3
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Persiapan Wadah dan Media Budidaya
Persiapan wadah dimulai dengan pembuatan wadah dan pemasangan sistem.Wadah budidaya yang digunakan adalah ember dengan ketinggian 17 cm
dan diameter 20 cm dengan saluran outlet berdiameter 2,2 cm. Sistem budidaya yang digunakan adalah sistem air mengalir dengan sumber air dari sumur bor
yang ditampung dalam tandon berukuran 3 ton. Air dari tandon kemudian dialirkan menggunakan selang aerasi berdiameter 0,5 cm. Debit aliran yang
digunakan adalah 1.000 mlmenit untuk volume air pada wadah sebesar 100 cm x 25 cm x 2 cm atau sekitar 5.000 ml Chumaidi et al., 1988 atau sebesar
20menit dari volume air, karena volume air yang dipakai sebesar 628 ml 3,14x10 cm x10 cm x2 cm maka debit dipertahankan pada kecepatan 125,6
mlmenit atau dibulatkan menjadi 126 mlmenit. Pengaturan debit dilakukan dengan mengatur klep saluran yang ada pada tiap wadah. Wadah percobaan dapat
dilihat pada Gambar 1 dan desain sistem pada Gambar 2. 20 cm
2,2 cm 1
17cm 2
3
Keterangan : 1.
Air dengan ketinggian 2 cm dari permukaan substrat 2.
Substrat dengan ketinggian 6 cm dari dasar wadah 3.
Saluran pembuangan
Gambar 1. Desain wadah percobaan tampak samping.
4
S1 P1 A2 S2 P3
A1 S3 P2 A3
Keterangan : T : Tandon air : Inlet
: Outlet A : Pupuk Kotoran Ayam Fermentasi PKAF
P : Pupuk Kotoran Puyuh Fermentasi PKPF S : Pupuk Kotoran Sapi Fermentasi PKSF
Gambar 2. Denah percobaan budidaya sistem air mengalir Media budidaya dibuat dengan mencampurkan pupuk perlakuan dan
lumpur dengan perbandingan 1:1. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang fermentasi dari kotoran ayam, kotoran sapi dan kotoran burung puyuh.Pupuk
kotoran sapi dan pupuk kotoran ayam yang digunakan berasal dari peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor di Darmaga, sedangkan pupuk
kotoran burung puyuh diperoleh dari peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor di Cilibende.
Pembuatan pupuk fermentasi didahului dengan pembuatan larutan aktivator, yaitu gula pasir sebanyak ¼ sendok makan 3,75 g dan EM
4
Effective Microorganism
4
sebanyak 4 ml dicampur ke dalam 300 ml air. Larutan ini digunakan untuk 10 kg pupuk perlakuan. Larutan aktivator tersebut dicampurkan
dengan Pupuk dan diaduk merata. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam plastik tertutup selama 5 hari. Setelah 5 hari, kotoran dijemur dengan bantuan
cahaya matahari langsung hingga kering Fadillah, 2004. Pupuk yang telah difermentasi selanjutnya dianalisis kandungan bahan
organik, kadar C-Organik serta kadar N-Organiknya. Metode yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan hasil analisis laboratorium terhadap
ketiga pupuk dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 3.
5
Tabel 1. Hasil analisis bahan organik dan CN pada pupuk yang digunakan dalam
penelitian
No Bahan
TOM Bobot Kering
CN 1 Pupuk Kotoran Ayam Fermentasi PKAF
40,89 5,83
2 Pupuk Kotoran Puyuh Fermentasi PKPF 41,73
8,12 3 Pupuk Kotoran Sapi Fermentasi PKSF
38,21 14,42
Media budidaya yang sudah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam wadah setinggi 6 cm. Wadah kemudian dialiri dengan air, lalu diatur agar air yang
dimasukkan setinggi 2 cm. Setelah air dimasukkan kemudian didiamkan selama 10 hari. Pada saat didiamkan selama 10 hari, wadah ditutup agar tidak ada hama
pengganggu seperti lalat yang masuk. Setelah 10 hari didiamkan, kemudian cacing sutra ditebar. Cacing ini
diperoleh dari pengumpul cacing yang ada di wilayah Pasar Cibeureum, Kab. Bogor. Cacing ditebar secara merata dengan kepadatan 150 g m
2
atau sebanyak 4,71 gwadah.
Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pupuk secara harian. Pupuk yang diberikan adalah pupuk perlakuan yang telah difermentasi
menggunakan aktivator EM
4
. Pupuk perlakuan yang digunakan adalah pupuk kandang dari kotoran sapi, ayam dan puyuh. Pemberian pupuk berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Findi 2011 yakni setiap satu kali sehari dengan dosis pupuk yang diberikan yaitu sebanyak 2,5 x biomassa cacing wadah
untuk pupuk kotoran sapi fermentasi. Karena pupuk kotoran ayam fermentasi dan kotoran puyuh fermentasi memiliki kadar air yang berbeda maka jumlah yang
diberikan harus disamakan berdasarkan bobot keringnya dengan pupuk kotoran sapi fermentasi sehingga pemberian pupuk kotoran ayam fermentasi sebanyak
1,43 x biomassa cacing wadah dan pupuk kotoran burung puyuh sebanyak 1,15 x biomassa cacing wadah. Pupuk diberikan dengan cara ditebar secara merata
setelah aliran air dihentikan terlebih dahulu. Setelah penebaran pupuk, 10 menit kemudian air dapat dialirkan kembali ke dalam wadah.
Pengambilan contoh sampling cacing sutra dan parameter lingkungan dilakukan setiap 10 hari sekali. Sampling cacing sutra dilakukan pada 3 tempat
dalam setiap wadah, yaitu inlet pemasukan, tengah, dan outlet pengeluaran.
6
Sampling dilakukan dengan memasukkan pipa berdiameter 2,2 cm luas permukaan lubang 4,9 cm
2
ke dalam substrat, lalu pipa diangkat dengan menutup lubang bagian bawah. Substrat yang telah diambil kemudian ditampung dalam
seser lalu dicuci dengan air mengalir. Substrat yang telah dibersihkan kemudian disebarkan ke dalam baki, lalu kemudian cacing dipisahkan dari substrat dalam
baki tersebut dengan menggunakan pipet.
2.2 Rancangan Percobaan