67 yang berada di antara Kelurahan Jebres dan Kelurahan Tegalharjo serta di
antara Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Purwodiningratan dan Kelurahan Sudiroprajan.
c Jalan Lokal
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah
dan jumlah kendaraan yang masuk tidak dibatasi. Jenis jalan ini tersebar di semua kelurahan di Kecamatan Jebres.
d Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan
rata-rata rendah. Jenis jalan ini tersebar di semua kelurahan di Kecamatan Jebres.
b. Aksesibilitas yang menurunkan nilai lahan.`
Aksesibilitas lahan yang dianggap dapat menurunkan nilai jual lahan adalah jarak dari rel kereta api dan sungai. Akan tetapi dalam kondisi tertentu
dan bersifat mendesak faktor ini diabaikan. Pramadani, 2004: 43. Di Kecamatan Jebres daerah yang dilintasi oleh rel kereta api adalah Kelurahan
Pucangsawit, Kelurahan Jebres, Kelurahan Jagalan dan Kelurahan Purwodiningratan. Kecamatan Jebres juga dilewati oleh aliran Bengawan
Solo, kelurahan yang dilewati adalah Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Sewu, dan Kelurahan Jebres. Banjir yang terjadi tahun 2007 yang lalu
menyebabkan sebagian penduduk di kelurahan yang dilewati kali tersebut direlokasi ke beberapa tempat.
5. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak pada dasamya digunakan untuk keperluan tambahan pemerintah dan dapat juga sebagai kebijaksanaan terhadap publik yang dinilai cukup obyektif.
Tidak ada pemerintah yang dapat bertahan tanpa memungut dan mengumpulkan pajak Barlowe, 1978 dalam Wafda 2004: 11. Kekuatan untuk memungut pajak
adalah suatu kekuatan yang didasarkan pada undang-undang nasional.
68 Pajak lahan di Indonesia sudah dikenakan kepada pemilik sejak zaman
penjajahan Belanda dengan nama landrente. Setelah Indonesia merdeka, landrente tetap digunakan tetapi namanya diubah menjadi Pajak Bumi dan
selanjutnya diganti dengan Pajak Hasil Bumi. Untuk mempermudah dan menyederhanakan penarikan pajak lahan, mulai 1986 diperkenalkan adanya PBB
Pajak Bumi dan Bangunan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985. Pengertian yang terkandung di dalamnya sangat luas karena dapat
berarti bumi saja atau bangunan saja, atau bumi dan bangunan yang berada di atas atau di bawahnya dan besarnya pajak tidak tergantung pada pemilik atau subjek
pajak. Hal tersebut sesuai dengan amandemen Undang-undang No. 12 Tahun 1994.
Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan suatu wilayah bergantung kepada jumlah objek pajak dan jenis objek pajak yang berada di wilayah tersebut.
Besarnya penerimaan pajak di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Kecamatan Jebres Bulan Juli Tahun 2009
Realisasi Penerimaan No
Kelurahan SPPT Lbr
Jumlah Rp 1
Kepatihan Kulon 67
20.458.271 8.41
2 Kepatihan Wetan
194 74.766.579
18.24 3
Sudiroprajan 653
81.848.610 19.77
4 Gandekan
199 18.819.677
7.38 5
Sewu 373
33.356.298 15.95
6 Pucangsawit
1536 111.213.347
15.89 7
Jagalan 304
20.259.996 5.82
8 Purwodiningratan
92 32.169.577
6.63 9
Tegalharjo 275
47.270.676 9.88
10 Jebres
2090 216.388.644
13.21 11
Mojosongo 2348
180.465.729 14.61
Jumlah 8128
827.017.404 13.04
Sumber:Laporan Bulanan Penerimaan PBB kecamatan Jebres
69 Dari Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Jebres sampai pertengahan tahun 2009 baru sampai 13, 04 yaitu sebesar Rp. 827.017.404. Penerimaan pajak terbesar yaitu dari
Kelurahan Jebres sebesar Rp. 216.388.644 dan penerimaan terkecil berasal dari Kelurahan Sewu sebesar Rp. 20.259.996. Kesadaran pembayaran pajak juga dapat
dilihat dari tabel tersebut, yaitu pada tabel prosentase realisasi penerimaan pajak. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kesadaran membayar pajak terbesar yaitu
Kelurahan Sudiroprajan dengan persentase pembayaran 19,77, sedangkan kesadaran pembayaran pajak terendah adalah Kelurahan Jagalan dengan
persentase 5,82
70
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan