Alat yang digunakan fitoplankton untuk berfotosintesis terletak pada kloroplast yang didalamnya terdapat klorofil serta pigmen-pigmen fotosintesis
lain. Klorofil pada tumbuhan terdiri dari klorofil-a, b,c, d dan klorofil - e. Namun, klorofil - a adalah tipe klorofil yang paling penting dalam proses fotosintesis dan
yang paling umum terdapat pada fitoplankton Nontji, 2002. Oleh sebab itu, kandungan klorofil-a sering digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton
suatu perairan. Pigmen-pigmen fotosintesis mampu mengabsorbsi energi matahari dan merubahnya menjadi energi kimia Sitorus, 2009. Spektrum cahaya matahari
yang hampir semuanya diabsorbsi oleh klorofil ialah sinar violet dan merah sedangkan cahaya hijau hampir seluruhnya dipantulkan. Klorofil-a mampu
mengabsorbsi cahaya secara maksimal pada panjang gelombang 430 nm – 660 nm
Basmi, 1999. Semua klorofil memiliki sifat fluorosence yakni apabila mendapat penyinaran
dengan spektrum cahaya tertentu, maka cahaya yang diteruskan adalah pada spektrum yang berlainan. Klorofil yang diamati melalui satelit sangat dipengaruhi
oleh bagaimana pigmen tersebut mempengaruhi warna perairan. Pigmen klorofil-a dan klorofil-b memiliki tingkat absorbsi yang tinggi pada kanal biru dan merah
Curran, 1985.
2.5 Pengaruh Tumpahan Minyak Terhadap Fitoplankton
Minyak dapat menyebabkan kematian fitoplankton dan mengurangi fotosintesisis oleh fitoplankton. Namun, pada konsentrasi rendah minyak justru
dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton. Pengaruh minyak tersebut bergantung pada jumlah dan jenis minyak. Jenis minyak terdiri dari light oils dan
heavy oils. Jenis light oils lebih berbahaya terhadap kelangsungan hidup biota
namun tingkat racunnya akan berkurang akibat adanya beberapa komponen yang mudah menguap. Sedangkan heavy oils akan berpengaruh pada biota karena
proses penutupan perairan oleh tumpahan minyak Jones, 2001 Polutan minyak di laut banyak mengandung hidrokarbon yang bersifat toksik
bagi organisme di dalamnya termasuk fitoplankton. Secara umum sifat toksik tersebut berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan aktifitas fotosintesis
fitoplankton Mukhtasor, 2007. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lee et al. 2009 adanya tumpahan minyak pada perairan menyebabkan konsentrasi klorofil-
a menurun 45-50 dari kondisi normal sebelum terjadi tumpahan minyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa tumpahan minyak berpengaruh negatif terhadap
kepadatan fitoplankton. Pada dasarnya, sifat minyak yang mudah membentuk lapisan tipis di
permukaan perairan dapat mengurangi penetrasi cahaya sehingga akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Hal ini, akan
mengganggu proses fotosintesis fitoplankton sehingga memungkinkan musnahnya populasi fitoplankton. Penelitian yang dilakukan Gonzalez et al.
2009 menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton dan konsentrasi klorofil pada perairan yang mengandung minyak akan menurun dalam jangka waktu yang
cukup cepat. Selain itu, Gonzalez et al. 2009 juga menyatakan bahwa minyak
mengandung Policlinic Aromatic Hydrocarbon PAHs yang bersifat sangat toksik meskipun mudah menguap. Selain hidrokarbon yang bersifat racun, minyak
juga mengandung senyawa-senyawa nutrien seperti nitrogen, belerang dan
oksigen. Namun, kadarnya sangat sedikit yakni hanya sekitar 0 – 2 dari total
seluruhnya. Fraksi minyak terlarut dapat bersifat mematikan bagi fitoplankton apabila berkisar antara 0,1
– 1 mgL Mukhtasor, 2007.
2.6 Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor