Mikroorganisme Tanah Pelarut P

C. Senyawa P Dalam Tanah

Pada pemupukan sebagian besar P menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena terikat dalam bentuk senyawa anorganik dan organik. Pada tanah-tanah masam yang kandungan P-nya rendah, pupuk P yang umum digunakan adalah batuan fosfat alam rock phosphate. Pemupukan P kurang bermanfaat bila ketersediaan Al, Fe dan Mn pada tanah tersebut Horyono 2000. Bentuk ion fosfat yang diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah. Apabila dalam keadaan alkalin bentuk HPO 4 2- merupakan bentuk ion fosfat yang larut. Bila pH menurun, akan ditemukan dua bentuk ion fosfat yaitu: H 2 PO 4 - dan PO 4 2- . Makin rendah pH makin dominant ion H 2 PO 4 - . Kedua bentuk ion fosfat itu diserap oleh tanaman Soepardi 1983, Havlin et al. 1999. Pada tanah masam, P bersenyawa dalam bentuk-bentuk senyawa Fe-P, Al-P dan Occluded-P, sedangkan pada tanah basa, pada umumnya P bersenyawa dengan Ca. Adanya pengikatan-pengikatan P tersebut menyebabkan pupuk P yang diberikan dalam bentuk P anorganik atau P tersedia menjadi tidak efisien, sehingga perlu diberikan dalam takaran yang tinggi. Menurut Jones 1982, tanaman hanya memanfaatkan P sebesar 10-30 dari pupuk P-organik yang diberikan, sedangkan 70 - 90 pupuk P tersebut tetap berada di dalam tanah dalam bentuk terfiksasi atau tercuci ke dalam aliran air. Kekurangefisienan penggunaan pupuk P tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satu diantaranya ialah memanfaatkan mikroba pelarut P yang dapat melarutkan P tidak tersedia. Penggunaan mikroba pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai keunggulan antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan dan mampu membantu meningkatkan kelarutan P yang terfiksasi Suwarno et al. 2003.

D. Mikroorganisme Tanah Pelarut P

Cendawan endofit akar A. niger bersama-sama dengan Aspergillus flavus , Rhizophus stolonifer, Fusarium oxysporum dan Penicillium corylophyllum merupakan salah satu cendawan endofit yang sering dijumpai tumbuh pada akar tumbuhan Hasan 2002. Hasan 2002 melaporkan bahwa A. niger yang diisolasi dari akar, selain menghasilkan hormon tumbuh, menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, oksalat dan malat. Asam-asam organik tersebut dapat berfungsi sebagai enzim penting dalam proses dekomposisi bahan organik dan proses meneralisasi unsur hara yang terfiksasi seperti P. Asam organik mampu meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah melalui beberapa mekanisme , diantaranya adalah :1 anion organik bersaing dengan ortofosfat pada permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif Premono 1994; 2 pelepasan ortofosfat dari ikatan logam P melalui pembentukan kompleks logam organik Beaucamp dan Hume 1997; dan 3 modifikasi muatan permukaan tapak jerapan oleh ligan organik Havlin et al. 1999. Asam sitrat dan oksalat digolongkan sangat efektif dalam menurunkan retensi P dari kaolinit dan gibsit, sedangkan asam malonat, tartat, dan malat berefektivitas sedang, serta asam asetat dan suksinat digolongkan kurang efektif Premono 1994. Disamping meningkatkan P tersedia , beberapa asam organik berbobot molekul rendah juga dilaporkan dapat mengurangi daya racun Al yang dapat dipertukarkan Al-dd pada tanaman kapas. Hasil penelitian Premono 1994 menunjukkan bahwa cendawan pelarut fosfat secara nyata mampu mengurangi Fe, Mn dan Cu yang terserap oleh tanaman jagung yang ditanam pada tanah masam, sehingga berada pada tingkat kandungan yang normal. Cendawan menghasilkan asam-asam organik tersebut melalui proses katabolisme glukosa dan siklus asam trikarboksilat TCA, yang merupakan kelanjutan dari reaksi glikolisis. Asam-asam ini merupakan substrat untuk proses anabolime dalam sintesis asam amino dan makromolekul lain Dawes dan Sutherland 1976. Penelitian terhadap cendawan pelarut P banyak dilakukan menggunakan Aspergillus sp. Anas et al. 1993 melaporkan peranan A. níger dalam pertumbuhan tanaman. Hasilnya menunjukkan bahwa A. níger meningkatkan pertumbuhan batang 1º kali lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Aspergillus ficum yang diteliti oleh Premono 1994 mampu meningkatkan ketersediaan P pada tanah sebesar 25, dan mampu melarutkan bentuk-bentuk Ca-P dan Fe-P. Hasil penelitian Maningsih dan Anas 1996 menunjukkan bahwa cendawan A. niger dapat meningkatkan kelarutan P dari AlPO 4 sebesar 135 dan dapat meningkatkan P larut pada tanah Ultisol sebesar 30,4 dibandingkan kontrol. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan cendawan yang mempunyai spektrum lebar dalam melarutkan beberapa bentuk senyawa P yang ada di dalam tanah. Das 1963 melaporkan bahwa bahwa beberapa Aspergillus sp. dan Penicillium sp. mampu melarutkan Al-P dan Fe-P. Jenis cendawan lain adalah Sclerotium dan Fusarium Alexander 1978. A. níger dapat melarutkan P dari bentuk trikalsium fosfat melalui produksi asam-asam organik Nampiah Sukarno, data tidak dipublikasikan. Meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya diikuti dengan penurunan pH , sehingga mengakibatkan terjadinya pelarutan P yang terikat oleh Ca. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2007 sampai Maret 2008. Lokasi penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi PPSHB Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah cendawan endofit akar A. niger, tanaman padi gogo varietas dodokan Oryza sativa, tanaman jagung varietas pulut Zea mays, tanah, pasir, pupuk NPK, media cair, aquades, NBT, KOH 10, formalsalin, HCl 2, asam fuchsin 0,05, botol bekas film, plastik tahan panas. Alat yang digunakan ialah meteran, koran, timbangan, label, alat tulis, tustel, autoklaf, oven pengering dan mikroskop stereo. Metode Penelitian Langkah- langkah Penelitian Gambar 1. Diagram alir penelitian Kegiatan penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi produksi miselia A. niger dan analisis pertumbuhan cendawan dan respon tumbuh tanaman pada media cair dan tanah pada berbagai konsentrasi P. Produksi miselia cendawan endofit akar A. niger Media cair Media tanah Analisis pertumbuhan cendawan dan respon tumbuh tanaman Tidak steril Steril A. Produksi Miselia Cendawan Endofit Akar A. niger sebagai Inokulum.