SURVEI JUMLAH SPESIES, DOMINANSI, DAN PENYEBARAN GULMA PADA TINGKAT DIVISI, WILAYAH, DAN LOKASI PERKEBUNAN NANAS PT.GREAT GIANT PINEAPPLE PLANTATION GROUP 3 DI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

SURVEI JUMLAH SPESIES, DOMINANSI, DAN PENYEBARAN GULMA PADA TINGKAT DIVISI, WILAYAH, DAN LOKASI PERKEBUNAN NANAS

PT. GREAT GIANT PINEAPPLE PLANTATION GROUP 3 DI LAMPUNG

Oleh

Muhammad Alghazali Qurtubi

Salah satu permasalahan dari produksi buah nanas yang dialami oleh PT. GGP adalah gulma. Gulma harus dikendalikan dengan teknik yang tepat. Pentingnya mengetahui pengendalian yang tepat dimulai dari mengetahui jenis-jenis gulma.

Penelitian telah dilakukan menggunakan metode survei dengan Rancangan Tersarang. Penentuan petak adalah sebagai berikut: dari dua divisi di Plantation Group Tiga PT.GGP Plantation Group 3 yakni divisi 5 dan divisi 6, masing masing akan ditentukan secara acak dua wilayah. Kemudian dari dua wilayah akan ditentukan secara acak tiga lokasi dan dari tiga lokasi akan diambil secara acak dua petak. Petak adalah hamparan pada seksi berukuran 10 m x 10 m. Setiap petak dibagi menjadi lima unit sampel yakni unit sampel 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Ukuran Unit sampel adalah berturut-turut 0,5 m x 0,5 m ;1 m x 1 m ; 2 m x 2 m ; 4 m x 4 m ; 8 m x 8 m ; 10 m x 10 m.


(2)

Survei gulma pada PT.GGP Plantation Group 3 menghasilkan informasi maksimum spesies gulma yang bisa di gali berada pada unit sampel 10m x 10m. Spesies gulma yang ditemukan sebanyak 49 jenis spesies gulma. Lima gulma dominan di PT.GGP Plantation 3 adalah Asistasia gangetica dengan SDR 8,10 %, Brachiaria eruciformis dengan SDR 6,15%, Boreria alata dengan SDR 5,41%, Scoparia dulcis dengan SDR 5,19%, dan Dactyloctenium aegyptium dengan SDR 5,13 %. Gulma menurut

golonganya, gulma daun lebar mendominasi pertanaman nanas pada PT.GGP Plantation Group 3 dengan SDR 67,64 dan 29 jenis spesies gulma disusul gulma golongan rerumputan dengan 15 jenis spesies dan nilai SDR 23,47%, terakhir gulma golongan teki dengan 5 jenis spesies dan SDR 8,89 %. Gulma pada divisi, wilayah, dan lokasi tidak berbeda nyata, gulma menyebar rata di PT.GGP Plantation 3.

Ekstrapolasi menggunakan spesies acumulation curve, dari enam unit sampel tersebut menunjukkan bahwa unit sampel yang dapat menduga jumlah spesies terbanyak yang ada pada penelitian ini adalah unit sampel 4 (4m x 4m) dengan dugaan spesies


(3)

(4)

SURVEI JUMLAH SPESIES, DOMINANSI, DAN PENYEBARAN GULMA PADA TINGKAT DIVISI, WILAYAH, DAN LOKASI PERKEBUNAN

NANAS PT. GREAT GIANT PINEAPPLE PLANTATION GROUP 3 DI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD ALGHAZALI QURTUBI

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 8 juni 1988. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Ketiganya adalah seorang kakak perempuan dan dua orang adik laki-laki. Putra pertama dari pasangan Bapak Santunan Effendi dan ibu Baniyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Al-Hidayah di Bengkulu pada tahun 1995, Pendidikan Dasar dimulai pada tahun yang sama di SD Negeri 72 Bentiring Bengkulu, kelas 3 SD pindah ke SD Negeri 89 Korpri Bengkulu, lalu pada bulan Desember tahun 1999 sebelum gempa besar terjadi di Bengkulu orang tua pindah tugas ke Provinsi Lampung, akhirnya SD pun pindah ke SD Negeri 2 Sumberejo Bandar Lampung dan menamatkan SD pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2004. Kemudian Sekolah Menengah Atas diterima di SMA Plus Rintisan Unesco Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung, Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB). Seiring berjalannya waktu, Program Ptudi Agronomi dilebur bersama tiga Program Studi lainya menjadi satu Jurusan yang diberi nama Agroekoteknologi. Selang satu tahun kemudian, namanya berubah lagi menjadi Jurusan Agroteknologi.


(8)

Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan Kuliah Lapang di Malang dan DIY Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2011 dengan peristiwa yang takkan terlupakan, juga melaksanakan praktik umum di PT. Great Giant Pineapple pada bulan Juli tahun 2010.

Selain Kuliah penulis juga terlibat aktif dalam organisasi internal dan eksternal kampus. Penulis pernah menjadi Keluarga Muda (Kamu) FOSI Fakultas Pertanian 2007-2008, Korp Muda Bem (KMB) Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas KBM UNILA 2008-2009, dan Staff Ahli Departemen Luar Negeri BEM U KBM UNILA 2009-2010,

Organisasi eksternal kampus, penulis bergabung di Aliansi Perancis Lampung sejak 2008 hingga kini, sejak bergabung di Aliansi Perancis Lampung penulis banyak belajar bahasa perancis baik secara pasif dan aktif, penulis telah beberapa kali menjadi tour guide orang-orang Perancis, mulai dari mahasiswa, dosen dan lain sebagainya.

Pada tahun 2008 menjadi tour guide Phanette BARRAL, Jean Baptiste BING, dan Claire BARNERON serta menjadi guide penelitian S2 mahasiswa Perancis Claire DURAND di Way Kanan, Lampung Utara, Tanggamus, dan Lampung timur. Tahun 2009 kembali menjadi tour guide orang-orang perancis diantaranya Marie-alice Doubuilli, Alix Fouche, Marie Le Creurer, dan orang-orang Madagascar yakni Ramampy Mbolatinia, Tantely Antananrivo.


(9)

Tahun 2010 menemani Yolande TRAN, Anne-Laure BRIE, dan Letitia buffet. Tahun 2011, Melani STAHL, Sofie MONTIUS, Laure De MONTARNAl, dan Claire DURAND kembali lagi dengan riset S3 nya di Lampung Utara, Way Kanan dan Bandar Lampung. Tahun 2012 guide tour orang-orang Madagascar yakni Mia dan Eli. Terakhir tahun 2013 menjadi tour guide penelitian S2 Maela MADEC di Semendo Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatra Selatan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Selain aktif di organisasi penulis juga aktif berwirausaha, sejak 2009 penulis menjalankan bisnis multilevel marketing K-Link, pada tahun yang sama pula penulis juga membangun usaha konvensional di bidang perkopian fokusnya adalah ke kopi luwak. Sejak pertama hingga kini telah beberapa kali berganti logo dan kemasan, sampai sekarang menggunakan logo Dr.Coffee dan kemasan

Alumunium foil kedap udara. Usaha-usaha lain yang sebelumnya pernah penulis alami adalah berjualan donat, jual roti, jual alat tulis, pulsa berjalan, jasa fotocopy, jualan buku kuliah, jualan keripik bayam, jualan keripik genjer, usaha musiman jasa pendaftaran SNMPTN. Semua penulis alami dengan menghilangkan rasa malu dan gengsi.

Akhirnya penulis memiliki impian untuk bisa S2 dan S3 di Eropa terutama Perancis, meskipun penulis terlambat menyelesaikan kuliah. Dan juga penulis memiliki impian untuk bekerja, berbisnis, dan tinggal di Paris Perancis suatu saat nanti. Aamiin.


(10)

Aide de toi, Le Ciel t’aidera

(

Tolonglah Dirimu, Niscaya Allah Akan Menolongmu

)

******

Tidak ada orang yang gagal di dunia ini, yang ada hanyalah

orang yang berhenti sebelum garis finish


(11)

Atas semua pengorbananmu,

jerih payahmu,

tetesan keringatmu,

dan kasih sayangmu,

kupersembahkan karya besarku ini

untukmu ayahanda dan ibunda tercinta


(12)

i SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat iman dan islam dan kesehatan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Dad R. J. Sembodo, M. S. selaku Ketua Tim Penguji dan

Pembimbing Pertama atas saran, pengarahan, kesabaran, semangat, motivasi, dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. FX. Susilo, M.Sc. selaku Sekertaris Tim Penguji,

pembimbing kedua atas saran, bimbingan, pikiran, semangat, motivasi, waktu, dan bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ir. Herry Susanto, M.P. selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan, semangat, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat M.Si selaku Ketua Jurusan


(13)

ii dan memberikan saran demi kebaikan penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Seluruh Dosen Agroteknologi yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Keluarga tercinta, ayah penulis Santunan Effendi, ibu Baniyah tercinta, kakak penulis Arie Primasari, S.Si., kakak ipar penulis Budi Kurniawan serta adik-adik penulis Rasyid Trisandi, Nashoha Sandia Ramadhan yang selalu

memberikan doa, semangat serta dorongan moril dan materiil dalam mencapai cita-cita.

8. Rekan-rekan penulis Waskita, Akhmad Komarudin, atas pengorbanan dan segala bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa dan semua rekan-rekan Agroteknologi 2007 atas kebersamaan dan persahabatannya.

9. Temen-temen rumah perancis, Mas Ucup, Em Gandi, Mba Vana, Gusti, Feri, Kiki, Mutia, Kak Toni, Kak Inop, Ayuk Dora, Holger, Om Dodo, Selvi Pongke dan semua teman-teman yang punya mimpi yang sama yakni Paris. 10.Native speaker yang sudah banyak membantu penulis belajar bahasa dan

budaya Perancis, Jean-Baptiste BING, Claire BARNERON, Marie-Alice DEBOUILLE, Yoland TRAN, dan Laure De MONTARNAL. Merci a vous. A bientot a Paris, 2014. Je te jure !

11.Teman-teman BEM U KBM UNILA KCB 2008-2009 mulai dari Presiden BEM, Wakil Presiden, Menteri-menteri Kabinet, Asisten Menteri, Staff Ahli, dan Korps Muda Bem. Kamu semua Luar Biasa.


(14)

iii 12.Teman-teman wirausaha muda yang ada di Lampung, terus semangat kejar

Omzet dan utamakan service.

13. Teman-teman K-Link Upline dan Downline tercinta, tetap semangat rekrut terus, kejar omzet, walaupun saya berhenti sebelum finish, tetapi ada kemungkinan suatau saat nanti saya akan kembali berjuang.

14.Terakhir untuk orang selalu menemani selama 2,5 tahun ini, yang selalu menyemangatiku untuk segera menyalesaikan skripsi, Monamour, Momon, Ma Cherie Yustinia Mujim.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2014


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tanaman Nanas ... 10

2.2 Persaingan Gulma dengan Tanaman Budidaya ... 12

2.3 Jenis Gulma pada Perkebunan Nanas ... 13

2.4. Sejarah Penggunaan Lahan ... 15

2.5 Survei dan Pemetaan ... 15

2.6 Rancangan Tersarang ... 18

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 19

3.3.1 Penentuan Petak ... 19

3.3.2 Pengamatan Gulma ... 23

3.3.3 Pendataan Gulma ... 25

3.3.4 Variabel-variabel pengamatan ... 25


(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Survei Gulma ... 27

4.1.1 Jumlah Spesies dan Dominansi Gulma Pada PT.GGP Plantation Group 3 ... 27

4.1.1.1 Jumlah Spesies dan Dominansi Gulma pada Divisi-divisi di PT.GGP Plantataion Group 3... 29

4.1.1.2 Jumlah Spesies dan Dominansi Gulma pada Wilayah-wilayah di PT.GGP Plantataion Group 3 .... 33

4.1.1.3 Jumlah Spesies dan Dominansi Gulma pada Lokasi-lokasi di PT.GGP Plantataion Group 3 ... 41

4.1.2 Penyebaran Gulma di Plantation Group 3 ... 49

4.1.3 Penyebaran Gulma di Divisi-divisi pada Plantation Group 3 ... 51

4.1.4 Jumlah Spesies Gulma ... 54

4.1.5 Spesies Accumulation Curve ... 61

4.2 Pembahasan ... 64

V . KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

PUSTAKA ACUAN ... 71


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halamaan

1. Petak dan Posisinya pada Setiap Seksi ... 20 2. Unit Sampel ... 24 3. Jenis dan dominansi gulma di PT.GGP Plantation Group 3

pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 28 4. Dominansi gulma menurut golongan gulma di PT. GGP

Plantation Group 3 ... 29 5. Jenis dan dominansi gulma Divisi 5 di PT.GGP Plantation Group 3

pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 30 6. Dominansi gulma menurut golongan gulma di Divisi 5 ... 31 7. Jenis dan dominansi gulma Divisi 6 di PT.GGP Plantation Group 3

pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 32 8. Dominansi gulma menurut golongan gulma di Divisi 6 ... 33 9. Jenis dan dominansi gulma Wilayah 14 di PT.GGP

Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 34 10.Dominansi gulma menurut golongan gulma di wilayah 14 ... 35 11.Jenis dan dominansi gulma Wilayah 16 di PT.GGP

Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 36 12.Dominansi gulma menurut golongan gulma di wilayah 16 ... 37 13.Jenis dan dominansi gulma Wilayah 19 di PT.GGP

Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 38 14. Dominansi gulma menurut golongan gulma di wilayah 19 ... 39 15. Jenis dan dominansi gulma Wilayah 21 di PT.GGP

Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) ... 40 16.Dominansi gulma menurut golongan gulma di wilayah 21 ... 41


(18)

17. Jenis dan dominansi gulma Lokasi 501, Lokasi 510, dan Lokasi 511 di PT.GGP Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m) . 43 18.Dominansi gulma menurut golongan gulma di Lokasi 501,

Lokasi 510, dan Lokasi 511 ... 43

19. Jenis dan dominansi gulma Lokasi 528, Lokasi 536, dan Lokasi 537 di PT.GGP Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m).. 44

20. Dominansi gulma menurut golongan gulma di Lokasi 528, Lokasi 536, dan Lokasi 537 ... 44

21. Jenis dan dominansi gulma Lokasi 551, Lokasi 553, dan Lokasi 554 di PT.GGP Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m)... 45

22. Dominansi gulma menurut golongan gulma di Lokasi 551, Lokasi 553, dan Lokasi 554 ... 45

23. Jenis dan dominansi gulma Lokasi 571, Lokasi 573, dan Lokasi 574 di PT.GGP Plantation Group 3 pada unit sampel 6 (10 m x 10 m).. 46

24. Dominansi gulma menurut golongan gulma di Lokasi 571, Lokasi 573, dan Lokasi 574 ... 46

25. Simbol Gulma Dominan ... 49

26. Rata-rata nilai tengah jumlah spesies gulma sampel 1 (0,5m x 0,5m) 54 27. Rata-rata nilai tengah jumlah spesies gulma sampel 2 (1m x 1m) ... 55

28. Rata-rata nilai tengah jumlah spesies gulma sampel 3 (2m x 2m) ... 56

29. Rata-rata nilai tengah jumlah spesies gulma sampel 4 (4m x 4m) ... 57

30. Rata-rata nilai tengah jumlah spesies gulma sampel 5 (8m x 8m) ... 58

31. Rata-rata nilai tengah jumlah spesies gulma sampel 6 (10m x 10m) 59 32. Spesies Accumulation Curve ... 62

33. Nilai SDR Petak 1 ... 74

34. Nilai SDR Petak 2 ... 74

35. Nilai SDR Petak 3 ... 75

36. Nilai SDR Petak 4 ... 76

37. Nilai SDR Petak 5 ... 77

38. Nilai SDR Petak 6 ... 78

39. Nilai SDR Petak 7 ... 79


(19)

41. Nilai SDR Petak 9 ... 81

42. Nilai SDR Petak 10 ... 82

43. Nilai SDR Petak 11 ... 83

44. Nilai SDR Petak 12 ... 84

45. Nilai SDR Petak 13 ... 85

46. Nilai SDR Petak 14 ... 86

47. Nilai SDR Petak 15 ... 87

48. Nilai SDR Petak 16 ... 88

49. Nilai SDR Petak 17 ... 89

50. Nilai SDR Petak 18 ... 90

51. Nilai SDR Petak 19 ... 91

52. Nilai SDR Petak 20 ... 92

53. Nilai SDR Petak 21 ... 93

54. Nilai SDR Petak 22 ... 94

55. Nilai SDR Petak 23 ... 95

56. Nilai SDR Petak 24 ... 96

57. Jumlah Spesies di Setiap Petak pada Sampel 1- 6 ... 97

58. Sebaran Jumlah Spesies Gulma Pada Sampel 1(0,5 m x 0,5 m) ... 98

59. Anaisis Ragam Jumlah Spesies Gulma Sampel 1(0,5 m x 0,5 m) ... 98

60. Sebaran Jumlah Spesies Gulma Pada Sampel 2(1 m x 1 m) ... 99

61. Anaisis Ragam Jumlah Spesies Gulma Sampel 2(1 m x 1 m) ... 99

62. Sebaran Jumlah Spesies Gulma Pada Sampel 3(2 m x 2 m) ... 100

63. Anaisis Ragam Jumlah Spesies Gulma Sampel 3(2 m x 2 m) ... 100

64. Sebaran Jumlah Spesies Gulma Pada Sampel 4(4 m x 4 m) ... 101

65. Anaisis Ragam Jumlah Spesies Gulma Sampel 4(4 m x 4 m) ... 101

66. Sebaran Jumlah Spesies Gulma Pada Sampel 5(8 m x 8 m) ... 102

67. Anaisis Ragam Jumlah Spesies Gulma Sampel 5(8 m x 8 m) ... 102

68. Sebaran Jumlah Spesies Gulma Pada Sampel 6(10 m x 10 m) ... 103


(20)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Penentuan Petak dari Divisi – Lokasi (S1– S24 adalah Petak)

dengan Menggunakan Rancangan Tersarang ... 21

2. Posisi 24 Petak di Lapangan ... 22

3. Layout Sampel ... 24

4. Diagram Gulma Dominan dari Lokasi ke Plantation Group 3 ... 48

5. Peta Sebaran Gulma Dominan Pada Plantation Group 3 ... 50

6. Peta Sebaran Gulma Dominan Divisi 5 di Plantation Group 3 ... 52

7. Peta Sebaran Gulma Dominan Divisi 6 di Plantation Group 3 ... 53

8. Peningkatan rata-rata jumlah spesies gulma dari petak ke divisi ... 60

9. Spesies Acumulation Curve Sebelum Extrapolasi ... 62

10. Species Accumulation Curve setelah Extrapolasi ... 63

11. Layout Petak di Pertanaman Nanas Bawah Lima Bulan (Balibu) ... 104

12. Layout Petak di Pertanaman Nanas Dewasa ... 104

13. Layout Petak di Pertanaman Nanas Ratoon ... 105

14. Ketinggian Daun Tanaman Nanas Sebahu Orang Dewasa ... 105

15. Asystasia gangetica ... 106

16. Brachiaria eruciformis... 106

17. Borreria alata ... 107

18. Dactyloctenium aegyptium ... 107

19. Scoparia dulcis ... 108


(21)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas juga salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia, meskipun peran

Indonesia sebagai produsen maupun eksportir nanas segar di pasar internasional masih belum terlalu besar. Menurut (FAOSTAT, 2011) Indonesia menempati posisi ketujuh dari negara-negara penghasil nanas segar setelah negara Brazil, Thailand, Filipina, Kosta Rika, China dan India. Produksi nanas Indonesia dari tahun 2001 sampai 2010 menunjukakan geliat pertumbuhan yang cenderung meningkat, meskipun ada di beberapa tahun tertentu produksi nanas Indonesia merangkak turun.

Perkebunan nanas di PT. GGP merupakan perkebunan nenas terbesar di Indonesia. Sebagai perkebunan nanas terbesar di Indonesia, produksi tinggi merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian paling penting. Agar

mendapatkan hasil produksi yang tinggi perusahaan menerapkan teknologi dan sistem penanaman yang intensif. Penanaman yang intensif memiliki masalah-masalah yang harus dihadapi diantaranya adalah masalah-masalah gulma.

Gulma merupakan masalah serius untuk perkebunan-perkebunan besar yang berskala komersial. Hal ini karena gulma akan bersaing dengan tanaman nanas sehingga menurunkan hasil produksi. Disamping itu ada beberapa jenis gulma mengeluarkan zat alelopati atau zat penghambat pertumbuhan melalui akar dan


(22)

2

daun. Sejak tahun 1980-an, kerugian yang disebabkan oleh gulma dinyatakan sejajar dengan hama dan penyakit tanaman, hanya saja kerugian yang ditimbulkan oleh gulma sedikit demi sedikit tidak drastis dan spektakuler seperti hama dan penyakit (Mangoensoekarjo, 1983). Selain itu, kerugian yang ditimbulkan pada tanaman juga bervariasi tergantung jenis tanaman, umur tanaman, iklim dan jenis gulma (Anonim, 1984).

Gulma dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan air. Permasalahan gulma yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan tingkat pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan mempunyai permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Sebagai contoh permasalahan dan komposisi spesies gulma pada pertanaman padi sawah, padi gogo/ladang, padi gogo rancah dan padi pasang surut akan berbeda walaupun jenis pertanaman yang dibudidayakan sama yaitu padi. Pada

pertanaman perkebunan, masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola pertanaman tanaman pangan (Henry, 2007).

Pergantian jenis-jenis gulma sejalan dengan waktu dapat terjadi secara acak atau sebagai akibat adanya perubahan lingkungan dari musim ke musim atau adanya perubahan praktek-praktek agronomi yang dilakukan. Pengendalian gulma secara langsung mutlak harus dilaksanakan pada setiap sistem pertanian. Tetapi

pengendalian ini akan menimbulkan dampak yakni terjadinya perubahan komunitas gulma yang biasanya hanya bersifat sementara (Henry, 2007).


(23)

3

Masalah gulma akan berbeda pada setiap umur tanaman, hal ini tergantung pada lokasi, iklim setempat dan cahaya yang diterima (Lubis 1992). Selain itu, perbedaan umur tanaman juga menyebabkan terjadinya pergeseran dominansi gulma. Tanaman dengan persentase penutupan tajuk kecil akan ditemukan jenis gulma beragam dan sebaliknya pada tanaman dengan persentase penutupan tajuk lebih besar lebih didominasi gulma yang tahan naungan (Budiarto, 2001).

Untuk mengetahui jenis gulma yang mendominasi perlu dilakukan pengamatan populasi gulma. Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya waktu, tenaga dan dana. Untuk itu pengamatan dapat dilakukan dengan pengambilan sampel yang mewakili atau menggambarkan populasi yang beragam (Triharso, 1996). Karena luasnya areal pada perkebunan nanas PT. GGP maka pengendalian gulmanya memerlukan teknik yang tepat. Untuk mengetahui teknik pengendalian gulma yang tepat, maka kita harus mengetahui jenis-jenis gulma dan peta gulma di dalam suatu areal. Untuk mengetahui jenis-jenis dan peta gulma pada

pertanaman nenas dilakukan survei. Data survei gulma diperlukan untuk mengetahui jenis-senis gulma dan memetakannya pada setiap areal lahan perkebunan. Pemetaan gulma dibuat untuk memudahkan pengendalian gulma yang sesuai, terutama pengendalian gulma secara kimiawi mengunakan herbisida. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah berbeda jumlah spesies gulma antar divisi, wilayah, dan lokasi perkebunan nenas di PT.GGP Plantation 3 ?


(24)

4

2) Apakah berbeda dominansi gulma antar divisi, wilayah, dan lokasi perkebunan nanas di PT.GGP Plantation 3 ?

3) Apakah berbeda tingkat penyebaran gulma antar divisi, wilayah, dan lokasi perkebunan nanas di PT.GGP Plantation 3 ?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Melihat perbedaan jenis gulma antar divisi, wilayah dan lokasi perkebunan nenas di PT.GGP Plantation 3

2) Melihat perbedaan dominansi gulma antar divisi, wilayah, dan lokasi perkebunan nanas di PT.GGP Plantation 3

3) Melihat Tingkat penyebaran gulma antar divisi,wilayah, dan lokasi perkebunan nanas di PT.GGP Plantation 3

1.3 Landasan Teori

Tingkat produksi nanas di Indonesia dalam waktu 10 tahun terakhir masih menunjukkan angka yang terus meningkat walaupun dibeberapa tahun terakhir cenderung menurun (FAO). Produksi yang tinggi adalah harapan dari semua produsen nanas, terutama PT. Great Giant Pineapple. Namun untuk mencapai produksi yang tinggi tadi diperlukan teknik budidaya yang tepat. Dalam budidaya biasanya banyak masalah yang timbul, salah satu permasalahan dalam budidaya nanas adalah masalah gulma.


(25)

5

Gulma adalah tumbuhan yang merugikan dan tidak di inginkan keberadaanya pada tanaman budidaya (Wikipedia, 2010). Kemampuan Gulma untuk tumbuh dan bersaing dengan tanaman budidaya ditentukan oleh spesies gulma, kerapatan gulma, teknik budidaya yang diterapkan, lamanya persaingan, jenis dan varietas tanaman yang digunakan,serta kondisi tanah dan iklim yang ada pada areal.

Pertumbuhan gulma dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya unsur hara, air tanah, cahaya, dan ruang tumbuh. Gulma selalu berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk memperoleh unsur hara, dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mempertahankan hidupnya, gulma harus mengembangkan keturunanya. Gulma dapat memperbanyak diri secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan biji atau spora, sedangkan perbanyakan secara vegetatif dengan bagian vegetatifnya seperti rhizom, stolon, umbi dan sebagainya (Henry, 2007).

Gulma dapat tumbuh dalam kondisi apapun, bahkan pada lingkungan yang marginalpun dapat tumbuh. Hal ini dikarenakan gulma memiliki sifat umum yang dapat membedakan dengan tanaman budidaya antara lain : adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, jumlah biji yang dihasilkan banyak sekali, daya kompetisi tinggi, dormansi biji lama sekali, kesanggupan bertahan hidup pada keadaan lingkungan tumbuh yang tidak menguntungkan lebih besar, sanggup menyebar luas/berkembang biak secara vegetatif disamping pembiakan generatif (Henry, 2007).


(26)

6

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan-lahan pertanian yang digunakan secara intensif umumnya mempunyai simpanan biji dalam tanah yang lebih besar dibandingkan dengan lahan-lahan yang baru dibuka. Biji-biji gulma dan bagian vegetatif tanaman biasanya mempunyai periode istirahat yang disebut

”dormansi” (Henry,2007).

Beberapa spesies gulma dapat bermodifikasi tertentu sesuai dengan keadaan lingkungan yang dihadapinya. Contoh gulma Paspalum vaginatum pada air tawar habitusnya besar, pada air asin atau keadaan kekurangan air habitusnya kecil. Gulma Portulaca sp. pada musim hujan daunnya besar, pada musim kering daunnya kecil. Gulma pada tanah pH rendah adalah gulma yang tahan pada kadar garam tinggi. Sebagai contoh, gulma Imperata cylindrica mampu tumbuh dengan baik pada tanah sangat masam selama kondisi cahaya terbuka penuh. Gulma harendong (Melastoma malabathricum) merupakan indikator gulma di tanah masam. Gulma dari golongan pakis akan tumbuh subur pada areal yang lembab dan ternaungi. Seringkali gulma golongan pakis ini mendominasi areal

perkebunan yang telah menghasilkan, karena kondisi ekologinya yang cocok (Henry, 2007).

1.4 Kerangka Pemikiran

Perkembangan produksi nanas Indonesia yang cenderung meningkat namun dibeberapa tahun terakhir terlihat menurun, PT. Great Giant Pineapple merupakan salah satu perusahaan terbesar di sektor perkebunan nanas. Tujuan perusahaan


(27)

7

besar seperti PT.GGP adalah menghasilkan produksi yang tinggi, namun untuk menghasilakn produksi yang tinggi banyak tantangan yang harus dihadapi. Dari segi budidaya tanaman nanas masalah yang cukup menantang adalah masalah gulma.

Gulma selaku tumbuhan pesaing bagi tanaman budidaya dalam memperoleh unsur-unsur yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga produktivitas tanaman semakin rendah. Oleh karena itu keberadaan gulma pada tanaman budidaya terutama nanas sangat tidak diinginkan. Pengendalian gulma sangat perlu dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya.

Perkebunan nenas PT. GGP Plantation Group 3 luasnya 8.519,13 Ha, terdiri atas dua divisi, yakni divisi 5 (seluas 4.325,59 Ha), dan divisi 6 (seluas 4.193,54 Ha). Di divisi 5 terbagi dalam empat wilayah, yakni wilayah 14 (seluas 1036,7 Ha), wilayah 15 (seluas 986,69 Ha), wilayah 16 (seluas 983,21 Ha), dan wilayah 17 (seluas 1052,44). Di divisi 6 terbagi juga dalam 4 wilayah, yakni wilayah 18 (seluas 1071,54 Ha), wilayah 19 (seluas 1083,65 Ha), wilayah 20 (1030,37 Ha), dan wilayah 21(seluas 1061,68 Ha). Didalam masing masing wilayah terdapat 10 sampai 12 lokasi, dari masing masing lokasi luasanya antara 40 Ha hingga 130 Ha. Di dalam Lokasi terdapat seksi-seksi yang luasanya dari dua Ha hingga 30 Ha. Kondisi iklim di PT.GGP adalah rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2 541 mm/tahun, dengan suhu berkisar antara 21-34 oC dan kelembaban udara 84-91%. Tanah di PT. GGP merupakan tanah ultisol yang merupakan tanah marginal


(28)

8

dengan kandungan bahan organik yang rendah dan cukup masam. Perkebunan PT. GGP terletak diatas 46 m dpl dengan kemiringan 4º 59’ (GGP, 2011)

Pengendalian gulma pada areal yang sangat luas dan bersarang-sarang ini

memerlukan teknik yang tepat agar gulma bisa ditekan. Survei gulma merupakan langkah awal yang perlu dilakukan untuk memudahkan tindakan pengendalian, karena kemampuan gulma untuk bersaing dengan tanaman budidaya berbeda-beda pada setiap gulma. Perbedaaan kondisi tanah, iklim, jenis tanaman, dan teknik budidaya memungkinkan terjadinya perbedaan jenis gulma, sesuai dengan kondisinya masing-masing.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Jenis-jenis gulma di PT GGP Plantation Group 3 berbeda antar divisi, antar wilayah dan, antar lokasi.

2. Dominansi gulma di PT GGP Plantation Group 3 berbeda antar divisi, antar wilayah dan, antar lokasi.

3. Penyebaran gulma di PT GGP Plantation Group 3 berbeda antar divisi, antar wilayah dan, antar lokasi.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Informasi Umum Tanaman Nanas

Tanaman nanas merupakan tanaman yang telah lama dikenal dikalangan masyarakat Indonesia walaupun tanaman ini bukan asli tanaman Indonesia, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika tepatnya di kawasan Amerika Selatan. Christoper Columbus menemukan nanas di pulau Guadeloupe tahun 1493 dan di Panama tahun 1502. Bangsa Spanyol menyebarkan tanaman nanas ke wilayah Philipina di awal abad ke 16. Komersialisasi industri nanas dimulai tahun 1924 dan pengalengan secara modern dimulai tahun 1946 (Hutabarat, 2003).

Banyak jenis tanaman nanas yang dibudidayakan secara komersial

dikelompokkan ke dalam empat varietas yaitu : Smooth cayenne, Queen, Red Spanish, dan Aba caxi. Varietas Smooth cayenne merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan didunia untuk pengalengan, karena produksinya yang tinggi, ukuran, bentuk, tekstur, warna dan rasanya sesuai dengan karakteristik industri itu sendiri. Keistimewaan lainnya yaitu tidak terdapat duri pada daunnya sehingga lebih memudahkan pengelolaannya di lapangan. Smooth cayenne banyak dijumpai di Filipina, Thailand, Hawai, Kenya, Mexico dan Taiwan. Berat


(30)

10

buahnya kira-kira 2,5 kg dengan warna daging buah adalah kuning (Hutabarat, 2003).

Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-tunas. Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang terbatas. Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20-25 cm, diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas, dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang (Rukmana, 2007).

Sistem perakaran tanaman nanas sebagian tumbuh di dalam tanah dan sebagian lagi menyebar di permukaan tanah. Akar-akar ini melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (Monocotyledoneae) (Rukmana, 2007). Kerapatan perakaran cenderung menurun sejalan dengan kedalaman akar di dalam tanah. Hal ini dikarenakan terjadi penurunan ketersediaan zat hara di dalam tanah (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70-80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri. Daunya berurat sejajar dan pada jenis tertentu bagian tepinya tumbuh duri yang menghadap ke atas (Hutabarat, 2003).


(31)

11

2.2 Persaingan Gulma dengan Tanaman Budidaya

Dalam kehidupan sehari hari, persaingan merupakan suatu yang biasa terjadi di alam. Begitu juga dalam tumbuhan. Tanaman budidaya yang hasilnya sangat diharapkan optimal oleh petani tetapi dalam kenyataanya banyak faktor yang menghalangi produksinya, salah satu di antaranya adalah gulma, terutama sewaktu masih muda. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman akan memperlambat pertumbuhan dan memperpanjang masa sebelum panen. Persaingan gulma dengan tanaman pokok pada awal pertumbuhan dapat menurunkan kuantitas hasil, sedangkan persaingan gulma dengan tanaman pokok menjelang panen akan berpengaruh besar terhadap kualitas hasil (Sukman dan Yakub, 1995).

Menurut Wikipedia (2010), gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma merupakan salah satu komponen penggangu tanaman budidaya, sama seperti penyakit dan hama tanaman. Ada beberapa cara sehingga gulma menurunkan hasil tanaman budidaya :

a. Menekan pertumbuhan dan mereduksi hasil dengan jalan bersaing dengan tanaman budidaya.

b. Apabila kita mengendalikan gulma, kadang kala cara pengendalian yang kita gunakan dapat merusak tanaman budidaya dan menurunkan hasil. c. Mengganggu aktivitas panenan, oleh karena itu meningkatkan biaya


(32)

12

d. Merendahkan kualitas hasil dan membuat panenan tidak serempak. e. Memungkinkan sebagai tempat tumbuhnya inang dan jasad hama dan

penyakit sehingga menurunkan hasil, baik secara kualitas dan kuantitas. Melihat hal negatif yang ditimbulkan oleh gulma terhadap tanaman budidaya maka seyogyanya pengendalian gulma dilakukan dengan setepat mungkin, dengan memperhatikan karakteristik gulma melalui proses kompetisinya (Moenandir, 1993).

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan melihat gulma apa yang mendominansi di suatu wilayah. Untuk melihat dominansi gulma tersebut dilakukan survei agar dapat dilakukan pengendalian yang tepat dan menjadi rekomendasi pengelolaan gulma nanas di perkebunan.

2.3 Jenis Gulma pada Perkebunan Nanas

Penurunan produktivitas nanas salah satunya disebabkan oleh banyak dan dominanya gulma pada suatu areal pertanaman (Hutabarat, 2003). Gulma berdasarkan siklus hidupnya dapat dikelompokkan sebagai berikut : gulma setahun / gulma semusim, gulma dua tahunan, dan gulma tahunan. Gulma setahun adalah gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya kurang dari setahun atau paling lama setahun. Gulam dua tahunan yaitu gulma yang siklus hidupnya lebih dari setahun dan tidak lebih dari dua tahun. Gulma tahunan adalah gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin tidak terbatas atau bertahun tahun.


(33)

13

Berdasarkan morfologinya gulma dikelompokkan menjadi tiga golongan, pertama golongan rumput (grasses), gulma golongan ini termasuk dalam famili

Graminae/Poaceae, dengan ciri-ciri batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun berbentuk garis, bertulang daun sejajar dan tepi daun rata. Golongan kedua adalah golongan teki-tekian (sedges), golongan ini termasuk dalam familia Cyperaceae. Batang umumnya berbentuk segitiga kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah daun, tidak berbuku-buku, bunga sering dalam buliran, dan

buahnya tidak membuka. Golongan yang ketiga adalah golongan daun lebar, daun lebar memiliki tulang daun berbentuk jala, batangnya biasanya berkayu

(Mangoensoekarjo, 1983).

Setiap perkebunan biasanya memiliki spesies-spesies gulma yang berbeda, tergantung kondisi tanahnya. Menurut buku pengendalian gulma (Henry, 2007) spesies-spesies gulma pada pertanaman nanas terbagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah rumput dan teki : Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Panicum repens, Eleusine indica, Digitaria spp, Brachiaria

eruciformis,Brachiaria mutica, Cyperus spp.Kelompok kedua daun Lebar : Richardia brasiliensis, Borreria alata, Elephantropus scaber, Amaranthus spinosus, Chromolena odorata, Cleome rutidospermae, Commellina diffusa, Euphorbia spp.


(34)

14

2.4 Sejarah Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan pada PT.GGP Plantation Group 3 dimulai dari tahun 1973. Sebelumnya bernama PT Multi Agro Corporation. Pada awal mula nya tanaman yang ditanam adalah gandum, sorgum dan jagung. Namun karena tidak diminati pasar akhirnya tanaman diganti dengan singkong. Pada tahun 1982 dibangunlah pabrik pengolahan tapioka. Untuk memperluas usaha nya PT.Multi Agro Coorporation menanam kelapa dibebepa areal pertanamannya. Pada tahun 1997 krisis moneter terjadi melanda indonesia, termasuk PT.Multi Agro Coorporation sehingga harus dimerger ke PT.Great Giant Pineapple. Pada tahun 1997

penanaman kelapa dan singkong berangsur-angsur dirubah menjadi pertanaman nanas hingga kini.

2.5 Survey dan Pemetaan Gulma

Untuk efektifitas dalam proses pengendalian maka perlu diketahui jenis-jenis gulma dominan pada suatu lahan perkebunan melalui survey dan identifikasi gulma. Menurut (Tjitrosoedirdjo et al., 1984), jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keaneka-ragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni


(35)

15

jumlah individu sangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang ada tidak begitu banyak.

Menurut (Tjitrosoedirdjo et al., 1984) untuk menghitung setiap individu yang terdapat dalam populasi ataupun komunitas biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas tersebut. Kemudian dari sampel itu, akan dapat ditarik suatu

kesimpulan tentang populasi atau komunitas yang sedang dipelajari. Penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, karena jika tidak hasil yang diperoleh akan bias.

Pengambilan sampling dalam suatu survei harus sesuai dengan kaidah efektif dan efisien, artinya pengambilan sampel dilakukan karena mudah dikerjakan dapat menghemat waktu dan biaya serta dapat dipercaya. Sampel yang di ambil disebut unit sampel.

Menurut (Tjitrosoedirdjo et al., 1984), ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, pertama pengambilan sampel secara langsung, kedua pengambilan sampel secara acak tidak langsung, ketiga pengambilan sampel bertingkat, dan keempat pengambilan sampel secara beraturan.

Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang lebih mewakili kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept), untuk


(36)

16

pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneiliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).

Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu data kualitatif dn data kuantitaif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).

Survei gulma ini bertujuan agar dapat dibuat sebuah pemetaan gulma pada suatu perkebunan. Pemetaan gulma dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang mana gulma serius dan mana yang tidak. Pemetaan gulma ini dapat menyediakan informasi yang berguna mengenai penyebaran populasi gulma dari waktu ke waktu. Pemetaan gulma juga dibuat untuk mengetahui kondisi gulma di setiap


(37)

17

areal serta sebagai rujukan untuk pemilihan metode pengendalian yang tepat, agar pengendalian gulma efektif dan efisien.

2.6 Rancangan Tersarang

Rancangan tersarang merupakan rancangan yang mirip rancangan faktorial. Dalam percobaan yang perlakuanya merupakan kombinasi dua faktor atau lebih, misalnya faktor A dan B, adakalanya taraf atau tingkat dari faktor B mirip tetapi tidak identik (sama). Susunan perlakuan ini mirip faktorial, namun bukan faktorial. Susunan perlakuan yang seperti ini dinamakan taraf faktor B tersarang pada taraf faktor A (Sastrosupadi, 1995).

Model rancangan tersarang pada penelitian ini adalah model rancangan tersarang 3 tahap.

Yijkl = µ + αi+ i(j)+ ij(k) + εijk(l) i = faktor A (Divisi) dengan i = 1,2

j = faktor B (Wilayah) dengan j = 1,2 k = faktor C (Lokasi) dengan k = 1,2,3 l = (Seksi dan Petak) dengan l = 1,2

Yijkl = respon yang di amati

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh faktor Divisi ke-i

i(j) = pengaruh faktor Wilayah ke-j yang tersarang pada faktor Divisi ke-i

ij(k) = pengaruh faktor Lokasi ke-k yang tersarang pada faktor Wilayah ke-j yang

tersarang pada faktor Divisi ke-i


(38)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian survei ini dilaksanakan di perkebunan nenas PT.GGP Platation Group 3 dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Februari – April 2013.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, kertas label, penggaris, spidol, plastik kresek, tali rapia, patok, meteran, kuadrat, golok, pisau cutter, gunting, peta PT.GGP Plantation Group 3, peta perlokasi kebun.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penentuan Petak

Penelitian dilakukan menggunakan metode survei dengan Rancangan Tersarang. Penentuan petak adalah sebagai berikut: dari dua divisi di Plantation Group Tiga PT.GGP Plantation Group 3 yakni divisi 5 dan divisi 6, masing masing ditentukan secara acak dua wilayah. Kemudian dari dua wilayah akan ditentukan secara acak tiga lokasi dan dari tiga lokasi akan diambil secara acak dua petak. Petak adalah


(39)

19

hamparan pada seksi berukuran 10 m x 10 m. Pengacakan menggunakan angka acak yang dibangkitkan dari program Excel 2007. Hasil pengacakan (penentuan petak) digambarkan pada Tabel 1, Gambar 1, dan Gambar 2.

Tabel 1. Petak dan Posisinya pada Setiap Seksi

No Petak Posisi Petak No Petak Posisi Petak

1 501 B 13 551 A

2 501 B 14 551 A

3 510 A 15 553 A

4 510 A 16 553 A

5 511 B 17 554 A

6 511 B 18 554 A

7 528 A 19 571 E

8 528 A 20 571 E

9 536 I 21 572 C

10 536 I 22 572 C

11 537 A 23 574 B


(40)

23

Gambar 1. Bagan Penentuan Petak dari Divisi – Lokasi (S1– S24 adalah Petak) dengan Menggunakan Rancangan Tersarang

B

A

B

A

A

A

55

4

553

551

6

19

21

571 572 574

B

C

E

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

A

I

A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

5

14

16

511

510

501

528

536

537

Divisi

Wilayah

Lokasi

Seksi

Petak


(41)

24

Gambar 2. Posisi 24 Petak di Lapangan (GGP,2011)


(42)

22

3.3.2 Pengamatan Gulma

Setiap petak dibagi menjadi lima unit sampel yakni unit sampel 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (Gambar 3). Ukuran unit sampel adalah berturut-turut 0,5 m x 0,5 m,1 m x 1 m, 2 m x 2 m, 4 m x 4 m, 8 m x 8 m, 10 m x 10 m (Tabel 2). Pengamatan gulma pada setiap petak, dimulai dari unit sampel berukuran 0,5 m x 0,5 m, 1 m x 1 m, 2 m x 2 m,4m x 4 m, 8 m x 8 m, 10 m x 10 m, di unit sampel ini akan di identifikasi jenis-jenis gulma, dan persentase penutupan gulma (Gambar 3). Data jenis gulma digunakan untuk mengetahui tingkat dominansi gulma melalui nilai SDR atau nisbah jumlah dominan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tjitrosoedirdjo et al (1984) dan Kusmana (1997).

Untuk mengetahui jenis gulma yang mendominansi pada setiap divisi, wilayah dan lokasi maka dilakukan identifikasi gulma yang terdapat pada tiap petak. Identifikasi gulma mengacu pada beberapa literatur antara lain Tjitrosoepomo et al (1987) dan Nasution (1986). Gulma yang di identifikasi adalah gulma yang telah memiliki organ yang lengkap (akar, batang, daun, dan bunga). Gulma yang masih dalam bentuk kecambah tidak digunakan untuk identifikasi.

Pengamatan persentase penutupan dilakukan dengan cara mengestimasi luas penutupan gulma secara visual pada setiap petak yang berukuran 10 m x 10 m. Besar penutupan gulma dibuat presentase per jenis gulma yang menutupi dari setiap unit sampel.


(43)

23

Tabel 2. Unit Sampel

No Unit Sampel Disebut Sebagai Unit Sampel

1 0,5 m x 0,5 m Sampel 1 (S1)

2 1 m x 1 m Sampel 2 (S2)

3 2 m x 2 m Sampel 3 (S3)

4 4 m x 4 m Sampel 4 (S4)

5 8 m x 8 m Sampel 5 (S5)

6 10 m x 10 m Sampel 6 (S6)

10 m

10 m

4 m 8 m 2 m

Gambar 3. Layout Unit Sampel


(44)

24

Gulma yang telah diambil lalu dimasukan ke dalam kantong plastik untuk kemudian difoto. Data gulma yang ditemukan dalam setiap sampel di kompilasi dalam sebuah data sheet.

3.3.4. Variabel-variabel Pengamatan

Data gulma pada datasheet digunakan untuk mencetak variabel-variabel pengamatan.

1. Jenis / spesies gulma 2. Presentase penutupan gulma 3.4 Analisis Data

Data penutupan gulma di analisis dengan SDR (Summed Dominance Ratio) atau Nisbah Jumlah Dominan sebagai berikut :

SDR = ( FN + DN) / 2

Frekuensi nisbi suatu jenis (FN) = (FM suatu jenis /FM seluruh jenis gulma) x100 %

Dominansi nisbi suatu jenis (DN) = (DM suatu jenis/DM seluruh jenis gulma) x100%

Keterangan: FN = frekuensi nisbi, DN = penutupan nisbi, FM = frekuensi mutlak, DM = penutupan mutlak. Frekuensi mutlak adalah jumlah petak yang memuat jenis itu. Dominansi Mutlak adalah penutupan suatu spesies dari seluruh petak.

Penyebaran gulma disajikan dalam peta distribusi gulma. Data jumlah spesies gulma dianalisis dengan analisis ragam rancangan tersarang dengan taraf 1 % atau 5 %. Data temuan spesies dianalisis menggunakan species accumulation curve (Colwell, 2013)


(45)

V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Dari 24 ukuran sampel (petak) dan enam unit sampel 10 m x 10 m,

ditemukan sebanyak 49 spesies gulma. Lima spesies gulma dominan di PT.GGP Plantation 3 adalah Asystasia gangetica, Brachiaria eruciformis, Borreria alata, Scoparia dulcis, Dactyloctenium Aegyptium. Menurut golongan gulma, gulma daun lebar mendominasi pertanaman nanas pada PT.GGP Plantation Group 3 dengan SDR 67,64%, 29 spesies gulma, golongan rumput dengan SDR 23,47%, 15 spesies gulma, dan golongan teki dengan SDR 8,89%, 5 spesies gulma. Jenis, dominansi, dan

penyebaran gulma pada divisi, wilayah, dan lokasi tidak berbeda nyata, dengan artian gulma menyebar rata di PT.GGP Plantation 3

2. Ekstrapolasi menggunakan spesies acumulation curve menunjukkan adanya perbedaan estimasi jumlah spesies gulma pada masing masing unit sampel. Setiap unit sampel setelah ekstrapolasi memberikan penambahan jumlah spesies, pada ukuran sampel tertentu. Pada unit sampel 1


(46)

65

menjadi 25 spesies dengan ukuran sampel minimum 143 sampel. Pada unit sampel 2 ditemukan 22 spesies (sebelum ekstrapolasi) dan setelah

diekstrapolasi menjadi 41 spesies dengan ukuran sampel minimum 198 sampel. Pada unit sampel 3 ditemukan 26 spesies (sebelum ekstrapolasi) dan setelah diekstrapolasi menjadi 45 spesies dengan ukuran sampel minimum 198 sampel. Pada unit sampel 5 ditemukan 44 spesies (sebelum ekstrapolasi) dan setelah diekstrapolasi menjadi 48 spesies dengan ukuran sampel 56. Pada unit sampel 6 ditemukan 49 spesies (sebelum

ekstrapolasi) dan setelah diekstrapolasi menjadi 57 spesies dengan ukuran sampel 92.

5.2. Saran

1. Survei gulma selanjutnya bisa dilanjutkan dengan menambah petak sampel pada setiap divisi dan setiap wilayah, serta beberapa lokasi, agar bisa lebih mewakili keadaan gulma di PT.GGP Plantation Group 3.

2. Penelitian survei gulma menggunakan metode lain, misalkan metode transect line.

3. Pada unit sampel 4 m x 4 m ditemukan 38 spesies sebelum ekstrapolasi dan setelah di ekstrapolasi menjadi 122 spesies dengan ukuran sampel 480 sampel. Pada unit sampel ini tejadi anomali dan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan unit sampel yang sama dan ukuran sampel yang lebih besar.


(47)

PUSTAKA ACUAN

Anonim. 1984. Gulma dan Cara Pengendaliannya pada Tanaman Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Budiarto. 2001. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq.) Di Kebun Sekunyir PT Indrotruba Tengah, Kalimantan Tengah. Skripsi Fakultas Pertanian IPB.

Colwell, R. K. 2013. Statistical estimation of species richness and shared species, EstimateS Softwere.http://viceroy.eeb.uconn.edu/estimates/. di akses tanggal 28 Februari 2013

FAOSTAT. 2011. Divisi Statistik (FAOSTAT) dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa(FAO). http//www.novagrim.com/Pages/ 2000_2011_ pineapple_statistics_EN.aspx. di akses tanggal 28 Februari 2013

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.874 hlm

GGP. 2011. Sejarah Singkat PT. GGP. PT.GGP. Lampung.

Henry. 2007. Pengendalian Gulma. Penerbit Institut Pertanian Bogor.Bogor Hutabarat, R. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT Atalya Rileni

Sudeco. Jakarta.40 hlm.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq.) Di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala, Pematang Siantar. Sumatera Utara

Mangoensoekarjo, S. 1983. Gulma dan Cara Pengendalian pada Budidaya


(48)

67

Moenandir, J. 1993. Fisiologi Herbisida. Ilmu Gulma II. Cetakan 2. Badan Penerbit CV Rajawali Press. Jakarta.143 hlm.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Puslitbang Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Rukmana, R. 2007. Nanas, Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penerbit

Kanisius. Jakarta. 59 hlm.

Sukman, Y. dan Yakub. 1995. Gulma dan Teknik Pengendalian. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Soedarsan, A., Basuki, S. Wirjahardja dan M.A. Rifai. 1983. Pedoman pengenalan berbagai jenis gulma pada tanaman perkebunan. Dirjen Perkebunan, Dep. Pertanian.

Tjitrosoedirdjo,S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta 207 hlm.

Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G., Soerjani, M dan Kostermans. 1987. Weed Of Rice In Indonesia. Balai Pustaka.Jakarta.


(1)

Tabel 2. Unit Sampel

No Unit Sampel Disebut Sebagai Unit Sampel

1 0,5 m x 0,5 m Sampel 1 (S1)

2 1 m x 1 m Sampel 2 (S2)

3 2 m x 2 m Sampel 3 (S3)

4 4 m x 4 m Sampel 4 (S4)

5 8 m x 8 m Sampel 5 (S5)

6 10 m x 10 m Sampel 6 (S6)

10 m

10 m

4 m 8 m 2 m

Gambar 3. Layout Unit Sampel


(2)

24

Gulma yang telah diambil lalu dimasukan ke dalam kantong plastik untuk kemudian difoto. Data gulma yang ditemukan dalam setiap sampel di kompilasi dalam sebuah data sheet.

3.3.4. Variabel-variabel Pengamatan

Data gulma pada datasheet digunakan untuk mencetak variabel-variabel pengamatan.

1. Jenis / spesies gulma 2. Presentase penutupan gulma 3.4 Analisis Data

Data penutupan gulma di analisis dengan SDR (Summed Dominance Ratio) atau Nisbah Jumlah Dominan sebagai berikut :

SDR = ( FN + DN) / 2

Frekuensi nisbi suatu jenis (FN) = (FM suatu jenis /FM seluruh jenis gulma) x100 %

Dominansi nisbi suatu jenis (DN) = (DM suatu jenis/DM seluruh jenis gulma) x100%

Keterangan: FN = frekuensi nisbi, DN = penutupan nisbi, FM = frekuensi mutlak, DM = penutupan mutlak. Frekuensi mutlak adalah jumlah petak yang memuat jenis itu. Dominansi Mutlak adalah penutupan suatu spesies dari seluruh petak.

Penyebaran gulma disajikan dalam peta distribusi gulma. Data jumlah spesies gulma dianalisis dengan analisis ragam rancangan tersarang dengan taraf 1 % atau 5 %. Data temuan spesies dianalisis menggunakan species accumulation curve


(3)

V. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Dari 24 ukuran sampel (petak) dan enam unit sampel 10 m x 10 m, ditemukan sebanyak 49 spesies gulma. Lima spesies gulma dominan di PT.GGP Plantation 3 adalah Asystasia gangetica, Brachiaria eruciformis,

Borreria alata, Scoparia dulcis, Dactyloctenium Aegyptium. Menurut

golongan gulma, gulma daun lebar mendominasi pertanaman nanas pada PT.GGP Plantation Group 3 dengan SDR 67,64%, 29 spesies gulma, golongan rumput dengan SDR 23,47%, 15 spesies gulma, dan golongan teki dengan SDR 8,89%, 5 spesies gulma. Jenis, dominansi, dan

penyebaran gulma pada divisi, wilayah, dan lokasi tidak berbeda nyata, dengan artian gulma menyebar rata di PT.GGP Plantation 3

2. Ekstrapolasi menggunakan spesies acumulation curve menunjukkan adanya perbedaan estimasi jumlah spesies gulma pada masing masing unit sampel. Setiap unit sampel setelah ekstrapolasi memberikan penambahan jumlah spesies, pada ukuran sampel tertentu. Pada unit sampel 1


(4)

65

menjadi 25 spesies dengan ukuran sampel minimum 143 sampel. Pada unit sampel 2 ditemukan 22 spesies (sebelum ekstrapolasi) dan setelah

diekstrapolasi menjadi 41 spesies dengan ukuran sampel minimum 198 sampel. Pada unit sampel 3 ditemukan 26 spesies (sebelum ekstrapolasi) dan setelah diekstrapolasi menjadi 45 spesies dengan ukuran sampel minimum 198 sampel. Pada unit sampel 5 ditemukan 44 spesies (sebelum ekstrapolasi) dan setelah diekstrapolasi menjadi 48 spesies dengan ukuran sampel 56. Pada unit sampel 6 ditemukan 49 spesies (sebelum

ekstrapolasi) dan setelah diekstrapolasi menjadi 57 spesies dengan ukuran sampel 92.

5.2. Saran

1. Survei gulma selanjutnya bisa dilanjutkan dengan menambah petak sampel pada setiap divisi dan setiap wilayah, serta beberapa lokasi, agar bisa lebih mewakili keadaan gulma di PT.GGP Plantation Group 3.

2. Penelitian survei gulma menggunakan metode lain, misalkan metode transect line.

3. Pada unit sampel 4 m x 4 m ditemukan 38 spesies sebelum ekstrapolasi dan setelah di ekstrapolasi menjadi 122 spesies dengan ukuran sampel 480 sampel. Pada unit sampel ini tejadi anomali dan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan unit sampel yang sama dan ukuran sampel yang lebih besar.


(5)

PUSTAKA ACUAN

Anonim. 1984. Gulma dan Cara Pengendaliannya pada Tanaman Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Budiarto. 2001. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq.) Di

Kebun Sekunyir PT Indrotruba Tengah, Kalimantan Tengah. Skripsi

Fakultas Pertanian IPB.

Colwell, R. K. 2013. Statistical estimation of species richness and shared species, EstimateS Softwere.http://viceroy.eeb.uconn.edu/estimates/. di akses tanggal 28 Februari 2013

FAOSTAT. 2011. Divisi Statistik (FAOSTAT) dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa(FAO). http//www.novagrim.com/Pages/ 2000_2011_ pineapple_statistics_EN.aspx. di akses tanggal 28 Februari 2013

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.874 hlm

GGP. 2011. Sejarah Singkat PT. GGP. PT.GGP. Lampung.

Henry. 2007. Pengendalian Gulma. Penerbit Institut Pertanian Bogor.Bogor Hutabarat, R. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT Atalya Rileni

Sudeco. Jakarta.40 hlm.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq.) Di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala, Pematang Siantar. Sumatera Utara

Mangoensoekarjo, S. 1983. Gulma dan Cara Pengendalian pada Budidaya


(6)

67

Moenandir, J. 1993. Fisiologi Herbisida. Ilmu Gulma II. Cetakan 2. Badan Penerbit CV Rajawali Press. Jakarta.143 hlm.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera

Utara dan Aceh. Puslitbang Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM).

Rukmana, R. 2007. Nanas, Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Jakarta. 59 hlm.

Sukman, Y. dan Yakub. 1995. Gulma dan Teknik Pengendalian. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Soedarsan, A., Basuki, S. Wirjahardja dan M.A. Rifai. 1983. Pedoman pengenalan

berbagai jenis gulma pada tanaman perkebunan. Dirjen Perkebunan,

Dep. Pertanian.

Tjitrosoedirdjo,S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di

Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta 207 hlm.

Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G., Soerjani, M dan Kostermans. 1987. Weed Of Rice In Indonesia. Balai Pustaka.Jakarta.