Pengaruh Faktor Personal dan Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

(1)

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI

TESIS

Oleh

ELISA HAFRIDA 127032058/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF PERSONAL FACTORS AND K3 MANAGEMENT ON UNSAFE ACTION OF THE EMPLOYEES AT PT. INTI BENUA

PERKASATAMA, DUMAI

THESIS

By

ELISA HAFRIDA 127032058/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELISA HAFRIDA 127032058/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA

PERKASATAMA DUMAI

Nama Mahasiswa : Elisa Hafrida

Nomor Induk Mahasiswa : 127032058 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Kesehatan Kerja

Tanggal Lulus : 21 Juli 2014

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E)


(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 21 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

2. Dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K 3. Dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Juli 2014

Elisa Hafrida 127032058 / IKM


(7)

ABSTRAK

Tindakan tidak aman adalah kegagalan dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Sebanyak 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia. Angka kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan 16 kasus karena tindakan tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Populasinya adalah seluruh pekerja bagian pengolahan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2014 sebanyak 94 orang dan sampel sebanyak 48 orang. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji korelasi rank spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja, kelelahan) dan manajemen K3 memiliki pengaruh negatif yang signifikan dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Penelitian ini menyarankan kepada pihak perusahaan agar melakukan audit manajemen K3, membuat peraturan dan kebijakan K3 yang lebih tegas, meningkatkan pengawasan K3, melatih budaya kerja aman terhadap seluruh pekerja, menyesuaikan kebutuhan produksi dengan kemampuan pekerja dalam menyelesaikan tugasnya serta memperbaiki beberapa ketidaksesuaian desain tempat kerja.


(8)

ABSTRACT

Unsafe action is the failure in fulfilling the correct work requirements and pocedures so that it can cause job accidence. 80% -85% of job accidence is caused by human negligence or error. The rate of job accidence at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2012, was 21 cases with 26 cases of unsafe actions. The objective of the research was to find out the influence personal factors and K3 management on unsafe actions of the employees at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai. The research used observational analytic method with cross-sectional design. The population was 94 employees who worked at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2014, and 48 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univariat and bivariat analyses with Spearman Rank Correlation test. The result of the research showed that personal factors (knowledge of K3, training about K3, workload and fatigue) and K3 management had negative and significant influence on unsafe action). It is recomended that the management of the company audit the management of K3, make a firm regulation and policy of K3, improve the supervision of K3, train the culture of safe work to all employees, adjust the need for production to employees capability of accomplishing their tasks, and improve some inappropriate designs of work site.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul Pengaruh Faktor Personal dan Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

Penulisan tesis ini sebagai suatu syarat akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Sumatera Utara Medan.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E selaku ketua komisi pembimbing dan Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang dengan


(10)

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk penulis dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K selaku ketua komisi penguji dan Dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku anggota komisi penguji yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan selama penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan baru kepada penulis.

7. Manajer di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai yang telah menyetujui tempat penelitian ini beserta seluruh staff dan karyawan khususnya para responden yang telah membantu lancarnya penelitian ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan khususnya minat studi Kesehatan Kerja.

9. Ayahanda tercinta H. M. Adam Yusman dan ibunda tercinta Hj. Rosmidah Chairah Rambe beserta kedua adikku tersayang Balqis Juniana, SPsi dan M. Rizky Hidayat, ST yang telah memberikan dorongan dan inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

10. Secara khusus kepada suami tercinta Nirwan Ferdian, SH dan kedua anakku tersayang Nasywa Ibni Salsabila dan Ezra Ferdy Ramadhan yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a serta pengertian dan kasih sayang sehingga penulis bisa segera menyelesaikan tesis ini.


(11)

11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah memberikan kontribusi dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 21 Juli 2014

Penulis

Elisa Hafrida

127032058 / IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Elisa Hafrida, lahir di Dumai pada tanggal 06 Februari 1980, anak pertama dari tiga bersaudara. Putri dari ayahanda H. M. Adam Yusman dan ibunda Hj. Rosmidah Chairah Rambe. Menikah dengan Nirwan Ferdian, memilik dua orang anak yang bernama Nasywa Ibni Salsabila (putri) dan Ezra Ferdy Ramadhan (putra). Sekarang tinggal di Jalan Prof. M. Yamin No. 109 Kelurahan Pangkalan Sesai Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai.

Memulai pendidikan di TK. Tunas Harapan II Bukit Datuk Dumai lulus tahun 1986, SD Negeri 003 Pangkalan Sesai Dumai lulus tahun 1992, SMPN 2 Pangkalan Sesai Dumai lulus tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan di SMU YKPP UP II Bukit Datuk Dumai lulus tahun 1998. Pendidikan Diploma III Keperawatan Sehat Binjai lulus tahun 2001, dan di tahun 2002 melanjutkan Strata 1 Kesehatan Masyarakat di FKM USU Medan lulus tahun 2004. Pada tahun 2012 sampai sekarang penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja FKM USU Medan.

Penulis pernah bekerja di Rumah Sakit Haji Mina Medan tahun 2001, di Akademi Kebidanan Sehat Medan tahun 2004, di Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai tahun 2008 dan sampai sekarang masih di Dumai.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuam Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Faktor Personal ... 8

2.1.1 Pengetahuan K3 ... 8

2.1.2 Pelatihan K3 ... 11

2.1.3 Beban Kerja ... 13

2.1.4 Kelelahan ... 16

2.2 Manajemen K3 ... 19

2.3 Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 24

2.2.1 Definisi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 24

2.2.2 Jenis-jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 25

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 25

2.4 Landasan Teori ... 27

2.5 Kerangka Konsep ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29


(14)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 31

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.5.1 Variabel Penelitian ... 31

3.5.2 Definisi Operasional ... 32

3.6 Metode Pengukuran ... 33

3.7 Metode Analisis Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Analisis Univariat ... 36

4.2.1 Karakteristik Responden ... 36

4.2.2 Faktor Personal (Pengetahuan K3) ... 37

4.2.3 Faktor Personal (Pelatihan K3) ... 38

4.2.4 Faktor Personal (Beban Kerja) ... 38

4.2.5 Faktor Personal (Kelelahan) ... 39

4.2.6 Manajemen K3 ... 39

4.2.7 Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 39

4.3 Analisis Bivariat ... 40

4.3.1 Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 40

4.3.2 Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 40

4.3.3 Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)... 41

4.3.4 Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 42

4.3.5 Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 42

BAB 5. PEMBAHASAN ... ... . 44

5.1 Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 44

5.2 Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 45

5.3 Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)... 46

5.4 Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) ... 48

5.5 Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman ... 50


(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Jumlah Kecelakaan Kerja Akibat Unsafe Action dan Unsafe

Condition di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2010-2012 ... 5 3.1. Jumlah Karyawan pada setiap Bagian di PT. Inti Benua Perkasatama

Dumai Tahun 2014 ... 30 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 33 4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik Responden di PT. Inti

Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 36 4.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal

(Pengetahuan K3) di PT.Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014. . 37 4.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal

(Pelatihan K3) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 .... 38 4.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Beban

Kerja) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 38 4.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal

(Kelelahan) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 39 4.6. Distribusi Frekuensi berdasarkan Persepsi Responden tentang

Manajemen K3 di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 .... 39 4.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan Tidak Aman

di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 ... 39 4.8. Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan

Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai

Tahun 2014 ... 40 4.9. Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak

Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun


(17)

4.10. Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun

2014 ... 41 4.11. Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak

Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun

2014 ... 42 4.12. Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe


(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. A model of Contributing Factors in Accident Causation (CFAC)

dari Sanders dan Shaw, diadaptasi dari Sanders (1993) ... 27 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 28


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 59

2. Surat Pernyataan Kesediaan Responden (Informed Concern) ... 70

3. Data Hasil Pengukuran ... 61

4. Master Data Penelitian ... 78

5. Hasil Analisis Penelitian ... 79

6. Dokumentasi Penelitian ... 83

7. Kebijakan HACCP, Mutu, Lingkungan dan K3 ... 85

8. Hasil Pengukuran Pencahayaan di Tempat Kerja dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 86

9. Hasil Pengukuran Getaran dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 87

10. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Panas (ISBB) dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 88

11. Hasil Pengukuran Debu Total Lingkungan Kerja dari UPTD Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Padang ... 89

12. Surat Izin Survei Pendahuluan ... ... 90

13. Surat Balasan Izin Survei Pendahuluan ... 91

14. Surat Izin Penelitian ... 92


(20)

ABSTRAK

Tindakan tidak aman adalah kegagalan dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Sebanyak 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia. Angka kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan 16 kasus karena tindakan tidak aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Populasinya adalah seluruh pekerja bagian pengolahan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2014 sebanyak 94 orang dan sampel sebanyak 48 orang. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji korelasi rank spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja, kelelahan) dan manajemen K3 memiliki pengaruh negatif yang signifikan dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Penelitian ini menyarankan kepada pihak perusahaan agar melakukan audit manajemen K3, membuat peraturan dan kebijakan K3 yang lebih tegas, meningkatkan pengawasan K3, melatih budaya kerja aman terhadap seluruh pekerja, menyesuaikan kebutuhan produksi dengan kemampuan pekerja dalam menyelesaikan tugasnya serta memperbaiki beberapa ketidaksesuaian desain tempat kerja.


(21)

ABSTRACT

Unsafe action is the failure in fulfilling the correct work requirements and pocedures so that it can cause job accidence. 80% -85% of job accidence is caused by human negligence or error. The rate of job accidence at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2012, was 21 cases with 26 cases of unsafe actions. The objective of the research was to find out the influence personal factors and K3 management on unsafe actions of the employees at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai. The research used observational analytic method with cross-sectional design. The population was 94 employees who worked at PT. Inti Benua Perkasatama, Dumai in 2014, and 48 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univariat and bivariat analyses with Spearman Rank Correlation test. The result of the research showed that personal factors (knowledge of K3, training about K3, workload and fatigue) and K3 management had negative and significant influence on unsafe action). It is recomended that the management of the company audit the management of K3, make a firm regulation and policy of K3, improve the supervision of K3, train the culture of safe work to all employees, adjust the need for production to employees capability of accomplishing their tasks, and improve some inappropriate designs of work site.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan proyek dan merupakan aset yang menentukan bagi perusahaan. Oleh sebab itu dalam menjalankan bisnis usaha yang aman, maka penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) harus dilaksanakan secara konsisten, sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa pengusaha wajib melindungi pekerja dan potensi bahaya yang dihadapinya.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, khususnya di lingkungan industri. Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 (dua) hal pokok yaitu tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman

(unsafe condition). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia (Depkes RI, 2004).

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah kegagalan (human failure)

dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti : tindakan tanpa kualifikasi dan otoritas, kurang atau tidak menggunakan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan


(23)

dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya, kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang berbahaya tanpa perlindungan dan peringatan yang tepat, memperbaiki peralatan secara salah, bekerja dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil posisi kerja yang tidak selamat. Faktor personal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe action). Faktor-faktor personal tersebut antara lain : tingkat kemampuan, kesadaran, pengalaman, pelatihan, kepribadian, beban fisik, usia, kelelahan, motivasi, kecanduan alkohol atau obat-obatan, penyakit, kecerdasan, tekanan kerja dan kepuasan kerja (Winarsunu, 2008).

Data kecelakaan kerja di negara maju seperti USA sebagaimana yang dinyatakan oleh Levy et.al. (2011), bahwa tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3,7 juta orang dan yang meninggal sebanyak 5.214 orang. Laporan ILO menyatakan setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal kurang lebih 6000 kasus, sementara di Indonesia dari setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang menderita kecelakaan kerja fatal (www.metrotvnews.com, 2013).

Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Indonesia menyebutkan bahwa sampai tahun 2012 tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi


(24)

dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dunia per hari karena kecelakaan kerja (www.suarapembaruan.com, 2013).

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau mencacat tingkat kecelakaan kerja di sepanjang tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 300 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Data itu tercatat sebanyak 1.608 kasus, sementara di

tahun lalu hanya 1.310 orang

Selama bulan Januari-Desember 2012, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dumai mencatat data kecelakaan kerja yang terjadi berjumlah 86 kasus. Empat orang di antaranya menyebabkan korban meninggal dunia dan sebagian besar luka-luka atau cacat pada salah satu bagian tubuh. Kepala bidang Syarat dan Pengawasan Kerja Disnakertrans Dumai, mengatakan bahwa kebanyakan kecelakaan kerja terjadi akibat kelalaian manusia yang bekerja tanpa alat keselamatan kerja, padahal mesin produksi pabrik dan penggunaannya sudah memenuhi persyaratan K3 dan berstandar layak untuk beroperasi.

Beberapa hasil penelitian di Indonesia menemukan bahwa angka kecelakaan kerja akibat tindakan tidak aman (unsafe action) menjadi mayoritas di antara penyebab kecelakaan kerja lainnya. Hasil penelitian Maanaiya (2005), bahwa 46,8% dari 111 responden sering melakukan tindakan tidak aman, sebanyak 51,4% di antaranya berpengetahuan baik, dan 50,5% di antaranya mengalami kelelahan tinggi. Hasil penelitian Bessie (2006), yang melakukan penelitian pada dua divisi berbeda di sebuah perusahaan menemukan 78,3% dari 129 responden pernah melakukan tindakan tidak aman dan 80,2% dari 101 responden juga pernah melakukan tindakan


(25)

tidak aman. Jenis tindakan tidak aman yang sering dilakukan adalah bekerja dengan postur janggal, yaitu sebesar 19,4% dari 101 responden dan 22,8% dari 81 responden. Hasil penelitian Irawati (2008), sebanyak 82,4% dari 85 responden pernah melakukan tindakan tidak aman, 49,4% di antaranya berada pada range usia 19-23 tahun, 72,9% bekerja kurang dari 5 tahun, 63,5% memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya potensial, dan 70,6% di antaranya kurang mendapatkan pelatihan K3. Hasil penelitian Gandhatama (2009), yang menunjukkan bahwa tindakan tidak aman yang paling banyak dilakukan oleh pekerja adalah tidak menggunakan alat pelindung diri dengan unsafe act index sebesar 95%. Penelitian Haqi (2013), yang dilakukan di PT. X Surabaya juga menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh

unsafe action (51,7%). Analisis terhadap faktor penyebab tindakan tidak aman dilakukan dengan pendekatan HFACS (Human Factors Analysis And Classification System). Variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya unsafe action adalah tipe kepribadian, motivasi pekerja, kesiapan pekerja, tingkat pengetahuan dan pelatihan K3. Unsafe action yang banyak dilakukan adalah perencanaan operasi yang kurang optimal.

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai merupakan perusahaan produksi minyak goreng yang telah berdiri selama hampir 16 tahun. Didirikan pada tahun 1998, perusahaan ini memulai bisnisnya dengan menempatkan kantor dan pabriknya di Dumai, Riau. Dalam menjalankan proses bisnisnya, setiap hari bagian produksi tidak dapat dilepaskan dengan peralatan dan mesin yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi.


(26)

Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja akibat Unsafe Action dan Unsafe Condition di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2010-2012

No. Penyebab

Kecelakaan Kerja

Jumlah Kecelakaan Kerja

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1. Unsafe Action 8 20 16

2. Unsafe Condition 2 8 5

Total 10 28 21

Sumber : Laporan Kecelakaan PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan ini pada tahun 2010 terdapat 10 kasus dengan 8 kasus karena tindakan tidak aman (unsafe action), tahun 2011 terdapat 28 kasus dengan 20 kasus karena tindakan tidak aman (unsafe action) dan tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan 16 kasus karena tindakan tidak aman (unsafe action).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan selama seminggu di perusahaan tersebut, ditemukan sebanyak 6 orang pekerja yang diobservasi telah melakukan tindakan tidak aman, di antaranya 3 orang tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku, 1 orang bekerja tidak melakukan pengamanan dan 2 orang bekerja dengan posisi tubuh yang salah. Hasil wawacara terhadap 6 orang tersebut, sebanyak 6 orang dengan latar belakang pendidikan SMA, 6 orang dengan pengalaman kerja < 5 tahun dan 3 orang yang sudah pernah mendapatkan pelatihan.

Dari hal di atas dapat dilihat bahwa masih adanya ditemukan kasus tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja, padahal pihak perusahaan sudah mengupayakan program K3 berjalan dengan baik sebagai upaya untuk meminimkan angka kecelakaan kerja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


(27)

tentang pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman

(unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja dan kelelahan) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman


(28)

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja dan kelelahan) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1. Ada pengaruh manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sumber informasi bagi pihak perusahaan untuk mengembangkan program K3 yang dilaksanakan dalam rangka menurunkan angka kecelakaan kerja sehingga mencapai Zerro Accident.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metodologi penelitian mengenai tindakan tidak aman (unsafe action) sebagai penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

3. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya di bidang investigasi penyebab kecelakaan kerja.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor Personal

Faktor personal adalah faktor-faktor yang timbul dari dalam individu. Mc Dougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personal sangat menentukan perilaku manusia. Faktor personal adalah salah satu sebab atau faktor yang mendasari kejadian kecelakaan dan berasal dari manusia atau para pekerjanya sendiri (Purnomo, 2010).

2.1.1. Pengetahuan K3

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :


(30)

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap.

Notoatmodjo mengemukakan bahwa domain kognitif mempunyai enam tingkatan. Pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehention)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hokum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.


(31)

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan, sebagai berikut : (Arikunto, 2006).

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75 % - 100 % b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60 % - 75 % c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60 %.


(32)

2.1.2. Pelatihan K3

Menurut Mathis (2002), pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Payaman Simanjuntak (2005), mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008), mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. Pelatihan menurut Gary Dessler (2009), adalah proses


(33)

mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.

Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif; (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional; dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan). Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005), terdiri dari :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur 2. Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional)

3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian


(34)

kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan. Mangkunegara (2005), menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment ; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.

2.1.3. Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan yang dilakukannya. Beban kerja sangatlah berpengaruh terhadap produktifitas dan efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan para pekerja. Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008). Sedangkan Philips (2000), mendefinisikan beban kerja sebagai reaksi tubuh manusia ketika melakukan pekerjaan eksternal. Widyanti (2010), mendefinisikan beban kerja sebagai perbedaan antara kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda.

Beban kerja yang terlalu berlebihan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit


(35)

dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton yang disebut dengan kelelahan psikis (boredom), yaitu suatu keadaan yang kompleks yang ditandai oleh menurunnya penggiatan pusat syaraf yang disertai dengan munculnya perasaan-perasaan kelelahan, keletihan, kelesuan dan berkurangnya kewaspadaan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Prihatini, 2007).

Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik dan mental. Beban kerja fisik diukur beradasarkan cardiovascular load (CVL). Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovascular load (CVL). Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :

Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 denyut X 60 Waktu Perhitungan

Kategori beban fisik kerja berdasarkan perhitungan denyut nadi kerja, yaitu : 1. Ringan : 75 – 100 x/i

2. Sedang : 100 – 125 x/i 3. Berat : 125 – 150 x/i 4. Sangat Berat : 150 – 175 x/i


(36)

5. Sangat Berat Sekali : > 175 x/i

NASA - Task Load Index (NASA-TLX) merupakan suatu metoda pengukuran subjektif untuk mengetahui beban kerja mental pekerja dalam melakukan pekerjaan. Model ini dikembangkan oleh badan penerbangan dan ruang angkasa Amerika Serikat (NASA Ames Research Center). NASA – Task Load Index adalah prosedur rating multi dimensional, yang membagi workload atas dasar rata-rata pembebanan enam (6) subskala, yaitu :

1. Kebutuhan fisik (Physical Demand)

Seberapa besar aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya : mendorong, menarik, memutar, mengendalikan, dan mengkatifkan) ?

2. Kebutuhan Mental (Mental Demand)

Seberapa tinggi aktivitas mental dan perceptual dibutuhkan ( misalnya : berpikir, memutuskan, menghitung, menghapal, melihat, dan mencari)? Apakah tugas tersebut sederhana atau kompleks, mudah atau sulit ?

3. Kebutuhan Waktu (Temporal Demand)

Seberapa tertekankah anda karena batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas tersebut? Apakah kecepatan kerja anda rendah/tinggi ?

4. Performansi (Performance)

Seberapa sukseskah anda dalam mencapai tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam eksperimen? Puaskah anda dengan pekerjaan yang telah anda hasilkan ?


(37)

5. Usaha (Effort)

Seberapa keras anda harus bekerja (secara fisik dan mental) untuk mencapai tingkat performansi yang telah anda capai ?

6. Tingkat Stres (Frustation Level)

Seberapa terganggu, bosan, menjengkelkan, atau stress anda, saat mengerjakan tugas tersebut ?

2.1.4. Kelelahan

Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono, 2000). Menurut Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja, meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Sedangkan Wignjosoebroto (2003), mengemukakan bahwa kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Kelelahan Akut

Kelelahan akut adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh yang berlebihan.


(38)

2. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis adalah kelelahan yang terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi. Gejala yang nampak jelas akibat kelelahan kronis antara lain : (a). Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau asosial terhadap orang lain ; (b). Munculnya sikap apatis terhadap orang lain ; (c). Depresi berat, dan lain-lain (Budiono, 2000).

Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kelelahan Fisiologis

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberi out put

berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kerja fisik yang continue dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, misalnya : penerangan, kebisingan, panas, dan suhu.

2. Kelelahan Psikologis

Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis. Kelelahan psikologis terjadi oleh adanya pengaruh di luar diri berupa tingkah laku


(39)

atau perbuatan alam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti : suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.

Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kelelahan Otot

Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang.Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang disebut dengan kelelahan otot.Otot yang lelah menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi bergetar.

2. Kelelahan Umum

Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebabkan yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan, mengantuk, stress menyebabkan pikiran tegang, rasa malas bekerja, menurunnya motivasi kerja yang diakibatkan oleh kelelahan fisik dan psikis.

Deteksi atau penilaian kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja

Kuantitas hasil kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu.Sedangkan kualitas kerja diperoleh dengan


(40)

menilai kualitas pekerjaan seperti, jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.

b. Pencatat perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).

c. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography (EEG). d. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi.

e. Uji psikomotor (Psycomotor test) dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer dan flicker fussion.

2.2. Manajemen K3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012). Pelaksanaan SMK3 dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tersebut dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana, terukur, terstruktur, terintegrasi.


(41)

2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja.

SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 orang dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan menyusun rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), Wakil Pekerja dan Pihak Lain yang terkait. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 yaitu Penetapan Kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan Rencana K3, Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 serta Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

Penerapan SMK3 berdasarkan prinsip standar OHSAS 18001 : 2008 yang terdiri dari lima prinsip, yaitu :

a. Kebijakan K3

Manajemen perusahaan memiliki komitmen untuk patuh terhadap peraturan perundangan K3, mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran. Wewenang yang dimiliki manajemen puncak adalah memberi sanksi kepada karyawan yang bekerja dan investor di area pabrik tidak menggunakan alat keselamatan kerja.

b. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan perusahaan adalah membuat jadwal rencana kegiatan yang terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan oleh divisi yang terkait untuk


(42)

menerapkan SMK3 di perusahaan. Perusahaan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko K3 serta menanggulangi limbah terhadap pengendalian dampak lingkungan.

c. Pelaksanaan

Struktur dan tanggung jawab pelaksanaan SMK3 di perusahaan dengan dibentuknya tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang merupakan bagian dari divisi keselamatan lingkungan dan damkar. Tim P2K3 adalah tim yang memiliki kewenangan, tanggung jawab, menyediakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang berkaitan tentang pelaksanaan SMK3 dengan manajemen perusahaan. Program-program yang dilakukan perusahaan sebagai pelaksanaan SMK3 dan keselamatan lingkungan diantaranya program kesehatan, program keselamatan, dan program lingkungan. Program keselamatan yang dilakukan di antaranya memasang rambu-rambu penggunaan alat pelindung diri di setiap area kerja, rambu-rambu peringatan akan bahaya kerja yang akan terjadi, menerapkan

toolbox meeting, memberikan dan menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja secara gratis, sosialisasi dan rapat panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), mengadakan pelatihan K3 tentang P3K dan pelatihan tanggap darurat, melakukan patroli control setiap pagi selama jam kerja, dan penyedian alat pemadam kebakaran di setiap area kerja serta pemberian jalur evakuasi atau jalur hijau. Program peduli lingkungan yang diterapkan meliputi pengolahan limbah cair dan penggunaan kembali hasil limbah cair, penyediaan tempat sampah dan area penghijauan.


(43)

d. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan

Pemeriksaan SMK3 yang dilakukan adalah dengan memantau dan mengukur faktor lingkungan kerja termasuk peralatan yang digunakan dan dampak terhadap lingkungan. Pemantauan dan pengukuran meliputi pencatatan informasi dan kejadian yang terjadi di lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, melaksanakan audit K3 secara periodik. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi patroli kontrol, mengevaluasi peraturan SMK3 yang diterapkan, melaporkan insiden yang terjadi di lapangan, mengidentifikasi pelaksanaan perbaikan seperti mendatangkan tim dari luar untuk pengujian emisi dan sertifikasi peralatan pabrik, melaporkan, perawatan alat keselamatan seperti alat pemadam kebakaran, dan mengevaluasi tentang penggunaan alat pelindung diri.

e. Kaji ulang manajemen

Pengkajian ulang manajemen yang diterapkan dilakukan untuk menjamin kesinambungan antara perencananan, pelaksanaan dan perbaikan berjalan sesuai yang diharapkan. Pengkajian ulang manajemen dilakukan dengan menyelengarakan rapat dan tinjauan antara tim P2K3 dengan manajemen puncak seperti direksi dan kepala divisi lainnya.

Lima prinsip penerapan SMK3 yang telah diterapkan untuk terus dilakukan perbaikan berkelanjutan oleh manajemen perusahaan. Perbaikan berkelanjutan dilakukan agar kesinambungan penerapan SMK3 dapat ditingkatkan sehingga mengurangi angka kecelakan kerja atau mendapatkan zero accident. SMK3 yang diterapkan diberlakukan untuk semua karyawan secara terintegrasi antara mesin,


(44)

manusia, material dan lingkungan, sehingga menghasilkan penghargaan zero accident.

Potensi bahaya kerja yang teridentifikasi yaitu dengan kategori dominan low risk atau L menunjukkan bahwa program SMK3 di lingkungan kerja yang sudah memliki SMK3 dan penghargaan zero accident lebih ditingkatkan dalam penerapannya agar dapat diminimalisir dan mengantisipasi potensi bahaya yang akan terjadi. Pengawasan lebih ketat terhadap penerapan SMK3 yaitu dengan menerapkan juga reward terhadap karyawan yang patuh dan punishment terhadap karyawan yang melanggar, sehingga karyawan peduli akan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan yang lebih ketat terhadap karyawan yang melanggar aturan dari penerapan SMK3 seperti penggunaan APD dan bertindak serta bekerja dengan peduli keselamatan dan kesehatan bukan karena unsafe behaviour.

Untuk menerapkan Sistem Manajemen K3, setiap perusahaan diwajibkan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan petimbangan baik diminta maupun tidak, kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Sastrohadiwiryo (2005), menyatakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen yang mencakup struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, tata kelola/prosedur, proses


(45)

dan sumber daya yang dibutuhkan dalam hal pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dengan tujuan mengendalikan risiko yang behubungan dengan kegiatan produksi/kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif bagi pekerja maupun orang lain yang berada di dalam lingkungan tersebut. Tujuan dan sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan, menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif, dimana program ini merupakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan yang terintegrasi.

2.3. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

2.3.1. Definisi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah kegagalan (human failure)

dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti : tindakan tanpa kualifikasi dan otoritas, kurang atau tidak menggunakan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya, kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang berbahaya tanpa perlindungan dan peringatan yang tepat, memperbaiki peralatan secara salah, bekerja


(46)

dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil posisi kerja yang tidak selamat (Winarsunu, 2008).

2.3.2. Jenis-jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Menurut Pratiwi (2012), yang mengutip pendapat Bird and Germain bahwa jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) terdiri dari :

1. Mengoperasikan peralatan tanpa otoritas. 2. Gagal untuk mengingatkan.

3. Gagal untuk mengamankan.

4. Pengoperasian dengan kecepatan yang tidak sesuai.

5. Membuat peralatan safety menjadi menjadi tidak beroperasi. 6. Memindahkan peralatan safety.

7. Menggunakan peralatan yang rusak.

8. Menggunakan peralatan secara tidak benar. 9. Tidak menggunakan alat pelindung diri. 10. Loading barang yang salah.

11. Penempatan barang yang salah. 12. Pengangkatan yang salah.

13. Memperbaiki peralatan pada saat beroperasi.

2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe action) adalah sangat kompleks, di mana di dalamnya melibatkan faktor-faktor yang sangat luas, yaitu : manajemen, sosial, psikologis dan human-machine-enviroment system. Meskipun demikian kompleks, namun esensinya adalah ingin


(47)

menggambarkan bahwa tindakan tidak aman (unsafe action) tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang berasal dari manusianya sendiri dan lingkungan organisasinya.

Tindakan tidak aman (unsafe action) terjadi melalui 3 (tiga) fase yang bekerja secara bertahap, yaitu :

1. Tingkat Manajemen

Manajemen sangat mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe action). Di antaranya dengan tidak tegasnya program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan serta perawatan mesi-mesin yang digunakan.

2. Aspek-aspek lingkungan fisik, psikologis dan sosiologis dari pekerjaan

Lingkungan fisik seperti temperatur ruang kerja, taraf kebisingan, kelembaban dan tata letak ruang kerja, desain peralatan seperti kontrol, display, kesesuaian, peringatan terhadap bahaya, bahaya aliran listrik, bahaya mesin, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan sosial dan psikologis seperti norma kelompok, komunikasi antar kelompok, semangat kerja, serikat pekerja, dan sebagainya. Aspek-aspek lingkungan fisik, psikologis, dan sosiologis dari pekerjaan akan mempengaruhi tingkat kelelahan, konsentrasi dan keleluasaan ruang gerak pekerja.

3. Individu

Karakteristik individu dapat mempengaruhi perilakunya dalam bekerja. Unsur-unsur karakteristik individu antara lain : tingkat kemampuan, kesadaran, pengalaman, pelatihan K3, kepribadian, beban kerja, usia, kelelahan, motivasi, kecanduan alkohol atau obat-obatan, penyakit, kecerdasan, tekanan kerja dan kepuasan kerja (Winarsunu, 2008).


(48)

2.4. Landasan Teori

Gambar 2.1. A model of Contributing Factors in Accident Causation (CFAC) dari Sanders dan Shaw, diadaptasi dari Sanders (1993)

Pada gambar 2.1. tersebut dapat dipahami bahwa terjadinya kecelakaan kerja sangat besar kemungkinannya ditentukan oleh tindakan tidak aman (unsafe action), namun demikian faktor tersebut bukanlah satu-satunya faktor karena masih banyak

Management : Management Policies Safety Orientation Production Presure Incentive Systems Management Style Decision Centralization Staffing Resource Availability Accident Employee Development Coordination Organizational Structure.

Physical Environment :

Noise,Temperature, Huminidity,Illumination, Work-space dimensions, Architectural aspects, Acceleration, Pollutants, Distractions.

Equipment Design :

Controls, Displays, Compatibility, Visibility, Guarding, Warnings, Electrical Hazards, Mechanical Hazards, Thermal Hazards, Workplace arrangement, VDT screen layout.

Work Itself :

Pacing, Physical workload, Mental workload requirements, Perceptual requirements, Motor skill, Repetitiveness, Boredom, Procedures, Methods, Shift work, Work-rest schedules Social/ Psycological Environment : Group norms, Organizational climate, Morale, Union relations, Intergroup communications Worker/ Coworker : Ability level Aleertness Experience Training Personality Physical Capabilities Age, Fatigue Motivation Alcohol-drug Illness Intelligence Off-the-job pressures Job satisfaction U N S A F E A C T I O N C H A N C E Accident


(49)

faktor sebelumnya yang menyebabkan terbentuknya tindakan tidak aman. Penyebabnya tidak tunggal, tetapi melibatkan banyak faktor di mana terbentuknya setiap faktor secara berurutan akan memunculkan faktor berikutnya, demikian seterusnya sampai memunculkan tindakan tidak aman yang dipercayai sebagai unsur dominan terjadinya kecelakaan kerja.

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan : = Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Personal :

1. Pengetahuan K3 2. Pelatihan K3 3. Beban Kerja 4. Kelelahan

Tindakan Tidak Aman

(Unsafe ction) Manajemen K3

Kondisi Tempat Kerja :

Lingkungan fisik,

psikologis dan sosiologis

Kecelakaan Kerja


(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain studi cross sectional.

3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai sejak bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2014.

3. 3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian pengolahan di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai tahun 2014 sebanyak 94 orang.

3.3.2. Sampel

Jenis penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut : n = N

1 + N (d) 2 Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi D = Presisi 10 %


(51)

Hasil perhitungan besar sampel adalah : n = 94

1 + 94 (0,1) 2 = 48 orang

Kemudian didapat besarnya sampel per cluster dengan menggunakan rumus

Sampling Fraction Per Cluster menurut (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut : n group = Jumlah populasi/ group x n sampel

Jumlah populasi (N)

Tabel 3.1. Jumlah Karyawan pada setiap Bagian di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Nama Bagian Jumlah

Populasi Perhitungan

Jumlah Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Refinery Boiler Turbine Project/Maintenance WTFW WWT Sparepart Pengapalan Bongkaran Kapal

Bongkaran Mobil Minyak Hopper 21 19 9 5 2 4 1 14 10 2 7

21 / 94 x 48 19 / 94 x 48 9 / 94 x 48 5 / 94 x 48 2 / 94 x 48 4 / 94 x 48 1 / 94 x 48 14 / 94 x 48 10 / 94 x 48 2 / 94 x 48 7 / 94 x 48

10 9 5 3 1 2 1 7 5 1 4

Total 94 48

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer berisi data variabel faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja dan kelelahan), variabel manajemen K3 dan variabel tindakan tidak


(52)

aman (unsafe action). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Variabel pengetahuan K3 dan manajemen K3 menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Zulliyanti, S (2010); variabel beban kerja menggunakan kuesioner NASA TLX (Task Load Index) Hancock and Meshkati (1988); variabel kelelahan menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committe (IFRC) Jepang; dan variabel tindakan tidak aman (unsafe action)

menggunakan lembar panduan observasi dari perusahaan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder berupa data kecelakaan kerja akibat tindakan tidak aman

(unsafe action) dan data lingkungan fisik diperoleh dari PT. Inti Benua Perkasatama Dumai.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), yaitu :

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor personal (pengetahuan K3, pelatihan K3, beban kerja, kelelahan) dan manajemen K3.

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tindakan tidak aman (unsafe action).


(53)

3.5.2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel pada penelitian ini adalah : 1. Faktor Personal

a. Pengetahuan K3 adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

b. Pelatihan K3 adalah kegiatan perbaikan dan pengembangan pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang pernah diikuti.

c. Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. d. Kelelahan adalah menurunnya kapasitas dan ketahanan kerja yang disebabkan

oleh beban kerja yang dialami pekerja.

2. Manajemen K3 adalah persepsi pekerja tentang penerapan manajemen K3, meliputi : penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dalam peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

3. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang tidak sesuai prosedur kerja yang berlaku dan tindakan yang muncul karena lupa atau tidak tahu.


(54)

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Alat

Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur I. Independen

1.1.Faktor Personal

1. Pengetahuan K3 Kuesioner Ordinal 1. Baik (skor ≥ 76%) 2. Cukup (skor 56 - 75%) 3. Kurang (skor ≤ 55%) 2. Pelatihan K3 Kuesioner Ordinal 1. Baik (skor ≥ 76%)

2 . Cukup (skor 56 - 75%)

3. Kurang (skor ≤ 55%) 3. Beban Kerja Kuesioner Ordinal 1. Berat (skor ≥ 76%)

2. Sedang (skor 56 – 75%)

3. Ringan (skor ≤55%) 4. Kelelahan Kuesioner Ordinal 1. Tinggi (skor ≥ 50%)

2. Rendah (skor < 50%)

1.2.Manajemen K3 Kuesioner Ordinal 1. Baik (skor ≥ 76%) 2. Cukup (skor 56 - 75%) 3. Kurang (skor ≤ 55%)

II.Dependen

Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action

Observasi Ordinal 1. Tinggi (skor ≥ 50%) 2. Rendah (skor < 50%)

3.7. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisa, sebagai berikut:

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menitikberatkan pada penggambaran atau deskripsi data yang telah diperoleh. Menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.


(55)

2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk menunjukkan keterkaitan, hubungan timbal balik atau besar-kecilnya korelasi yang diselidiki antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman pada taraf kemaknaan 5%.


(56)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai didirikan pada tahun 1998, beralamatkan di Jl. Datuk Laksamana Kelurahan Buluh Kasap Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai. Perusahaan ini merupakan perusahaan produksi minyak goreng yang mengolah kelapa sawit atau disebut CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil). Lokasi terletak di sekitar area pelabuhan dengan total area 2,9 hektar dengan jumlah karyawan sebanyak 214 orang.

PT. Inti Benua Perkasatama Dumai sebagai perusahaan yang mengolah minyak kelapa sawit dan turunannya bertekad menjadi perusahaan kelas dunia dengan memberikan kepuasan kepada pelanggan dan mengelola lingkungan secara konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan misi perusahaan yang berwawasan lingkungan dan K3.

Untuk mencapai hal tersebut dilakukan melalui usaha-usaha sebagai berikut: 1. Mengolah minyak kelapa sawit dan turunannya yang aman dengan menggunakan

bahan mentah yang bermutu tinggi, melalui pengujian yang akurat, kontrol dan pengawasan yang cermat terhadap proses produksi dengan menerapkan prinsip HACCP yang konsisten.

2. Melakukan inovasi secara berkelanjutan untuk mengembangkan produk yang memenuhi persyaratan dan harapan pelanggan.


(57)

3. Dalam kegiatan mengolah CPO dan CPKO bersifat proaktif mengelola lingkungan dan memberikan dampak positif ke masyarakat sekitar.

4. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berlaku sesuai dengan kegiatan proses pengolahan CPO dan CPKO serta turunannya. 5. Secara berkesinambungan meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan dengan

menerapkan prinsip pencegahan pencemaran.

6. Memberikan pelatihan dan informasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada semua karyawan, kontraktor dan yang lainnya yang bekerja untuk perusahaan.

7. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan benar, tepat dan konsisten.

8. Komitmen untuk pencegahan cidera dan sakit penyakit akibat kerja dan peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik Responden di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1. Usia

24-26 tahun 15 31.3

27-29 tahun 30-32 tahun 33-35 tahun 36-38 tahun 39-41 tahun 42-45 tahun 11 7 8 3 3 1 22.9 14.6 16.7 6.3 6.3 2.1


(58)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No. Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

2. Jenis Kelamin

Pria 48 100.0

Total 48 100.0

3. Pendidikan Terakhir

SMA 48 100.0

Total 48 100.0

4. Status Kerja

Tetap 48 100.0

Total 48 100.0

5. Masa Kerja

≥ 5 tahun 7 14.6

< 5 tahun 41 85.4

Total 48 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014 mayoritas berusia 24-26 tahun sebanyak 15 orang (31.3%), berjenis kelamin pria sebanyak 48 orang (100.0%), berpendidikan terakhir SMA sebanyak 48 orang (100.0%), berstatus kerja tetap sebanyak 48 orang (100.0%) dan masa kerja < 5 tahun sebanyak 41 orang (85.4%).

4.2.2. Faktor Personal (Pengetahuan K3)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Pengetahuan K3) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Faktor Personal Jumlah (n) Persentase

(%) Pengetahuan K3 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 4 34 10 8.4 70.8 20.8


(59)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan K3 responden tergolong cukup yaitu sebanyak 34 orang (70.8%).

4.2.3. Faktor Personal (Pelatihan K3)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Pelatihan K3) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Faktor Personal Jumlah (n) Persentase (%)

Pelatihan K3 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 4 41 3 8.3 85.4 6.3

Total 48 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pelatihan K3 responden tergolong cukup yaitu sebanyak 41 orang (85.4%).

4.2.4. Faktor Personal (Beban Kerja)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Beban Kerja) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Faktor Personal Jumlah (n) Persentase (%)

Beban Kerja 1. 2. 3. Berat Sedang Ringan 15 25 8 31.2 52.1 16.7

Total 48 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas beban kerja responden tergolong sedang yaitu sebanyak 25 orang (52.1%).


(60)

4.2.5. Faktor Personal (Kelelahan)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Faktor Personal (Kelelahan) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Faktor Personal Jumlah (n) Persentase (%)

Kelelahan 1. 2. Tinggi Rendah 15 33 31.2 68.8

Total 48 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kelelahan responden tergolong rendah yaitu sebanyak 33 orang (68.8%).

4.2.6. Manajemen K3

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi berdasarkan Persepsi Responden tentang Manajemen K3 di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Manajemen K3 Jumlah (n) Persentase (%)

1. 2. Baik Cukup 39 9 81.2 18.8

Total 48 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden tentang manajemen K3 tergolong baik yaitu sebanyak 39 orang (81.3%).

4.2.7. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

No. Tindakan Tidak Aman

(Unsafe Action) Jumlah (n) Persentase (%)

1. 2. Tinggi Rendah 27 21 56.3 43.7


(61)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tindakan tidak aman (unsafe action) responden tergolong tinggi yaitu sebanyak 27 orang (56.3%).

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1. Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tabel 4.8. Tabel Faktor Personal (Pengetahuan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

Faktor Personal

(Pengetahuan K3) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Koefisien Korelasi (r)

P value

-0.529 0.000

Dari tabel 4.8 di atas berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor personal (pengetahuan K3) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) dapat dilihat bahwa dengan uji Korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% ternyata variabel faktor personal (pengetahuan K3) berkorelasi negatif dengan variabel tindakan tidak aman (unsafe action) dimana nilai koefisien korelasi sebesar -0.529 dan p-value

sebesar 0.000 < α = 0,05 artinya ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (pengetahuan K3) dengan tindakan tidak aman (unsafe action).

4.3.2. Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tabel 4.9. Tabel Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

Faktor Personal

(Pelatihan K3) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Koefisien Korelasi (r)

P value

-0.393 0.006


(62)

Dari tabel 4.9 di atas berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor personal (pelatihan K3) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) dapat dilihat bahwa dengan uji Korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% ternyata variabel faktor personal (pelatihan K3) berkorelasi negatif dengan variabel tindakan tidak aman (unsafe action) dimana nilai koefisien korelasi sebesar -0.393 dan p-value

sebesar 0.006 < α = 0,05 artinya ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (pelatihan K3) dengan tindakan tidak aman (unsafe action).

4.3.3. Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tabel 4.10. Tabel Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

Faktor Personal

(Beban Kerja) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Koefisien Korelasi (r)

P value

-0.426 0.003

Dari tabel 4.10 berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor personal (beban kerja) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) dapat dilihat bahwa dengan uji

Korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% ternyata variabel faktor personal (beban kerja) berkorelasi negatif dengan variabel tindakan tidak aman

(unsafe action) dimana nilai koefisien korelasi sebesar -0.426 dan p-value sebesar 0.003 < α = 0,05 artinya ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (beban kerja) dengan tindakan tidak aman (unsafe action).


(63)

4.3.4. Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tabel 4.11. Tabel Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

Faktor Personal

(Kelelahan) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Koefisien Korelasi (r)

P value

-0.764 0.000

Dari tabel 4.11 di atas berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor personal (kelelahan) terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) dapat dilihat bahwa dengan uji Korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% ternyata variabel faktor personal (kelelahan) berkorelasi negatif dengan variabel tindakan tidak aman (unsafe action) dimana nilai koefisien korelasi sebesar -0.764 dan p-value sebesar 0.000 < α =

0,05 artinya ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (kelelahan) dengan tindakan tidak aman (unsafe action).

4.3.5. Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Tabel 4.12. Tabel Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

Manajemen K3 Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Koefisien Korelasi (r)

P value

-0.424 0.003

Dari tabel 4.12 di atas berdasarkan hasil analisis pengaruh manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman (unsafe action) dapat dilihat bahwa dengan uji Korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% ternyata variabel manajemen K3 berkorelasi negatif dengan variabel tindakan tidak aman (unsafe action) dimana nilai


(64)

koefisien korelasi sebesar -0.424 dan p-value sebesar 0.003 < α = 0,05 artinya ada pengaruh negatif yang signifikan antara manajemen K3 dengan tindakan tidak aman


(65)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Faktor Personal (Pengetahuan K3) dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas pengetahuan K3 responden tergolong cukup yaitu sebanyak 34 orang (70.8%). Hasil uji Korelasi Rank Spearman

pada taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar -0.529 dan p-value sebesar 0.000 < α=0,05 berarti ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (pengetahuan K3) dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Korelasi antara kedua variabel termasuk kuat, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1. Tanda negatif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara faktor personal (pengetahuan K3) dengan tindakan tidak aman (unsafe action) termasuk korelasi yang tidak searah, artinya semakin kurang pengetahuan K3 responden maka semakin tinggi tindakan tidak aman (unsafe action)nya, begitu juga sebaliknya semakin baik pengetahuan K3 responden maka semakin rendah pula tindakan tidak aman (unsafe action)nya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pratiwi (2009) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan pekerja memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku tidak aman. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Rogers (1997) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Geller (2001), mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk


(66)

tindakan seseorang. Sebelum seorang pekerja mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat dari perilaku tersebut bagi dirinya. Seorang pekerja akan menerapkan perilaku aman apabila mereka tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi keamanan diri mereka sendiri serta apa bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya. Notoatmodjo (2003) juga mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar berasal dari pancaindera penglihatan dan pendengaran. Melalui indera penglihatan dan pendengaran tersebut, pekerja dapat mengidentifikasi adanya bahaya dan risiko di tempat kerjanya, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada dirinya-sendiri maupun pada rekan kerjanya.

5.2. Pengaruh Faktor Personal (Pelatihan K3) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas pelatihan K3 responden tergolong cukup yaitu sebanyak 41 orang (85.4%). Hasil uji Korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 menunjukkan bahwanilai koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar -0.393 dan p-value sebesar 0.006 < α=0,05 berarti ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (pelatihan K3) dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Korelasi antara kedua variabel termasuk kuat, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1. Tanda negatif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara faktor personal (pelatihan K3)


(67)

dengan tindakan tidak aman (unsafe action) termasuk korelasi yang tidak searah, artinya semakin baik pelatihan K3 responden maka akan semakin rendah tindakan tidak aman (unsafe action)nya, begitu juga sebaliknya semakin kurang pelatihan K3 responden maka akan semakin tinggi pula tindakan tidak aman (unsafe action)nya.

Pelatihan adalah salah satu bentuk proses pendidikan dengan melalui training sasaran belajar atau sasaran pendidikan akan memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku mereka (Notoatmodjo, 2003).Pelatihan diarahkan kepada teknik penggunaan alat keselamatan dan kesehatan kerja dan beberapa prosedur kerja yang harus dilaksanakan oleh setiap pekerja guna mencegah terjadinya gangguan atau kecelakaan kerja. Kegiatan pelatihan diprioritaskan kepada pekerja baru dan dapat dilakukan dengan program penyegaran (Irawati. 2008). Sesuai dengan penelitian Helliyanti (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak aman. Pekerja yang tidak mendapatkan pelatihan kecenderungan lebih besar untuk berperilaku tidak aman dibandingkan dengan pekerja yang mendapatkan pelatihan. Penelitian Saputra (2008) juga menyebutkan bahwa pekerja yang mendapatkan pelatihan K3 mempunyai kecenderungan lebih besar bertindak/ berperilaku aman saat bekerja.

5.3. Pengaruh Faktor Personal (Beban Kerja) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas beban kerja responden tergolong sedang yaitu sebanyak 25 orang (52.1%). Hasil uji Korelasi Rank Spearman pada


(68)

taraf kepercayaan 95% dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar -0.426 dan p-value sebesar 0.003 < α=0,05 berarti ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal (beban kerja) dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Korelasi antara kedua variabel termasuk kuat, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1. Tanda negatif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara faktor personal (beban kerja) dengan tindakan tidak aman (unsafe action) termasuk korelasi yang tidak searah, artinya semakin berat beban kerja responden maka semakin rendah tindakan tidak aman (unsafe action)nya.

Penelitian Reason (1990) menunjukkan bahwa beban kerja berhubungan dengan tindakan tidak aman, semakin berat beban kerja yang dialami pekerja maka akan semakin menyebabkan tingginya risiko tindakan tidak aman. Analisis menunjukkan hasil bahwa semakin berat beban kerja responden maka semakin rendah tindakan tidak aman (unsafe action)nya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh beban kerja responden yang walaupun berat tetapi tidak sampai melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) sehingga responden masih dapat berperilaku aman saat bekerja. Pengukuran beban kerja yang dilakukan secara subjektif, menunjukkan mayoritas beban kerja responden tinggi hanya pada subskala tingkat stres (frustation level),

bukan dominan pada subskala kebutuhan fisik (physical demand). Pengetahuan yang baik tentang K3 membuat responden lebih bertindak aman, mereka akan lebih berhati-hati dalam bekerja karena sudah mengetahui manfaat berperilaku aman dan potensi bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya. Sesuai dengan


(69)

pendapat Geller (2001) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebelum seorang pekerja mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat dari apabila mereka tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi keamanan diri mereka sendiri serta apa bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya. Responden yang mendapatkan pelatihan K3 tentunya juga akan lebih waspada terhadap bahaya, walaupun beban kerja akan mempengaruhi tindakan tidak aman, namun karena sudah mendapatkan pelatihan K3 maka tindakan tidak aman dapat dicegah. Sesuai dengan penelitian Helliyanti (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak aman. Pekerja yang tidak mendapatkan pelatihan kecenderungan lebih besar untuk berperilaku tidak aman dibandingkan dengan pekerja yang mendapatkan pelatihan. Penelitian Saputra (2008) juga menyebutkan bahwa pekerja yang mendapatkan pelatihan K3 mempunyai kecenderungan lebih besar bertindak/ berperilaku aman saat bekerja. Tingginya pengawasan K3 juga juga membuat responden lebih bertindak aman. Hendrabuwana (2007) menyatakan bahwa dengan adanya pengawasan dan peraturan yang mengikutinya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi perilaku seseorang.

5.4. Pengaruh Faktor Personal (Kelelahan) terhadap Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas kelelahan responden tergolong rendah yaitu sebanyak 33 orang (68.8%). Hasil uji Korelasi Rank Spearman pada


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)