilik jumlah penduduk yang merata; ketiga,
lokasi tersebut memliki kesempatan transport dan komunikasi yang
merata; keempat, jumlah penduduk yang ada membutuhkan barang dan jasa.
Asumsi-asumsi dasar tersebut digunakan sebagai penjabaran teori kedudukan pusat atau “Central Place Theory” untuk menetukan banyaknya,
besarnya dan persebaran kegiatan di daerah tersebut. Dalam teori tersebut, terdapat 2 dua konsep yaitu range ranah dan threshold kawasan ambang.
Ranah range dimaksudkan sebagai jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktifitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau
barang. Threshold kawasan ambang suatu barang adalah jumlah minimum konsumen atau penduduk yang dibutuhkan untuk menunjang
kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperikan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang
Spasial Population Distribution. Koestoer, 1996: 22.
Apabila jumlah threshold kawasan ambang jatuh dibawah jumlah tertentu, maka pelayanan jasa dan penjualan barang akan menjadi mahal dan
kurang efisien; sebaliknya apabila jumlah tersebut meningkat di atas jumlah tertentu maka pelayanan jasa dan penjualan barang akan menjadi kurang
baik dan kurang efektif. Dengan demikian maka dari komponen range dan threshold akan lahir prinsip optimisasi pasar Market Optiming Principle. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Djojodipuro 1992; 135 dalam Koestoer 1996: 22
Kalau jumlah tesebut jatuh dibawah jumlah tertentu, maka pelayanan jasa dan penjualan barang menjadi mahal dan kurang efisien;
sebaliknya, bila meningkat di atas jumlah tertentu, pelayanan jasa dan penjualan barang akan menjadi kurang baik dan kurang efektif.
Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat atau central places.
Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk di sekitarnya. Apabila sebuah pusat dengan range dan threshold yang
membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat lain yang juga memilik range dan threshold tertentu, maka akan terjadi daerah yang bertampalan. Penduduk
yang bertempat tinggla di daerah yang bertampalan ini akan memeiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi ke kedua pusat pasar itu. Christaller
membagi daerah-daerah yang saling bertampalan tersebut menjadi dua bagian yang sama, sehingga bisa dilihat pada sebuah bidang datar dimana terdapat
pasar-pasar yang lain, maka akan cenderung membentuk pola-pola segi enam hexagonal. Dalam hal ini pasar-pasar menempati titik-titik pusat dari setiap
segi enam. Dengan mengantar segi enam Christalller pada akumulasi penduduk maka terbentuklah hierarki permukiman dan wilayah pasar tertentu.
Gambar 4. Sistem Segi Enam Hexagonal Christaller
Sumber: Koestoer 1996: 24
Keterbatasan sistem tempat pusat ini meliputi beberapa kendala antara lain jumlah penduduk, aksesibilitas,dan distribusi komoditi. Perubahan
penduduk yang besar akan menjadikan pola tidak menentu terhadap pola segi enam yang seyogyanga terjadi. Keterbatasan aksesibilitas transportasi ke suatu
a b
wilayah akan menjadikan ke-bias-an pola segi enam, terutama bila terdapat keterbatasan fisik wilayah.
5. Aksesibiltas