“ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf, yang dikeluarkan diistimbatkan
dari dalil- dalil yang jelas tafshili”.
19
3 Sedangkan Jalalul Malali mendifinisikan Fiqih sebagai :
“ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah yang diusahakan memperolehnya dari dalil yang
jelas tafshili”.
20
Jadi, dapat disimpulkan tentang definisi Fiqih secara terminologi menurut pendapat para ahli Fiqih terdahulu, yaitu:
“Ilmu tentang hukum syara’ tentang perbuatan manusia amaliah yang diperoleh melalui dalil-
dalinya terperinci.”
21
Yang menjadi dasar pendorong bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu Fiqih ialah:
1 Untuk mencari kebiasaan paham dan pengertian dari agama Islam
2 Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan
kehidupan manusia 3
Kaum muslimin harus bertafaqquh artinya memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang
aqidah dan akhlaq maupun dalam bidang ibadat dan mu’amalat
22
19
Ibid., h.26.
20
Ibid., h.28.
21
Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 2010, h.19.
22
Nazar Bakry, Fiqih Ushul Fiqih, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h.5-7.
Fiqih dalam Islam sangat penting fungsinya karena ia menuntun manusia kepada kebaikan dan bertaqwa kepada Allah SWT. Setiap saat
manusia itu mencari atau mempelajari keutamaan Fiqih, karena Fiqih menunjukkan kita kepada sunnah Rasul serta memelihara manusia dari
bahaya-bahaya kehidupan. Seseorang yang mengetahui dan mengamalkan Fiqih akan menjaga diri dari kecemaran dan lebih takut
dan disegani oleh masuhnya. Lebih jelasnya tujuan mempelajari ilmu Fiqih adalah “menerapkan hukum syara” pada setiap perkataan dan
perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan-ketentuan Fiqih itulah yang digunakan untuk memutuskan segala perkara dan menjadi dasar fatwa,
dan bagi setiap mukallaf akan mengetahui hukum syara ” pada setiap
perbuatan atau perkataan yang mereka lakukan.
23
Obyek pembahasan Ilmu Fiqih adalah perbuatan orang dewasa mukallaf dipandang dari ketetapan hukum syariat Islam. Jadi seorang
Al-Faqih Ahli Hukum Islam, membahas tentang jual-beli mukallaf, tentang sewa-menyewanya, tentang penggadaiannya, tentang membuat
wakilnya, tentang
sholat dan
puasanya, tentang
hajinya, pembunuhannya, tuduhannya, pencuriannya, tentang ikrar dan
wakafnya, supaya dia mengerti tentang hukum syariat Islam dalam semua tindak dan perbuatannya.
24
23
Syafi’i Karim, Fiqh Ushul Fiqh, Solo: CV Pustaka Setia, 1991, h. 55.
24
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih,, Jakarta: Pustaka Amani, 2003, h.2-3.
Tujuan mempelajari ilmu Fiqih yaitu menerapkan hukum- hukum syariat Islam tentang perbuatannya dan ucapan manusia. Jadi,
ilmu Fiqih itu adalah rujukan tempat kembali seorang hakim qadhi dalam keputusannya, rujukan seorang mufti dalam fatwanya, dan
rujukan seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syariat dalam ucapan dan perbuatannya. Inilah tujuan yang dimaksudkan dari semua
undang-undang untuk umat manusia, karena dari undang-undang itu tidak dimaksudkan kecuali untuk menerapkan materi hukumnya
terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Selain itu juga untuk membatasi setiap mukallaf terhadap hal-hal yang diwajibkan atau
diharamkan baginya
25
Indikator Pemahaman Materi Fiqih 1
Paham dengan materi Fiqih yang disampaikan guru. 2
Dapat mengembengkan materi Fiqih yang telah diajarkan guru. 3
Selalu memperhatikan saat guru menjelaskan tentang materi Fiqih. 4
Aktif dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi Fiqih. 5
Memiliki ide-ide kreatif dalam mengembangkan materi Fiqih. 6
Mengamalkan ajaran Fiqih dalam kehidupan sehari-hari. 7
Selalu mengeluarkan pendapat dan ide-ide saat berdiskusi materi Fiqih.
8 Bisa menjawab pertanyaan sesuai dengan materi Fiqih.
25
Ibid.,h.5.
c. Metode dan Teknik Pembelajaran Fiqih
Pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan. “Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah ini meliputi Fiqih ibadah dan Fiqih muamalah, yang menggambarkan
bahwa ruang lingkup Fiqih mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah S.W.T
dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya Hablum Minallah Wa Hablum Minannas
”.
26
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang
berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.
Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, “metode” adalah: “Cara yang teratur
dan terpikir baik- baik untuk mencapai maksud”. Dalam konteks bahasa
26
Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004, h.48.
Arab, istilah metode dapat disandarkan pada kata thariqah.
27
Semakin baik metode yang digunakan akan semakin efektif dan efisien pula
pencapaian tujuannya. Di dalam menyampaikan materi Fiqih kepada peserta didik,
guru dituntut penguasaan bahan materi, guru juga mampu memilih metode yang tepat dan efktif. Sehingga pengajaran dapat menarik minat
dan membawa peserta didik untuk lebih mengerti dan memahami materi yang disampaikan. Adapun metode yang lazim digunakan adalah
sebagai berikut:
28
1 Metode Ceramah
Adalah suatu cara untuk menyampaikan materi Fiqih kepada anak didik dengan jalan penuturan secara lisan.
2 Metode Tanya Jawab
Adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya, sedangkan peserta didik menjawab tentang materi Fiqih
yang diperoleh peserta didik. 3
Metode Resitasi Adalah metode di mana peserta didik diberi tugas khusus di luar
jam pelajaran atau pemberian tugas di rumah.
27
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. I, h.40.
28
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h.34-47.
4 Metode Diskusi
Adalah suatu metode penyampaian materi Fiqih dengan mendiskusikan yang sifatnya untuk dipecahkan bersama.
5
Metode Drill Latihan Ulang
Adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih peserta didik mengingat materi Fiqih yang sudah
diberikan digunakan untuk melatih keterampilan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu dan melatih peserta didik untuk
berfikir cepat serta memperkuat daya tangkap peserta didik terhadap materi Fiqih.
7 Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau
peserta didik sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada peserta didik lain kelas tentang wudhu atau cara melakukan sesuatu.
3. Wudhu
a. Pengertian Wudhu
Di dalam kamus bahasa arab “al Wudhu” dengan dhommah, berarti pekerjaan bersuci dan dengan huruf wawunya Wadhu, berarti
air yang dipergunakan untuk berwudhu.
29
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut
syara’ artinya membersihkan anggota wudhu untuk
menghilangkan hadats kecil.
30
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah seorang ahli bahasa menjelaskan bahwa jika dikatakan wadhu’ ْءوضوْلا, maka yang
dimaksud adalah air yang digunakan berwudhu. Bila dikatakan wudhu ْءوضولا, maka yang diinginkan di situ adalah perbuatannya. Jadi,
wudhu adalah perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu.
31
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy- Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu
terambil dari kata al- wadho’ah kesucian ْءوضوْلا. Wudhu disebut
demikian, karena orang yang sholat membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.”
32
29
Abubakar Muhammad, Terjemah Subulus Salam, Surabaya : Al Ikhlas, 1998, h.95
30
Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2015, h.16.
31
Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, An-Nihayah Fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, Mesir: Jannatul Afkar, 2008, Cet. Ke-5, h.428.
32
Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqulani, Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari, Jakarta Selatan: Pustaka Azam, 2001, Cet.Ke-I, h.306.
Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan Hafishohulloh:
:
Artinya: maka wudhu adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada anggota-anggota badan yang empat wajah,
tangan, kepala dan kaki berdasarkan tata cara yang khusus menurut syariat
”.
33
Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan kepada Allah Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh
tertentu dengan tata cara yang khusus. Dasar disyari’atkan melakukan wudhu ditegaskan berdasarkan 3
macam alasan, yakni sebagai berikut: 1
Firman Allah dalam surat Al-Maidah 5 : 6
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
34
33
Abdullah bin Muhammad Al Thoyaar, Kitab Riasalah fi Al-Fiqh Al-Muyassar Riyadh: Madar Al-Wathoni Lin Nasyr, tt, Cet.Ke- I, h.19.
34
Al- Qur’an,5 Al-Maidah : 6.
2 Sabda Rasulullah
Artinya: Allah tidak menerima shalat salah seorang diantaramu bila ia berhadats, sehingga ia berwudhu
”. HR. Al-Bukhari dan Muslim
3 Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak zaman Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga
tidak dapat disangkal lagi bahwa ia adalah ketentuan yang berasal dari agama.
35
b. Rukun Wudhu