Pengaruh Faktor Personal Kelelahan terhadap Tindakan Tidak Aman Unsafe Action

pendapat Geller 2001 yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebelum seorang pekerja mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat dari apabila mereka tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi keamanan diri mereka sendiri serta apa bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya. Responden yang mendapatkan pelatihan K3 tentunya juga akan lebih waspada terhadap bahaya, walaupun beban kerja akan mempengaruhi tindakan tidak aman, namun karena sudah mendapatkan pelatihan K3 maka tindakan tidak aman dapat dicegah. Sesuai dengan penelitian Helliyanti 2009 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak aman. Pekerja yang tidak mendapatkan pelatihan kecenderungan lebih besar untuk berperilaku tidak aman dibandingkan dengan pekerja yang mendapatkan pelatihan. Penelitian Saputra 2008 juga menyebutkan bahwa pekerja yang mendapatkan pelatihan K3 mempunyai kecenderungan lebih besar bertindak berperilaku aman saat bekerja. Tingginya pengawasan K3 juga juga membuat responden lebih bertindak aman. Hendrabuwana 2007 menyatakan bahwa dengan adanya pengawasan dan peraturan yang mengikutinya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi perilaku seseorang.

5.4. Pengaruh Faktor Personal Kelelahan terhadap Tindakan Tidak Aman Unsafe Action

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas kelelahan responden tergolong rendah yaitu sebanyak 33 orang 68.8. Hasil uji Korelasi Rank Spearman pada Universitas Sumatera Utara taraf kepercayaan 95 dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar -0.764 dan p-value sebesar 0.000 α=0,05 berarti ada pengaruh negatif yang signifikan antara faktor personal kelelahan dengan tindakan tidak aman unsafe action. Korelasi antara kedua variabel termasuk kuat, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1. Tanda negatif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara faktor personal kelelahan dengan tindakan tidak aman unsafe action termasuk korelasi yang tidak searah, artinya semakin tinggi tingkat kelelahan responden maka akan semakin rendah pula tindakan tidak aman unsafe actionnya. Schultz 1990 menyatakan bahwa kelelahan tinggi bisa menjadi penyebab meningkatnya kecelakaan kerja. Kelelahan tidak hanya berasal dari ketidakmampuan fisik dalam bekerja, namun juga dipicu oleh keadaan lingkungan, seperti : kebisingan, getaran, suhu dan pencahayaan. Kelelahan dapat menyebabkan turunnya konsentrasi seseorang. Analisis menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat kelelahan responden maka akan semakin rendah pula tindakan tidak aman unsafe actionnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kelelahan yang dialami responden bukan merupakan kelelahan ketidakmampuan fisik, tetapi hanya kelelahan berupa pelemahan motivasi turunnya konsentrasi bekerja akibat kemungkinan pengaruh lingkungan kerja. Pengetahuan yang baik tentang K3 membuat responden lebih bertindak aman, mereka akan lebih berhati-hati dalam bekerja karena sudah mengetahui manfaat berperilaku aman dan potensi bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya. Sesuai dengan pendapat Geller 2001 yang Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebelum seorang pekerja mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat dari apabila mereka tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi keamanan diri mereka sendiri serta apa bahaya yang akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya. Responden yang mendapatkan pelatihan K3 tentunya juga akan lebih waspada terhadap bahaya, walaupun kelelahan kerja akan mempengaruhi tindakan tidak aman, namun karena sudah mendapatkan pelatihan K3 maka tindakan tidak aman dapat dicegah. Sesuai dengan penelitian Helliyanti 2009 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak aman. Pekerja yang tidak mendapatkan pelatihan kecenderungan lebih besar untuk berperilaku tidak aman dibandingkan dengan pekerja yang mendapatkan pelatihan. Adanya penyegaran kembali, pengawasan secara konsisten, mengadakan safety talk sebelum bekerja dan safety sign, serta menyediakan APD yang sesuai dengan persyaratan dapat meminimkan kemungkinan terjadinya tindakan tidak aman. Hendrabuwana 2007 menyatakan bahwa dengan adanya pengawasan dan peraturan yang mengikutinya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi perilaku seseorang.

5.5. Pengaruh Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman Unsafe Action