Latar Belakang Pengaruh Faktor Personal dan Manajemen K3 terhadap Tindakan Tidak Aman di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan proyek dan merupakan aset yang menentukan bagi perusahaan. Oleh sebab itu dalam menjalankan bisnis usaha yang aman, maka penerapan K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dilaksanakan secara konsisten, sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa pengusaha wajib melindungi pekerja dan potensi bahaya yang dihadapinya. Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, khususnya di lingkungan industri. Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 dua hal pokok yaitu tindakan tidak aman unsafe action dan kondisi tidak aman unsafe condition. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80-85 kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia Depkes RI, 2004. Tindakan tidak aman unsafe action adalah kegagalan human failure dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti : tindakan tanpa kualifikasi dan otoritas, kurang atau tidak menggunakan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan Universitas Sumatera Utara dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya, kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang berbahaya tanpa perlindungan dan peringatan yang tepat, memperbaiki peralatan secara salah, bekerja dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil posisi kerja yang tidak selamat. Faktor personal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman unsafe action. Faktor-faktor personal tersebut antara lain : tingkat kemampuan, kesadaran, pengalaman, pelatihan, kepribadian, beban fisik, usia, kelelahan, motivasi, kecanduan alkohol atau obat- obatan, penyakit, kecerdasan, tekanan kerja dan kepuasan kerja Winarsunu, 2008. Data kecelakaan kerja di negara maju seperti USA sebagaimana yang dinyatakan oleh Levy et.al. 2011, bahwa tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3,7 juta orang dan yang meninggal sebanyak 5.214 orang. Laporan ILO menyatakan setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal kurang lebih 6000 kasus, sementara di Indonesia dari setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang menderita kecelakaan kerja fatal www.metrotvnews.com, 2013. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Indonesia menyebutkan bahwa sampai tahun 2012 tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi Universitas Sumatera Utara dibandingkan negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dunia per hari karena kecelakaan kerja www.suarapembaruan.com, 2013. Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau mencacat tingkat kecelakaan kerja di sepanjang tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 300 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Data itu tercatat sebanyak 1.608 kasus, sementara di tahun lalu hanya 1.310 orang www.utusanriau.com , 2013. Selama bulan Januari-Desember 2012, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dumai mencatat data kecelakaan kerja yang terjadi berjumlah 86 kasus. Empat orang di antaranya menyebabkan korban meninggal dunia dan sebagian besar luka-luka atau cacat pada salah satu bagian tubuh. Kepala bidang Syarat dan Pengawasan Kerja Disnakertrans Dumai, mengatakan bahwa kebanyakan kecelakaan kerja terjadi akibat kelalaian manusia yang bekerja tanpa alat keselamatan kerja, padahal mesin produksi pabrik dan penggunaannya sudah memenuhi persyaratan K3 dan berstandar layak untuk beroperasi. Beberapa hasil penelitian di Indonesia menemukan bahwa angka kecelakaan kerja akibat tindakan tidak aman unsafe action menjadi mayoritas di antara penyebab kecelakaan kerja lainnya. Hasil penelitian Maanaiya 2005, bahwa 46,8 dari 111 responden sering melakukan tindakan tidak aman, sebanyak 51,4 di antaranya berpengetahuan baik, dan 50,5 di antaranya mengalami kelelahan tinggi. Hasil penelitian Bessie 2006, yang melakukan penelitian pada dua divisi berbeda di sebuah perusahaan menemukan 78,3 dari 129 responden pernah melakukan tindakan tidak aman dan 80,2 dari 101 responden juga pernah melakukan tindakan Universitas Sumatera Utara tidak aman. Jenis tindakan tidak aman yang sering dilakukan adalah bekerja dengan postur janggal, yaitu sebesar 19,4 dari 101 responden dan 22,8 dari 81 responden. Hasil penelitian Irawati 2008, sebanyak 82,4 dari 85 responden pernah melakukan tindakan tidak aman, 49,4 di antaranya berada pada range usia 19-23 tahun, 72,9 bekerja kurang dari 5 tahun, 63,5 memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya potensial, dan 70,6 di antaranya kurang mendapatkan pelatihan K3. Hasil penelitian Gandhatama 2009, yang menunjukkan bahwa tindakan tidak aman yang paling banyak dilakukan oleh pekerja adalah tidak menggunakan alat pelindung diri dengan unsafe act index sebesar 95. Penelitian Haqi 2013, yang dilakukan di PT. X Surabaya juga menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh unsafe action 51,7. Analisis terhadap faktor penyebab tindakan tidak aman dilakukan dengan pendekatan HFACS Human Factors Analysis And Classification System. Variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya unsafe action adalah tipe kepribadian, motivasi pekerja, kesiapan pekerja, tingkat pengetahuan dan pelatihan K3. Unsafe action yang banyak dilakukan adalah perencanaan operasi yang kurang optimal. PT. Inti Benua Perkasatama Dumai merupakan perusahaan produksi minyak goreng yang telah berdiri selama hampir 16 tahun. Didirikan pada tahun 1998, perusahaan ini memulai bisnisnya dengan menempatkan kantor dan pabriknya di Dumai, Riau. Dalam menjalankan proses bisnisnya, setiap hari bagian produksi tidak dapat dilepaskan dengan peralatan dan mesin yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja akibat Unsafe Action dan Unsafe Condition di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2010-2012 No. Penyebab Kecelakaan Kerja Jumlah Kecelakaan Kerja Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1. Unsafe Action 8 20 16 2. Unsafe Condition 2 8 5 Total 10 28 21 Sumber : Laporan Kecelakaan PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2013. Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan ini pada tahun 2010 terdapat 10 kasus dengan 8 kasus karena tindakan tidak aman unsafe action, tahun 2011 terdapat 28 kasus dengan 20 kasus karena tindakan tidak aman unsafe action dan tahun 2012 terdapat 21 kasus dengan 16 kasus karena tindakan tidak aman unsafe action. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan selama seminggu di perusahaan tersebut, ditemukan sebanyak 6 orang pekerja yang diobservasi telah melakukan tindakan tidak aman, di antaranya 3 orang tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku, 1 orang bekerja tidak melakukan pengamanan dan 2 orang bekerja dengan posisi tubuh yang salah. Hasil wawacara terhadap 6 orang tersebut, sebanyak 6 orang dengan latar belakang pendidikan SMA, 6 orang dengan pengalaman kerja 5 tahun dan 3 orang yang sudah pernah mendapatkan pelatihan. Dari hal di atas dapat dilihat bahwa masih adanya ditemukan kasus tindakan tidak aman unsafe action pada pekerja, padahal pihak perusahaan sudah mengupayakan program K3 berjalan dengan baik sebagai upaya untuk meminimkan angka kecelakaan kerja. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Universitas Sumatera Utara tentang pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan tidak aman unsafe action pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai Tahun 2014.

1.2. Permasalahan