dapat berikatan dengan molekul, seperti air dan senyawa ion, sedangkan gugus non polar surfaktan berikatan dengan dukungan gaya Van der walls.
Jenis surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah MES Metil Ester Sulfonat. MES termasuk golongan surfaktan anionik, yaitu surfaktan yang bermuatan negatif pada gugus hidrofiliknya atau
bagian aktif permukaan. Struktur kimia dari MES dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Kimia MES Watkins, 2001
Menurut Swern 1979, panjang molekul sangat kritis untuk keseimbangan kebutuhan gugus hidrofilik dan hidrofobik. Apabila rantai hidrofobik terlalu panjang, akan terjadi ketidakseimbangan, terlalu
besarnya afinitas untuk gugus minyak atau lemak atau terlalu kecilnya afinitas untuk gugus air. Hal ini akan ditunjukkan oleh keterbatasan kelarutan di dalam air. Demikian juga sebaliknya, apabila rantai
hidrofobiknya terlalu pendek, komponen tidak akan terlalu bersifat aktif permukaan karena ketidakcukupan gugus hidrofobik dan akan memiliki keterbatasan kelarutan dalam minyak. Pada umumnya panjang rantai
terbaik untuk surfaktan adalah asam lemak dengan 10-18 atom karbon. Lebih lanjut Matheson 1996 menjelaskan bahwa MES telah mulai dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada produk-produk pembersih
washing and cleaning products. Pemanfaatan surfaktan jenis ini pada beberapa produk dikarenakan metil ester sulfonat memperlihatkan karakteristik dispersi yang baik, sifat deterjensi yang baik terutama pada air
dengan tingkat kesadahan yang tinggi hard water dan tidak adanya fosfat, ester asam lemak C
14
, C
16
, dan C
18
memberikan tingkat deterjensi terbaik, serta bersifat mudah didegradasi good biodegradability. Namun, surfaktan MES juga memiliki kelemahan, diantaranya produksi warna yang terlalu tinggi Rosen,
2004 dan gugus metil ester pada struktur MES akan mengalami degradasi termal pada suhu tinggi dan cenderung mudah mengalami hidrolisis, baik pada larutan asam maupun basa Sheats et al., 2002.
2.6 DEMULSIFIER KOMERSIAL
Sejak awal abad pertengahan pemakaian demulsifier telah lazim digunakan dengan komponen bahan kimia penyusunnya yang selalu mengalami perrkembangan dari masa ke masa. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Sejarah Perkembangan Demulsifier
Periode Dosis
Penggunaan ppm
Bahan Kimia Penyusun
1920 100 Soap, Naphtenic acid salts and alkylaryl sulphonate, Sulfated
caster oil 1930 1000
Petroleum sulphonates, Derivatives of sulpho-acid oxidized caster oil and sulphosucinic acid ester
1935 100-500 Fatty acids, Fatty alcohols, Alkylphenols
1950 100 Ethylene oxydePropylene oxide copolymer, Alkoxylated cyclic p-
alkylphenol formaldehyde resins 1965 30-50
Amine alkoxylate 1976 10-30
Alkoxylated cylic p-alkylphenol formaldehyde resins 1980 5-20
Polyester amine and blends Hamadi dan Mahmood 2010
Proses demulsifikasi juga biasa dilakukan dengan menggunakan demulsifier yang banyak dijual di
pasaran, seperti polimer akrilamid. Struktur kimia dari polimer akrilamid dapat dilihat pada Gambar 3. CH
2
CH
n
C ═ O
NH
2
Gambar 3. Struktur Kimia Polimer Akrilamid Hamadi dan Mahmood, 2010
Putranto 2002 menjelaskan bahwa demulsifier yang biasa digunakan oleh industri minyak dalam mengolah air limbah emulsinya, yaitu TONSCO TD-02.SB yang merupakan suatu formula yang
diproyeksikan untuk mencegah terjadinya emulsi antara lumpur minyak dengan air yang terdiri dari alkylaryl sulfonate 10, alcohol compound 10, phenolic material 2, dan heavy aromatic distilate 78.
Fungsi dari TD-02.SB adalah sebagai pengadisi ion polyvalen untuk menetralisir asam kuat atau beban elektrik, sebagai petroleum demulsifier untuk memisahkan lumpur minyak dengan air dan mencegah emulsi
antara minyak dengan air, sebagai non ionik surfaktan yang tidak menimbulkan pengaruh pada perubahan dalam air sadah, dan sebagai aditif minyak pelumas. Keuntungan dari penggunaan demulsifier jenis ini,
antara lain mempunyai kestabilan yang baik dalam suasana larutan pH rendah maupun tinggi pada wilayah, suhu, dan konsentrasi yang beragam dan sesuai apabila dipadukan dengan anionik dan kationik surfaktan.
Untuk cara pemakaiannya pun cukup sederhana, yaitu cukup disemprotkan pada emulsi lumpur minyak
dengan dibantu pengadukan, tanpa dilakukan pengenceran. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi Demulsifier TD‐02. SB
Bentuk Cairan Kekuning-kuningan
Kekentalan 563 cp
Titik Didih 293
˚C Berat Jenis
0,95 pH 5 larutan
5,5 – 7,5 Putranto 2002
III. METODE PENELITIAN