Cendawan ini juga menghasilkan enzim peroksidase yang penting pada industri pulp, enzim phytase yang mampu menghidrolisis fosfat dari fitat Schuster et al. 2002, dan
mampu mendegradasi batuan fosfat untuk kepentingan penyedian unsur P pada tanah Goenadi et al. 2000.
B. Peranan P Dalam Tanaman
Fosfat merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP dan RNA. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Bersama dengan
kalium, fosfor dipakai untuk merangsang pembungaan. Fosfat anorganik banyak terdapat di dalam cairan sel sebagai komponen sistem
penyangga tanaman. Dalam bentuk organik, P terdapat sebagai: 1 fosfolipid, yang merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas; 2 fitin, yang merupakan
simpanan fosfat dalam biji; 3 gula fosfat, yang merupakan senyawa antara dalam berbagai proses metabolisme tanaman; 4 nukleoprotein, komponen utama DNA, dan
RNA inti sel; 5 ATP,ADP,AMP dan senyawa sejenisnya sebagai senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme; 6 NAD dan NADP, merupakan koenzim penting dalam
proses reduksi dan oksidasi; dan 7 FAD dan berbagai senyawa lain, yang berfungsi sebagai pelengkap enzim tanaman Salisbury et al. 1995.
Fosfat pada tanaman berpengaruh dalam pembelahan sel, pembentukan lemak albumen, pembungaan, pembuahan dan pengisian biji, perkembangan akar rambut,
pencegah kerebahan, membantu mempercepat kematangan tanaman dengan mengurangi penggunaan N, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit Soepardi 1983.
Fosfat mempengaruhi proses metabolisme tumbuhan. Kekurangan fosfat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, perakaran tidak berkembang dengan
baik dan daun tua cepat rontok karena fosfat dalam tanaman bersifat mobil dan beregerak dari daun tua ke daun muda. Gejala kekurangan P daun berwarna hijau tua dan
kadang-kadang bergelombang. Selain itu juga terjadi akumulasi karbohidrat yang dapat mendorong terbentuknya antosianin, sehingga daun dan batang berwarna kemerahan
atau ungu Partohardjono dan Karama 1991.
C. Senyawa P Dalam Tanah
Pada pemupukan sebagian besar P menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena terikat dalam bentuk senyawa anorganik dan organik. Pada tanah-tanah masam yang
kandungan P-nya rendah, pupuk P yang umum digunakan adalah batuan fosfat alam rock phosphate. Pemupukan P kurang bermanfaat bila ketersediaan Al, Fe dan Mn pada
tanah tersebut Horyono 2000. Bentuk ion fosfat yang diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah.
Apabila dalam keadaan alkalin bentuk HPO
4 2-
merupakan bentuk ion fosfat yang larut. Bila pH menurun, akan ditemukan dua bentuk ion fosfat yaitu: H
2
PO
4 -
dan PO
4 2-
. Makin rendah pH makin dominant ion H
2
PO
4 -
. Kedua bentuk ion fosfat itu diserap oleh tanaman
Soepardi 1983, Havlin et al. 1999. Pada tanah masam, P bersenyawa dalam bentuk-bentuk senyawa Fe-P, Al-P dan
Occluded-P, sedangkan pada tanah basa, pada umumnya P bersenyawa dengan Ca. Adanya pengikatan-pengikatan P tersebut menyebabkan pupuk P yang diberikan dalam
bentuk P anorganik atau P tersedia menjadi tidak efisien, sehingga perlu diberikan dalam takaran yang tinggi. Menurut Jones 1982, tanaman hanya memanfaatkan P sebesar
10-30 dari pupuk P-organik yang diberikan, sedangkan 70 - 90 pupuk P tersebut tetap berada di dalam tanah dalam bentuk terfiksasi atau tercuci ke dalam aliran air.
Kekurangefisienan penggunaan pupuk P tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satu diantaranya ialah memanfaatkan mikroba pelarut P yang dapat melarutkan P
tidak tersedia. Penggunaan mikroba pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai keunggulan antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan dan mampu
membantu meningkatkan kelarutan P yang terfiksasi Suwarno et al. 2003.
D. Mikroorganisme Tanah Pelarut P